<p>Ilustrasi rokok Gudang Garam. / Gudanggaramtbk.com</p>
Industri

Mengapa Laba Rokok Gudang Garam Milik Orang Paling Tajir di Jatim Ini Anjlok?

  • Emiten rokok milik konglomerat paling tajir di Jawa Timur Susilo Wonowidjojo, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) membukukan penurunan laba bersih sebesar 22% menjadi Rp5,64 triliun pada kuartal III-2020 dari sebelumnya Rp7,24 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Emiten rokok milik konglomerat paling tajir di Jawa Timur Susilo Wonowidjojo, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) membukukan penurunan laba bersih sebesar 22% menjadi Rp5,64 triliun pada kuartal III-2020 dari sebelumnya Rp7,24 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Menukil dari laporan keuangan perseroan, Rabu, 28 Oktober 2020, pendapatan GGRM ini masih tumbuh menjadi Rp83,37 triliun pada kuartal ketiga. Pendapatan tersebut naik tipis 2%  dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp81,72 triliun.

Dari total penjualan, Sigaret Kretek Mesin (SKM) masih jadi sumber pundi-pundi utama. Dengan perolehan sebesar Rp76,08 triliun, penjualan SKM naik dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp74,89 triliun.

Penjualan tertinggi kedua berasal dari Sigaret Kretek Tangan (SKT) sebesar Rp6,37 triliun, membesar dari penjualan kuartal III-2019 sebanyak Rp5,76 triliun.  Sisanya, pendapatan GGRM berasal dari penjualan kertas karbon, rokok klobot, dan lainnya.

Liabilitas GGRM tercatat menjadi Rp20,35 triliun turun 26,57% dibandingkan dengan kuartal IV-2019 sebesar Rp27,71 triliun. Sedangkan, ekuitas perusahaan naik 11,09% menjadi Rp56,58 triliun dibandingkan dengan akhir 2019 sebesar Rp50,93 triliun.

“Penurunan ini terutama karena kemampuan perusahaan melunasi membayar pinjaman bank dengan menggunakan penerimaan dari pelanggan selama periode 1 Januari 2020-30 September 2020,” kata Direktur Gudang Garam Herry Susianto dalam penjelasan tertulis.

Hal ini membuat total aset perseroan tergerus 2,18%, menjadi Rp76,92 triliun dari sebelumnya Rp78,64 triliun pada 31 Desember 2020.

Gedung Gudang Garam. / Gudanggaramtbk.com
Kas dan Beban Utang GGRM

Tertulis dalam laporan, dana kas dan setara kas perseroan mencapai Rp5,55 triliun pada kuartal III-2020. Jumlah itu naik dari perolehan pada akhir kuartal IV-2019 sebesar Rp3,57 triliun.

Diketahui, tumpukan dana perusahaan mayoritas tersimpan di dua bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) besar yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI.

Di Bank Mandiri, total simpanan GGRM mencapai Rp1,02 triliun dalam rupiah dan Rp437,25 miliar berupa valuta asing (valas). Adapun simpanan deposito di bank ini sekitar Rp241,66 miliar.

Sementara di BNI, uang GGRM yang tersimpan di rekening giro mencapai Rp1,30 triliun. Itu belum termasuk deposito senilai Rp271,18 miliar.

Selain simpanan yang makin tebal, hingga akhir kuartal ketiga tahun ini, utang cukai, PPN, dan pajak rokok yang harus ditanggung GGRM juga meroket 192%. Dari hanya Rp5,08 triliun pada 31 Desember 2020, menjadi Rp14,86 triliun.

Rinciannya, utang pita cukai membengkak dari Rp4,62 triliun menjadi Rp12,48 triliun. sementara, PPN dan pajak rokok juga menggembung dari Rp462 miliar menjadi Rp2,38 triliun.

Menurut pernyataan Herry, peningkatan ini sejalan dengan kenaikan saldo terutang perusahaan kepada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea & Cukai tanggal 30 September 2020 dibandingkan 31 Desember 2019, yang disebabkan perbedaan periode jatuh tempo utang di dua tanggal tersebut.

Susilo Wonowidjojo dinobatkan oleh majalah Forbes sebagai orang terkaya keempat di Indonesia. Dia ditaksir memiliki total nilai kekayaan mencapai US$6,6 miliar atau setara Rp96,88 triliun. (SKO)