Mengapa Saham Antam (ANTM) Bisa Jadi Pilihan Cerdas di Semester II-2024?
- Sepanjang tahun ini, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengalami penurunan sebesar 22,19%. Namun, BRI Danareksa Sekuritas melihat adanya potensi perbaikan kinerja bagi emiten plat merah ini pada semester II-2024, sehingga situasi ini dapat menjadi peluang bagi para investor.
Bursa Saham
JAKARTA - Sepanjang tahun ini, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengalami penurunan sebesar 22,19%. Namun, BRI Danareksa Sekuritas melihat adanya potensi perbaikan kinerja bagi emiten plat merah ini pada semester II-2024, sehingga situasi ini dapat menjadi peluang bagi para investor.
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Christian Sitorus dan Timothy Wijaya, memberikan rekomendasi beli untuk saham ANTM dengan target harga Rp2.000 per saham. Sementara itu, pada perdangangan Kamis, 5 September 2024, saham ANTM bergerak stagnan di level Rp1.345 per saham.
Rekomendasi ini didasarkan pada optimisme mengenai kinerja operasional dan keuangan yang diperkirakan akan lebih baik pada paruh kedua tahun 2024, terutama pada kuartal III. Salah satu faktor pendukung adalah rencana penjualan 3.400 ton persediaan feronikel (FeNi) yang tersisa dari kuartal II.
- Sepak Terjang Faisal Basri, Ekonom dan Politikus Terkenal
- Didik Kenang Faisal Basri, Sosok Pejuang Demokrasi dan Reformasi Ekonomi
- Naik Lagi, Simak Daftar Harga Emas Hari Ini
BRI Danareksa Sekuritas juga mencatat persetujuan RKAB (Rencana Kerja dan Anggaran Biaya) yang diterima pada 24 Juni 2024, memungkinkan Antam untuk meningkatkan penjualan bijih nikel dari 700 ribu ton per bulan pada semester I menjadi sekitar 1,1 juta ton per bulan pada semester II.
Selain itu, potensi kenaikan harga emas, yang didorong oleh peningkatan permintaan dari segmen ritel, juga menjadi katalis positif bagi perusahaan.
Menurut riset yang dirilis, percepatan volume penjualan produk Antam pada kuartal III diharapkan membantu mencapai target tahunan penjualan, yakni 10 juta ton bijih nikel, 20 ribu ton FeNi, dan 28 ton emas.
Selain peningkatan volume, rata-rata harga jual bijih nikel yang diprediksi lebih tinggi akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan perusahaan, dengan proyeksi kenaikan pendapatan dari bijih nikel sebesar 15% pada semester II, dibandingkan dengan 8,4% pada semester I.
Faktor positif lainnya adalah kemungkinan Antam menjadi pemegang saham minoritas di pabrik peleburan RKEF milik Tsingshan, yang dianggap lebih strategis dibandingkan membangun smelter baru atau mengakuisisi mayoritas saham smelter yang sudah ada.
Dengan berbagai pertimbangan tersebut, BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan laba bersih ANTM tahun ini akan mencapai Rp2,89 triliun, sedikit menurun dari Rp3,07 triliun pada tahun sebelumnya, sementara pendapatan diproyeksikan mencapai Rp40,97 triliun, turun dari Rp41,04 triliun.