Mengapa Bank Indonesia Tidak Laporkan Arus Kas di Laporan Keuangan?
- Budi Santoso menyimpulkan bahwa praktik tidak menyertakan laporan arus kas dalam laporan keuangan adalah umum di kalangan bank sentral di seluruh dunia
Perbankan
JAKARTA - Direktur PricewaterhouseCoopers (PwC) Jakarta, Budi Santoso mengungkapkan alasan di balik tidak disertakannya laporan arus kas dalam laporan keuangan Bank Indonesia (BI).
Menurut Budi, hal ini berkaitan erat dengan sifat dan fungsi unik dari bank sentral yang berbeda dengan entitas komersial lainnya.
Sifat Operasi yang Berbeda
Budi Santoso menjelaskan bahwa BI berfungsi sebagai bank sentral dengan tugas utama menjaga stabilitas moneter dan keuangan, mengatur dan mengawasi sistem pembayaran, serta memelihara stabilitas sistem perbankan.
"Kegiatan operasional BI tidak terfokus pada arus kas yang diperoleh dari operasi bisnis seperti perusahaan komersial. Sebaliknya, BI lebih fokus pada kebijakan moneter dan keuangan,” ujar Budi kepada TrenAsia, Jumat, 5 Juli 2024.
- Insentif PPN DTP Tak Bangkitkan Pasar Apartemen yang Kian Lesu
- SIDO Rajai Emiten Konsumer LQ45, Meski Jumlah Pemegang Sahamnya Turun
- Agar Rp551 Triliun Tak Menguap dari Meja Makan
Jenis Transaksi yang Berbeda
Transaksi yang dilakukan oleh BI juga berbeda secara signifikan dengan transaksi bisnis perusahaan komersial. Transaksi BI melibatkan operasi moneter seperti pengelolaan cadangan devisa, intervensi pasar uang, dan pengendalian likuiditas perbankan.
“Transaksi-transaksi ini tidak menghasilkan arus kas yang relevan dengan cara yang sama seperti transaksi operasi bisnis dalam perusahaan komersial,” terang dia.
Konsistensi dengan Standar Akuntansi
Budi mengatakan, bank sentral sering kali menggunakan standar akuntansi yang berbeda dari entitas komersial. Budi menyebutkan, standar ini biasanya lebih cocok untuk mencerminkan operasi dan tanggung jawab unik bank sentral, dan mungkin tidak mengharuskan penyajian laporan arus kas.
Fokus pada Neraca dan Laporan Laba Rugi
Disampaikan oleh Budi, Laporan keuangan BI lebih menekankan pada neraca dan laporan laba rugi. Neraca mencerminkan aset dan kewajiban BI, sedangkan laporan laba rugi menunjukkan pendapatan dan biaya yang terkait dengan fungsi utama BI.
"Dengan demikian, penyajian laporan arus kas dianggap tidak relevan atau kurang memberikan nilai tambah dalam konteks operasi dan pelaporan keuangan Bank Indonesia,” katanya.
Baca Juga: Mengapa Bank Jumbo Belum Ikut Ketatkan Kebijakan Moneter?
Praktik Umum di Seluruh Dunia
Budi Santoso juga menjelaskan bahwa praktik ini adalah umum di seluruh dunia. Contohnya, Federal Reserve di Amerika Serikat tidak menyertakan laporan arus kas dalam laporan keuangannya.
"Fokus mereka adalah pada neraca dan laporan laba rugi yang memberikan gambaran tentang posisi keuangan dan hasil operasional," jelasnya.
European Central Bank (ECB) juga mengikuti praktik serupa. ECB lebih fokus pada laporan neraca dan laporan laba rugi serta laporan kebijakan moneter untuk memberikan transparansi mengenai operasi mereka.
Hal yang sama juga diterapkan oleh Bank of England (BoE), yang menggunakan laporan neraca dan laporan laba rugi serta dokumen tambahan untuk memberikan informasi lengkap tentang operasional mereka.
- Industri Tekstil Morat-Marit, Berikut Daftar 5 Pabrik Tutup di Jateng
- Waskita Karya (WSKT) Digugat Bos Saratoga Soal Proyek Kedubes India
- EV Dicap Lebih Hijau tapi Listrik Masih dari Batu Bara, Inilah Rekomendasi dari AEER
Kesimpulan
Budi Santoso menyimpulkan bahwa praktik tidak menyertakan laporan arus kas dalam laporan keuangan adalah umum di kalangan bank sentral di seluruh dunia.
Sifat dan fungsi unik bank sentral yang berbeda dari entitas komersial membuat laporan keuangan mereka dirancang untuk mencerminkan prioritas dan tanggung jawab khusus ini.
Bank sentral berfokus pada stabilitas keuangan dan kebijakan moneter, bukan pada analisis arus kas seperti perusahaan komersial.
Dengan demikian, jelaslah bahwa alasan di balik tidak disertakannya laporan arus kas dalam laporan keuangan Bank Indonesia adalah karena perbedaan mendasar dalam sifat operasi, jenis transaksi, standar akuntansi yang digunakan, dan fokus pelaporan keuangan. Praktik ini mencerminkan kebutuhan unik dan tanggung jawab khusus bank sentral dalam menjaga stabilitas moneter dan keuangan di negara masing-masing.