<p>Ilustrasi Bank Mandiri, BCA, dan BNI / Repro</p>
Industri

Menelisik Asal Muasal Kinerja Kokoh Bank Jumbo pada Semester I-2021

  • Bank dengan modal inti di atas Rp30 triliun mampu memompa kinerja industri perbankan nasional di masa pemulihan ekonomi pada tahun ini.
Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV telah melaporkan kinerja pada paruh pertama tahun ini. Bank dengan modal inti di atas Rp30 triliun ini mampu memompa kinerja industri perbankan di masa pemulihan ekonomi pada tahun ini.

Pengamat perbankan sekaligus Staf Ahli Pusat Studi BUMN Paul Sutaryono mengungkapkan kebijakan adaptif Bank Indonesia (BI) menjadi sentimen utama yang berhasil menopang kinerja intermediasi bank-bank jumbo tersebut.

“Kinerja bank Buku 4 pada smt I-2021 yang cukup baik patut diapresiasi. Mengapa mereka tetap bisa tumbuh cukup baik? karena suku bunga acuan BI sudah turun hingga 3,5% yang membuat Itu berarti biaya dana,” ucap Paul saat berbincang dengan Wartawan Trenasia.com, Rabu, 18 Agustus 2021.

Sejumlah bank jumbo memang mengalami penurunan yang signifikan dari pos beban bunga. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) diketahui berhasil kempeskan beban bunga hingga 34,42% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp12,20 triliun pada semester I-2021.

Serupa, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga mengalami penurunan beban bunga 17,6%  yoy  menjadi Rp5,87 triliun pada paruh pertama tahun ini. Penurunan yang lebih agresif dicatatkan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), yakni sebesar 42,3% yoy menjadi Rp5,97 triliun.

Lalu, ada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT CIMB Niaga  (BNGA) yang menekan beban bunga masing-masing sebesar 20% dan 32%.

Tidak heran, bank-bank jumbo ini berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih yang cukup signifikan pada paruh pertama tahun ini. Hal ini semakin ditopang oleh ekosistem digital bank jumbo yang selangkah lebih maju.

“Kita lihat net interest margin (NIM) meningkat ditambah ada pendapatan yang bukan hanya dari bunga saja,” jelas Paul.

Peningkatan NIM ini terjadi pada sebagian besar bank BUKU IV.  Tengok saja NIM BNI yang merangkak dari 4,47% menjadi 4,85% pada semester I-2021.

Kondisi ini secara langsung membuat perolehan laba bersih BNI tumbuh 12,80% yoy dari Rp4,45 triliun pada semester I-2020 menjadi Rp5,03 triliun pada semester I-2021.

Meski lebih lambat, Bank Mandiri juga turut mengalami pertumbuhan laba bersih 5,68% dari R10,29 triliun menjadi Rp12,50 triliun.

Dari kalangan bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN),  BRI merajai kinerja pertumbuhan laba bersih. Bank yang fokus pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) itu berhasil memompa laba bersih hingga 22,61% dari 10,17 triliun pada semester I-2020 menjadi Rp12,47 triliun pada semester I-2021.

Adapun BCA yang membukukan laba bersih senilai Rp14,5 triliun pada semester I-2021, tumbuh 18,1% secara tahunan. Kompak, PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) juga mengantongi kenaikan laba bersih 18% menjadi Rp988 miliar dari sebelumnya Rp845 miliar.

Banjir Likuiditas

Ketidakpastian ekonomi akibat COVID-19 juga berimplikasi terhadap kondisi likuiditas bank-bank jumbo. Ekonom BCA David Sumual mengatakan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang melesat tidak lepas dari ketersediaan layanan digital bank jumbo yang lebih baik dibandingkan bank mini.

“Di masa seperti sekarang ini, Bank jumbo memiliki keuntungan lebih karena ekosistem digitalnya yang telah memudahkan nasabah tetap menyimpan dananya tanpa harus ke kantor cabang,” ucap David kepada Trenasia.com, Rabu, 18 Agustus 2021.

Bank Mandiri tercatat memiliki pertumbuhan total aset tertinggi dibandingkan bank serupa, yakni 16,26% atau Rp1.850,5 triliun per semester I-2021. DPK yang tumbuh 3,5% menjadi Rp569,7 triliun ikut berkontribusi terhadap kenaikan total aset yang kini menyentuh Rp875,13 triliun atau naik sebesar 5%.

Sementara itu, kinerja penghimpunan DPK tumbuh 17,5% dari periode yang sama tahun lalu menjadi Rp895,2 triliun. Walhasil, BCA dapat mendorong total aset naik 15,8% yoy menjadi Rp1.129,5 triliun pada akhir Juni 2021. 

Sayangnya, tren ini tidak diikuti oleh BRI yang justru mengalami penurunan total aset 2,58% menjadi Rp1.092 triliun pada semester I-2021, dari kuartal IV-2020 sebesar Rp1.121 triliun. 

Selain itu, David menyebut likuiditas yang berlimpah di bank BUKU IV juga terbantu oleh nilai ekspor Indonesia yang melesat sejak kuartal III-2020. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor pada Juli 2021 masih melaju kencang atau tumbuh 29,32% yoy dengan nilai mencapai US$13,69 miliar.

“Ekspor ini turut membantu likuiditas dari perbankan, terutama bank yang kuat secara aset dan modal intinya. Likuiditas cukup bagus karena nasabah-nasabah bank ini berasal dari pelaku usaha yang berorientasi ekspor,” jelas David.

Apalagi, bank-bank jumbo ini memiliki kondisi kas yang cukup sehat dengan raihan non performing loan (NPL) yang terkendali dan NPL coverage melimpah. Kondisi ini yang dikatakan David semakin membuat kinerja bank-bank jumbo semakin di atas angin.

“Kondisi keuangan dari bank-bank ini juga sangat baik sehingga memperkuat kepercayaan para nasabahnya untuk menyimpan dana. Ditambah banyak komponen konsumsi yang tertahan di segmen konsumen sehingga masyarakat masih cenderung lebih memilih nyimpen dananya di bank,” ujar David.

NPL Coverage BRI paling menonjol di antara bank BUKU IV, yakni 253,84% per paruh pertama 2021. Berselisih tipis, ada bank swasta terbesar, BCA, yang mencatatkan NPL Coverage 236%  pada semester I-2021.

David memprediksi banjir likuiditas ini menjadikan bank BUKU IV sebagai motor utama kredit pada tahun ini. Seperti diketahui, kredit perbankan berangsur-angsur mulai pulih.

Pada Juni 2021, kredit perbankan akhirnya menyentuh level positif dengan tumbuh 0,59% yoy. Adapun NPL gross kredit perbankan pada Juni 2021 berada di level 3,24% dan NPL Net di angka 1,06%.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memprediksi pertumbuhan kredit masih akan berlanjut pada Juli 2021. Meski begitu, pertumbuhan kredit pada Juli 2021 akan melambat akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4.

"Perbankan diperkirakan akan tetap selektif dalam memilih debitur untuk menjaga kualitas kredit ke depan. Pemulihan intermediasi perbankan diperkirakan akan terus berlangsung dengan didukung kinerja penanganan pandemi yang terus membaik," tulis LPS dalam laporan, dikutip Rabu, 18 Agustus 2021.