Menempel di Sisi Tebing, Inilah Warung Paling Ekstrem di Dunia
- Warung atau toko kelontong biasanya didirikan di tempat strategis seperti tepi jalanan ramai atau di tengah pemikiman.
Nasional
HUNAN- Warung atau toko kelontong biasanya didirikan di tempat strategis seperti tepi jalanan ramai atau di tengah pemikiman. Namun berbeda dengan warung yang satu ini.
Alih-alih mendirikan warung di tengah keramaian, warung yang satu ini berjualan di tebing. Bukan di kaki atau pinggiran tebing, melainkan menempel di sisi tebing.
Lantaran lokasinya yang ekstrem, warung ini didapuk sebagai warung paling tak nyaman sedunia.
Warung ini terbuat dari kotak kayu kecil yang menempel di sisi Taman Geologi Nasional Shiniuzhai di provinsi Hunan.
- BNI Gandeng Japan Regional Bank, Fasilitasi Modal Kerja Ichii Industries Indonesia
- IHSG Berpotensi Lanjutkan Penguatan, BBCA hingga LSIP Jadi Pilihan Saham Hari Ini
- India Stop Ekspor Gandum, Pangan Global Khawatir
Berada di ketinggian 120 meter, warung ini menyediakan minuman, makanan ringan, dan keripik kentang untuk para pemanjat tebing yang membutuhkan istirahat sejenak di tengah pendakian mereka.
Harga minuman yang dijual di warung ini pun tak beda jauh dengan tempat lain. Contohnya, harga satu kemasan air minum dihargai 2 Yuan China atau sekitar Rp4000 (asumsi kurs Rp2000 per Yuan China).
"Toko itu tidak menghasilkan banyak uang, tetapi para turis sangat berterima kasih karenanya, jadi kami semua merasa pekerjaan kami sangat berarti," kata penjaga toko dilansir TrenAsia.com dari Bussines Insider, Rabu, 18 Mei 2022.
Tak mudah untuk mencapai warung tersebut. Menurut informasi, para pekerja harus menaiki pijakan yang terbuat dari tulangan besi dengan menggunakan peralatan keamanan.
"Setiap karyawan baru cukup takut melakukan ini pada awalnya, tetapi Anda akan terbiasa dengan sangat cepat," tambah penjaga toko.
Untuk mengoperasikan toko, penjaga tersebut membutuhkan setidaknya dua orang rekan. Satu ditempatkan untuk menjaga toko dan dua lainnya menghantarkan barang.
Ia mengaku, tantangan berjualan di toko ini hanyalah satu. Yakni saat para penjaga toko hendak pergi ke toilet.
"Satu-satunya masalah adalah harus menggunakan toilet. Capek harus naik turun dan naik lagi untuk menggunakan toilet, jadi kami berusaha untuk tidak minum terlalu banyak air," katanya.