Mendobrak Batas, Ekspor Senjata Jerman Terus Menuju Rekor Baru
- Jerman secara historis menampilkan dirinya sangat berhati-hati dalam hal pengiriman senjata. Dan juga memamerkan industri pertahanannya.
Dunia
BERLIN-Perang yang berkecamuk di Eropa dan ketegangan di sejumlah tempta di dunia terus mendorong ekspor senjata Jerman ke tingkat tertinggi.
Jerman selama paruh kedua tahun 2024 ini telah mengizinkan ekspor barang-barang militer senilai lebih dari 7,5 miliar Euro atau sekitar Rp132 triliun (kurs Rp17.620). Angka ini mendekati jumlah total pada tahun 2023.
Tahun lalu Jerman mengekspor total 12,2 miliar Euro. Raihan ini mencetak rekor sepanjang masa bagi negara yang secara historis menampilkan dirinya sangat berhati-hati dalam hal pengiriman senjata. Dan juga memamerkan industri pertahanannya.
Namun tahun 2024 hingga 18 Juni, pemerintah telah mengekspor 61% dari nilai barang-barang militer dibandingkan dengan keseluruhan tahun sebelumnya. Mayoritas ekspor tahun ini diklasifikasikan sebagai senjata perang.
- Sinyal Positif Saham Batu Bara Usai Pemerintah Siap Evaluasi Aturan Ini
- Akhir Drama Pembobolan PDN: Memalukan dan Menyedihkan
- Profil Hasyim Asy'ari, Meniti Karier dari Bawah dan Berakhir Memalukan
Menurut data pemerintah yang baru-baru ini dirilis Ukraina tetap menjadi tujuan nomor satu. Kyiv menerima hampir 4,88 miliar Euro materiil pada paruh pertama tahun 2024. Ini sekitar Rp86 triliun. Jumlah ini dua kali lipat yang diberikan Jerman Ukraina selama tahun pertama invasi Rusia.
Dikutip dari Defense News Kamis 4 Juli 2024, Jerman telah menjadi pemasok utama senjata bagi Ukraina. Kedua setelah Amerika Serikat. Sekitar 65% ekspor senjata Jerman tahun ini telah dikirim ke Ukraina.
Jerman juga telah melanjutkan ekspor senjata dalam jumlah besar ke Arab Saudi. Meskipun ada tuduhan pelanggaran hak asasi manusia. Arab Saudi berada di urutan keempat dalam daftar negara penerima ekspor militer Jerman terbesar yaitu hampir 132,5 juta euro atau sekitar Rp2,3 triliun.
Jerman secara efektif membekukan penjualan militer ke kerajaan tersebut pada tahun 2018. Langkah ini diambil menyusul pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi dan di tengah kampanye militernya di Yaman. Secara khusus, pemerintah Jerman memberikan catatan beserta datanya yang mengatakan, penjualan senjata Saudi terkait dengan proyek bersama dengan mitra Uni Eropa dan NATO lainnya.
Tiga negara lain yang masuk dalam lima besar adalah Singapura dengan 1,2 miliar euro, India 153,7 juta euro, dan Amerika 110,6 juta euro. Negara-negara yang masuk dalam 10 besar adalah Qatar, Yunani, Uni Emirat Arab, Brasil, dan Inggris.
Pemerintah mengatakan 91% ekspor senjata Jerman sepanjang tahun ini ditujukan ke sekutu dekat. Daftar negara-negara terutama di Uni Eropa dan NATO. Tetapi juga termasuk Ukraina, Korea Selatan, Singapura, dan beberapa negara lain yang berpihak pada Barat di kawasan Indo-Pasifik.
Melupakan Batasan
Ketika pemilih Jerman memilih pemerintahan sayap kiri di bawah pimpinan Olaf Scholz pada tahun 2021, salah satu janji kampanyenya adalah untuk lebih membatasi ekspor senjata Jerman.
- Sinyal Positif Saham Batu Bara Usai Pemerintah Siap Evaluasi Aturan Ini
- Akhir Drama Pembobolan PDN: Memalukan dan Menyedihkan
- Profil Hasyim Asy'ari, Meniti Karier dari Bawah dan Berakhir Memalukan
Negara tersebut sudah memiliki peraturan ketat mengenai penjualan senjata. Terutama ke negara-negara dengan catatan hak asasi manusia yang buruk, pemerintahan yang tidak dapat diandalkan, atau perang yang sedang berlangsung.
Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada bulan Februari 2022 atau beberapa bulan setelah Scholz menjabat sebagai kanselir. Sejak itu koalisi pemerintahan di Berlin yang terdiri dari Partai Sosial Demokrat, Partai Hijau, dan Partai liberal ekonomi telah mengubah arah.
Setelah apa yang disebut Scholz sebagai ‘Zeitenwende’ atau titik balik bersejarah, Jerman telah melonggarkan aturan penjualan senjata Jerman. Hal ini meroketkan ekspor militer dan memperluas pengadaan militer dalam negeri secara signifikan.