Menavigasi Kesiapan SDM Ekonomi Digital di Indonesia untuk Indonesia Emas 2045
- SDM yang unggul tidak hanya diukur dari jumlah penduduk, tetapi juga dari kualitas individu yang memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif, serta adaptif terhadap perubahan. Hal ini menjadi prioritas utama dalam visi Indonesia Emas 2045.
Fintech
JAKARTA - Kemajuan teknologi telah menjadi tulang punggung ekonomi modern di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dalam buku Outlook Ekonomi Digital 2025, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda, menguraikan berbagai tantangan dan peluang dalam ekonomi digital, terutama terkait kesiapan sumber daya manusia (SDM).
Menurut Nailul Huda, transformasi digital adalah faktor kunci yang mampu mengubah bisnis dan kehidupan sehari-hari secara signifikan.
“Kesiapan digital sangat penting untuk menyambut kemajuan teknologi yang semakin pesat. Investasi besar dalam pendidikan, pelatihan, dan inovasi akan memberikan keunggulan kompetitif bagi suatu negara,” ungkapnya.
Dalam konteks ini, SDM yang unggul tidak hanya diukur dari jumlah penduduk, tetapi juga dari kualitas individu yang memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif, serta adaptif terhadap perubahan. Hal ini menjadi prioritas utama dalam visi Indonesia Emas 2045.
- BEI Umumkan Pipeline IPO 2025, 19 di Antaranya Perusahaan Beraset Jumbo
- MDKA Bayar Obligasi Rp817,7 Miliar dengan Kas Internal, Ini Fakta Pentingnya
- Harga Batu Bara (HBA) RI Desember 2024 Turun
Rendahnya Skor PISA Indonesia
Sayangnya, kesiapan SDM Indonesia masih menjadi tantangan besar. Nailul mencatat, skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia pada 2022 masih tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura.
Pada kategori matematika, Indonesia hanya memperoleh skor 366 (peringkat 66 dari 81 negara), jauh di bawah Malaysia (peringkat 47), Thailand (peringkat 54), dan Singapura (peringkat 1). Hal serupa terjadi pada literasi membaca dan sains. Nailul menjelaskan bahwa penurunan skor ini salah satunya disebabkan oleh learning loss selama pandemi COVID-19.
Namun, ia menambahkan bahwa peringkat Indonesia sedikit meningkat dibandingkan tahun 2018, berkat upaya mitigasi seperti pengenalan pembelajaran jarak jauh dan pelatihan guru.
Posisi Indonesia dalam Kompetisi Digital Global
Dalam Global Digital Competitiveness Index (GDCI) 2023, Indonesia menempati peringkat 45 dari 64 negara. Meskipun peringkat ini terus membaik setiap tahunnya, Indonesia masih tertinggal jauh dari Thailand (peringkat 35) dan Malaysia (peringkat 33).
“Ketertinggalan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya infrastruktur digital di daerah terpencil dan rendahnya talenta digital terlatih,” ujar Nailul.
Rendahnya Investasi Riset dan Inovasi
Riset dan pengembangan (R&D) menjadi tantangan besar lainnya. Nailul menjelaskan, rasio anggaran R&D terhadap PDB Indonesia hanya 0,28%, jauh di bawah rata-rata dunia sebesar 2,62%. Negara maju seperti Korea Selatan mengalokasikan hingga 4,93% dari PDB mereka untuk R&D.
“Investasi R&D sangat penting untuk menciptakan inovasi dan meningkatkan daya saing global. Setiap peningkatan 1% dalam pengeluaran R&D dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 0,2%,” jelas Nailul.
- IDLIX Hingga LK21 Ilegal, Berikut 7 Alternatif Nonton Film Legal
- Di Tengah Fluktuasi IHSG, Saham BBRI, EXCL hingga GOTO Bisa Jadi Peluang Menarik di 2025
- Begini Proyeksi Kinerja BBNI di 2025, Target Saham Tembus Rp6.200
Langkah Strategis untuk Meningkatkan Daya Saing
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah dengan memperkenalkan super tax deduction, yaitu insentif pengurangan pajak hingga 300% untuk kegiatan R&D. Aturan ini diharapkan mendorong pelaku usaha berinvestasi lebih banyak dalam inovasi.
Selain itu, Nailul menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan untuk mempercepat pengembangan SDM dan inovasi teknologi.
Menuju Visi Indonesia Emas 2045
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045, pemerintah menargetkan peningkatan daya saing SDM melalui penguasaan teknologi, inovasi, dan kreativitas. Nailul percaya bahwa dengan alokasi anggaran yang lebih besar untuk pendidikan dan penelitian, Indonesia dapat mempercepat akselerasi ekonomi digitalnya.
“Kita perlu melihat R&D sebagai investasi, bukan pengeluaran. Dengan kebijakan yang tepat, Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam ekonomi digital global,” pungkas Nailul.