<p>Sumber: middleeastmonitor.com</p>
Industri

Menganalisis Penyebab Kenaikan Harga Minyak di Tengah Situasi Pandemi

  • JAKARTA – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) periode 2016-2019 Arcandra Tahar  menyampaikan pandangannya terkait kenaikan harga minyak hingga sebesar US$75/barel di tengah situasi pandemi. Menurutnya, hal ini dipengaruhi oleh banyaknya negara yang sudah memvaksin warganya sehingga relaksasi terhadap kegiatan sosial dan ekonomi memberikan harapan. “Pemulihan ekonomi secara otomatis akan membuat kebutuhan energi akan naik,” […]

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) periode 2016-2019 Arcandra Tahar  menyampaikan pandangannya terkait kenaikan harga minyak hingga sebesar US$75/barel di tengah situasi pandemi.

Menurutnya, hal ini dipengaruhi oleh banyaknya negara yang sudah memvaksin warganya sehingga relaksasi terhadap kegiatan sosial dan ekonomi memberikan harapan.

“Pemulihan ekonomi secara otomatis akan membuat kebutuhan energi akan naik,” mengutip pernyataannya dalam akun Instagram resmi @arcandra.tahar, Rabu, 30 Juni 2021.

Ia mengakui, kendati energi terbarukan tengah digencarkan penggunaannya, tetapi kebutuhan terhadap energi fosil belum bisa tergantikan dalan dua dekade ke depan, termasuk kebutuhan minyak dan gas.

Selain itu, kekhawatiran terhadap kebutuhan minyak dunia juga menjadi penyebab kenaikan harga. Padahal, kebutuhan minyak mentah diperkirakan kembali pulih seperti sebelum pandemic pada tahun depan, yakni kurang lebih 100 juta Barrel Oil per Day (BOPD). Alhasil, optimisme ini ikut mendorong naiknya harga minyak mentah pada Juni 2021.

Kemudian, faktor ketiga adalah disiplinnya OPEC+ dalam menjaga tingkat produksi. Arcandra bilang, OPEC+ belum terpancing untuk menaikan produksi walaupun kebutuhan naik.

“Minyak yang disimpan di tangki-tangki penyimpnan, baik di negara produsen maupun di negara konsumen digunakan untuk memenuhi kenaikan kebutuhan minyak mentah. Akibatnya, inventory level mengalami penurunan yang signifikan sejak bulan Mei 2021,” ungkapnya.

Hal ini mengakibatkan suplai tidak bertambah, sementara kebutuhan naik. Maka, tak heran harga minyak mentah akan naik karena cadangan minyak negara-negara maju sudah menipis.

Seperti diketahui, harga minyak mentah (Brent) dunia periode Juni ini naik hingga 50% dibandingkan dengan harga pada awal tahun. Nilainya bertengger di angka US$75/barel. Harga ini pun dianggap cukup nyaman bagi sektor hulu maupun hilir migas.

Rumus yang berlaku umum, jelasnya, terjadi apabila harga minyak dibawah US$45/barel, maka sektor hulu (sumur minyak) yang merugi, sementara sektor hilir (kilang dan petrochemical) yang untung. Sebaliknya. apabila harga minyak diatas us$80/barel, maka sektor hilir akan rugi, sedangkan sektor hulu yang akan untung.