Menengok Gudang Rudal Houthi
- International Institute for Strategic Studies I (IISS) baru-baru ini mempublikasikan penelitiannya mengenai persenjataan rudal anti-kapal Houthi.
Dunia
SANAA- Serangan rudal besar-besaran oleh Amerika dan Inggris tidak mampu melumpuhkan kekuatan Houthi Yaman. Terbukti kelompok ini masih terus melakukan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Sebuah kapal kontainer berbendera Kepulauan Marshall milik perusahaan Amerika dihantam rudal balistik anti-kapal Houthi pada Senin 16 Januari 2024.
Rudal tersebut menyerang M/V Gibraltar Eagle sepanjang 200 meter. Kapal ini milik Eagle Bulk Shipping Amerika. Komando Sentral (Centcom) Amerika mengatakan tidak ada korban jiwa dalam serangan tersebut.
Eagle Bulk Shipping mengatakan kapal tersebut terkena proyektil tak dikenal saat berlayar sekitar 160 km di lepas pantai Teluk Aden. “Akibat serangan tersebut, kapal mengalami kerusakan ringan di ruang kargo. Namun masih stabil dan bergerak keluar dari area tersebut,” kata perusahaan dikutip Reuters. Kapal disebut membawa muatan produk baja.
- Kontrak Diperpanjang, PetroChina Lanjut Garap Blok Jabung
- GMV Moxa by Astra Financial Melonjak 100 Persen pada 2023, Ini Pendorongnya
- Toyota Targetkan Produksi 10,3 Juta Mobil Sepanjang 2024
Sebelumnya pada hari yang sama pasukan Amerika juga mendeteksi rudal balistik anti-kapal yang ditembakkan ke arah jalur pelayaran komersial Laut Merah Selatan. Rudal tersebut gagal dalam penerbangan dan jatuh di daratan Yaman.
Serangan terbaru ini terjadi sehari setelah pesawat tempur Amerika yang berbasis di darat menembak jatuh rudal jelajah anti-kapal Houthi. Rudal disebut mengarah ke Destroyer kelas Arleigh Burke USS Laboon.
Semua serangan tersebut terjadi beberapa hari setelah Amerika dan Inggris melancarkan serangan terhadap sasaran Houthi di Yaman. Houthi telah mengancam akan melakukan pembalasan terhadap pangkalan Amerika di wilayah tersebut. Namun sampai saat ini ancaman itu belum direalisasikan.
Serangan menggunakan ratusan rudal itu diklaim oleh Amerika dan Inggris menyasar sejumlah fasilitas militer seperti radar, peluncur rudal dan gudang senjata. Tetapi fakta bahwa Houthi masih melakukan sejumlah serangan menunjukkan, gempuran rudal Amerika dan Inggris belum sepenuhnya berhasil.
Gudang Rudal
Houthi menjadi kelompok pertama di dunia yang menembakkan rudal balistik anti-kapal sebagai bentuk kemarahan. Sebuah ancaman yang telah menjadi topik diskusi hangat selama bertahun-tahun. Kelompok ini juga telah memanfaatkan persenjataan rudal jelajah anti-kapal yang semakin beragam, serta menggunakan drone kamikaze.
International Institute for Strategic Studies I (IISS) baru-baru ini mempublikasikan penelitiannya mengenai persenjataan rudal anti-kapal Houthi. Rincian diberikan mengenai enam rudal balistik anti-kapal dan enam rudal jelajah anti-kapal lainnya yang diperoleh kelompok Houthi sejak tahun 2014.
- Saham AMRT, PGEO dan JSMR Layak Diburu Usai Sentimen Positif Dalam Negeri Menguat
- XL Axiata (EXCL) Bidik Imbal Hasil 43,5 Persen dari Diversifikasi Bisnis
- Global Mediacom (BMTR) Borong Saham Bank MNC (BABP) Senilai Rp240 Miliar
Houthi mengklaim sebagian besar persenjataan rudal mereka, serta drone mereka, adalah pengembangan dalam negeri. Meskipun ada keterlibatan pemerintah Iran yang tidak dapat disangkal dalam upaya tersebut. Berapa banyak sebenarnya pengembangan, produksi rudal atau drone di Yaman sudah lama tidak jelas.
Rudal Balistik
Houthi secara terbuka telah menunjukkan setidaknya enam rudal balistik anti-kapal yang berbeda. Semuanya ditunjukkan dalam parade besar selama bertahun-tahun. Semuanya tampaknya memiliki pencari elektro-optik/inframerah di hidung mereka. Ini akan menjadi mode panduan utama mereka dalam fase penerbangan terminal.
Salah satu rudal tersebut dikenal sebagai Asef. Ini adalah turunan anti-kapal dari rudal balistik jarak pendek Fateh 313 milik Iran. Rudal dilaporkan memiliki jangkauan maksimum sekitar 450 kilometer.
Selain itu ada rudal Tankil yang tampaknya merupakan versi rudal balistik jarak pendek Raad-500 Iran yang dikonfigurasi untuk penggunaan anti-kapal. Tankil lebih kecil dari Asef. Namun diperkirakan memiliki jangkauan lebih jeuh yakni sekitar 500 kilometer.
Selain Asef dan Tankil, Houthi memiliki rudal balistik anti kapal yang lebih kecil. Mereka adalah rudal Faleq, Mayun, dan Al Bahr Al Ahmar. Rincian tentang tiga rudal balistik anti-kapal terkecil Houthi sangat terbatas. IISS mengatakan jangkauan Faleq hanya di bawah 140 kilometer.
Sumber lain menyatakan bahwa rudal ini mungkin berasal dari roket artileri dipandu Fajr-4 Iran yang juga telah diperlihatkan dalam konfigurasi yang diluncurkan dari udara . Informasi lebih lanjut tentang Mayun atau Al Bahr Al Ahmar bahkan lebih sedikit lagi.
Lalu ada rudal Muhit atu Moheet yang tidak berasal dari desain Iran. Muhit adalah versi anti-kapal dari seri rudal permukaan-ke-permukaan Houthi Qaher-2. Ini merupakan konversi dari rudal permukaan-ke-udara SA-2 Soviet.
Rudal balistik secara umum menyerang sasarannya dengan kecepatan tinggi. Pada saat yang sama, beberapa rudal balistik anti-kapal Houthi berada pada spektrum kemampuan yang sangat rendah. Ini berarti ketinggian dan kecepatan puncak lebih rendah hingga membuatnya lebih mudah untuk dicegat.
Hal ini memungkinkan Angkatan Laut untuk menggunakan varian rudal permukaan-ke-udara SM-2 , dengan kemampuan mencegat rudal balistik terminal yang terbatas. Dibandingkan SM-6 yang jauh lebih canggih dan mahal.
Rudal Jelajah
Selain rudal balistik antikapal, Houthi juga telah menyerang kapal-kapal dengan rudal jelajah selama bertahun-tahun . Rudal anti-kapal paling awal yang diketahui diperoleh Houthi adalah P-21/P-22 buatan Soviet. Selain itu C -801 dari China . P-21/P-22 adalah bagian dari sistem rudal pertahanan berbasis pantai yang lebih besar yang disebut Rubezh. Dan dikenal di Barat sebagai SSC-3 Styx.
P-21/P-22 dan C-801 adalah rudal jelajah anti-kapal dengan jangkauan masing-masing sekitar 80 dan 40 kilometer. Keduanya menggunakan pencari radar aktif untuk menemukan target mereka. P-21/P-22 juga memiliki kemampuan pelacak inframerah . Ini memberikan opsi panduan tambahan yang berharga. Terutama dalam situasi di mana terdapat gangguan peperangan elektronik yang parah.
- Kontrak Diperpanjang, PetroChina Lanjut Garap Blok Jabung
- GMV Moxa by Astra Financial Melonjak 100 Persen pada 2023, Ini Pendorongnya
- Toyota Targetkan Produksi 10,3 Juta Mobil Sepanjang 2024
Rudal jelajah anti-kapal yang lebih mumpuni milik Houthi termasuk apa yang disebut sebagai Al Mandab 2. Ini tampaknya merupakan salinan dari Ghadir Iran. Ghadir sendiri merupakan turunan Iran dari C-802 China. Rudal dipandu radar memiliki jangkauan 300 kilometer.
Ada juga kemungkinan bahwa Houthi mungkin telah menerima varian dan turunan C-802 Iran sebelumnya. Termasuk Noor dan Ghader yang dilaporkan memiliki jangkauan 200 km. Laporan menyebutkan Houthi menggunakan varian atau turunan C-802 Iran untuk menghancurkan kapal logistik berkecepatan tinggi Swift pada tahun 2016. Saat itu kapal sedang bertugas di Uni Emirat Arab dekat Selat Bab Al Mandeb
Persediaan rudal jelajah anti-kapal Houthi sekarang mencakup beberapa jenis yang dikembangkan di dalam negeri oleh Iran. Ini termasuk Sayyad dan Quds Z-0. Keduanya merupakan varian atau turunan dari seri rudal jelajah serangan darat Quds dengan kemampuan anti-kapal. Dan tampaknya pertama kali muncul tahun 2023 lalu.
Satu versi yang dikenal sebagai Sayyad diduga dilengkapi dengan pencari pelacak radar.Sedang Qudz Z-0 memiliki pencari elektro-optik/inframerah. Kedua sistem tersebut dapat memiliki jangkauan setidaknya 800 km.
Tahun 2023 lalu Houthi juga meluncurkan rudal jelajah anti-kapal yang lebih kecil yang disebut Sejil . Namun rinciannya sejauh ini sangat terbatas. Ada laporan yang belum dikonfirmasi senjata tersebut juga diyakini berasal dari Iran. Rudal memiliki jangkauan hampir 180 kilometer dan membawa hulu ledak seberat 100 kilogram.
Kelompok Houthi di Yaman jelas memiliki persenjataan rudal anti-kapal yang sangat beragam dan nyata. Dan juga telah menunjukkan kemauan dan kapasitas untuk menggunakannya. Penggunaan rudal balistik anti-kapal oleh kelompok ini secara operasional dalam beberapa bulan terakhir sangatlah penting.
Namun selama setidaknya 26 insiden terpisah di dan sekitar Laut Merah sejak Oktober lalu, serangan Houthi tidak menenggelamkan kapal. Atau menimbulkan korban jiwa yang besar. Menurut Angkatan Laut Amerika, Kelompok ini juga telah meluncurkan setidaknya 62 rudal anti-kapal dan drone dalam serangan tersebut. Namun sebagian besar ditembak jatuh atau gagal mengenai apa pun.
Semua ini mau tidak mau menimbulkan pertanyaan tentang skala dan cakupan sebenarnya dari kemampuan anti-kapal Houthi. Serta berapa lama kelompok tersebut dapat mempertahankan tempo operasionalnya saat ini.