Mengapa Amerika Mengirimkan Sistem Antirudal Thaad ke Israel?
- Sistem ini memiliki enam peluncur yang dipasang di truk dengan delapan pencegat pada setiap peluncur. Harganya sekitar US$1 miliar atau sekitar Rp 15,5 triliun (kurs Rp15.500) per baterai
Dunia
JAKARTA- Pentagon telah mengonfirmasi pihaknya mengirim sistem antirudal ketinggian tinggi yang dioperasikan oleh pasukan Amerika ke Israel.
Para pejabat mengatakan baterai Terminal High-Altitude Area Defense (Thaad) akan memperkuat pertahanan udara Israel. Presiden Joe Biden mengatakan, hal itu dimaksudkan untuk melindungi Israel yang diperkirakan masih akan membalas serangan Iran.
Seperti diketahui pada 1 Oktober 2024 Iran meluncurkan lebih dari 180 rudal balistik ke Israel. Serangan ini telah menjadi pusat perhatian karena melibatkan penempatan pasukan Amerika di Israel.
Sebelumnya sudah ada sejumlah kecil pasukan Amerika di Israel, tetapi penempatan baru sekitar 100 tentara ini signifikan. Ini karena menandakan keterlibatan Amerika lebih lanjut dalam perang regional yang meluas.
- IHSG Hari Ini 15 Oktober 2024 Kembali Menguat Tipis
- LQ45 Hari Ini 15 Oktober 2024 Ditutup Naik 10,88 ke 948,61
- Realisasi Investasi Kuartal III-2024 Tembus Rp431,4 T, Terkerek Pergudangan
Hal ini juga sedang diteliti untuk mencari petunjuk mengenai apa artinya tentang efektivitas pertahanan rudal Israel seiring berkembangnya krisis. “Israel belum melancarkan serangan balasan atas serangan Iran, yang akan mematikan, tepat dan yang terpenting mengejutkan" kata Menteri Pertahanan Yoav Gallant dikutip BBC Selasa 15 Oktober 2024.
Teheran mengatakan pihaknya menembaki Israel karena negara itu telah membunuh Hassan Nasrallah di Beirut. Pemimpin Hizbullah yang didukung Iran.
Masih belum jelas apa sebenarnya tujuan dari pengerahan Thaad ini. Apakah merupakan bagian dari perencanaan kontinjensi Amerika untuk menjembatani kesenjangan yang teridentifikasi dalam pertahanan udara Israel, atau menunjukkan meningkatnya kekhawatiran di Washington akan serangan Israel yang lebih kuat terhadap Iran.
Presiden Biden menentang serangan apa pun terhadap fasilitas nuklir serta infrastruktur minyak atau energi Iran. Amerika khawatir hal itu akan memicu konflik yang semakin parah dan memengaruhi ekonomi global.
Kebutuhan Israel
Apa pun latar belakang keputusan tersebut, hal itu menandakan kebutuhan lebih lanjut bagi Israel akan bantuan pertahanan Amerika. Terutama di tengah meluasnya perang Timur Tengah.
Rudal balistik seperti Fattah-1 yang digunakan Iran awal bulan ini ditembakkan ke atmosfer Bumi. Tempat rudal tersebut kemudian mengubah lintasan dan turun menuju sasarannya. Salah satu keunggulan rudal semacam ini adalah kecepatannya yang luar biasa dibandingkan dengan rudal jelajah atau pesawat tanpa awak.
Sistem Thaad dianggap sangat efektif terhadap rudal balistik. Setidaknya itu menurut produsen Lockheed Martin yang membangun senjata itu. Sedangkan Raytheon, perusahaan senjata Amerika lainnya, membangun radar canggihnya.
Sistem ini memiliki enam peluncur yang dipasang di truk dengan delapan pencegat pada setiap peluncur. Harganya sekitar US$1 miliar atau sekitar Rp 15,5 triliun (kurs Rp15.500) per baterai dan memerlukan sekitar 100 awak untuk mengoperasikannya.
Thaad banyak dicari termasuk oleh Ukraina untuk melawan serangan rudal Rusia. Arab Saudi telah memesannya dan dilaporkan menginginkan lebih banyak lagi. Amerika mengizinkan Arab Saudi mengakuisi senjata ini sebagai bagian imbalan atas pengakuan resmi mereka terhadap Israel.
Israel telah memiliki sistem pertahanan udara yang sangat dibanggakan dan dikembangkan bersama Amerika. Mereka termasuk rudal ekso-atmosfer Arrow 2 dan Arrow 3.
Rudal ini terbang dengan kecepatan hipersonik dan dapat menembak jatuh rudal balistik di luar angkasa. Perancang sistem Israel mengatakan Arrow berkinerja sesuai harapan dengan hasil yang luar biasa terhadap serangan Iran.
Amerika mendukung operasi pertahanan dengan menembakkan pencegat dari dua kapal perusak angkatan laut di Mediterania timur. Beberapa negara Eropa dan Arab juga membantu Israel mencegat serangan tersebut.
Washington menggambarkan serangan Iran sebagai kalah dan tidak efektif. Namun kerusakan di darat menunjukkan gambaran yang berbeda. Citra satelit menunjukkan kerusakan di pangkalan Angkatan Udara Israel di Nevatim yang menampung pesawat tempur F-35. Termasuk kawah di landasan pacu.
Decker Eveleth dari Pusat Analisis Angkatan Laut (CNA) yang berpusat di Washington mengatakan, gambar tersebut menunjukkan 32 titik dampak. Termasuk beberapa serangan di area hanggar F-35. Namun tidak ada konfirmasi visual yang menunjukkan F-35 menjadi sasaran serangan. Jika memang demikian menurut Eveleth maka hal itu benar-benar sebuah keberuntungan.
Secara politis, pengumuman Thaad disampaikan dalam konteks dukungan kuat pemerintahan Biden terhadap pertahanan Israel. Menurut data Israel, Washington telah mengirim lebih dari 50.000 ton senjata ke Tel Aviv tahun lalu.
Tetapi hal itu juga menyoroti beberapa perubahan kebijakan yang dilakukan oleh Washington. Pertama-tama Amerika mencoba menekan Israel dan musuh-musuhnya agar tidak meningkatkan perang. Sebaliknya mendesak diplomasi.
Ketika hal itu gagal, Gedung Putih kemudian dengan tegas mendukung keputusan sekutunya Israel. Sambil bergerak untuk melindunginya secara diplomatis dan militer.
Pentagon menggambarkan pengerahan Thaad sebagai bagian dari penyesuaian lebih luas yang telah dilakukan militer Amerika dalam beberapa bulan terakhir. Sebuah upaya untuk mendukung Israel dan mempertahankan personel Amerika dari serangan Iran dan kelompok-kelompok yang didukung Iran.
Thaad sebelumnya dikerahkan di Israel selatan untuk sebuah latihan pada tahun 2019. Pengerahan militer Amerika ke Israel di luar latihan merupakan hal yang sangat langka. In mengingat kemampuan Israel sendiri.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi pada Minggu 13 Oktober 2024 mengingatkan Amerika terkait pengerahan pasukan dan sistem rudal ke Israel. Langkah itu dinilai membahayakan nyawa pasukan Amerika sendiri.