Ilustrasi Fintech Peer to Peer (P2P) Lending alias kredit online atau pinjaman online (pinjol) yang resmi dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bukan ilegal. Ilustrator: Deva Satria/TrenAsia
Fintech

Mengenal Embedded Finance, Bisa Akses Layanan Keuangan dari Aplikasi Apa Saja

  • Fenomena ini juga terus menjamur lantaran super apps bisa mengeruk pendapatan komisi (fee based) lebih banyak dengan melakukan cross selling products.
Fintech
Yosi Winosa

Yosi Winosa

Author

JAKARTA - Pernahkah Anda melakukan pembayaran, menarik pinjaman, menyimpang uang dan layanan keuangan lainnya dari sembarang aplikasi seperti ride hailing, ecommerce dan lain sebagainya yang bukan merupakan aplikasi kategori keuangan? Jika ya, berarti Anda sudah merasakan pengalaman embedded finance.

Secara singkat, embedded finance adalah mekanisme yang memungkinkan layanan keuangan menempel secara native ke dalam sebuah aplikasi. Ia menyederhanakan berbagai tahapan rumit. Melalui mekanisme open API, satu aplikasi bisa membentuk infrastruktur yang terhubung ke back end.

Managing Partner Ideosource Edward Ismawan Chamdani menilai kepopuleran embedded finance saat ini tak lepas dari ketergantungan konsumen terhadap berbagai layanan keuangan yang makin tinggi dan konektivitas ke berbagai layanan keuangan tersebut hanya lewat satu aplikasi, yang lazimnya berbentuk super apps. Sebut saja Gojek, Grab, Tokopedia, Shopee.

Ada pula Brankas yang menggandeng Bank OCBC NISP, Bank Danamon dan Bank Neo Commerce (BNC) sehingga mampu menyediakan layanan pembukaan rekening bank, ewallet, broker hingga manajemen keuangan.

Secara tradisional, start up terdahulu sejatinya sudah melakukan mekanisme yang serupa. Ada pihak penyedia gateway yang menggandeng PLN, post bank, loket pembayaran ataupun payment point online bank (PPOB) lainnya sementara pihak lain bertindak sebagai agregator yang membuka konektivitas ke berbagai kanal.  Jadilah aplikasi pembayaran tagihan listrik PLN, pembelian pulsa dan sebagainya.

Hari ini, tren serupa masuk ke fintek. Fenomena ini juga terus menjamur lantaran super apps bisa mengeruk pendapatan komisi (fee based) lebih banyak dengan melakukan cross selling products. Contohnya Gojek yang menggandeng Pasar Polis, aplikasi mobile banking Bank Jago, Livin, BRIMo yang menggandeng wealth management seperti Bibit, Pluang, Ajaib dan sebagainya. 

“Namun yang perlu diperhatikan keabsahan datanya perlu dijaga. Dari sisi API security sudah terjamin belum? Penggunaan agreement data sudah adakah consent dari user misalnya? Lalu juga perlu hati-hati fraud kalau ada penyalahgunaan data yang tidak lengkap, double atau tidak sinkron bagaimana karena dia kan fungsinya hanya sebagai agregator?,” kata Edward.

Dari sisi guyuran investasi oleh perusahaan modal ventura, embedded finance sudah marak dikucuri pendanaan sejak 3 hingga 4 tahun terakhir.  Mereka memiliki ceruk pasar masing-masing sehingga investor akan mempertimbangkan beberapa faktor seperti lanskap kompetisi, keunikan dan ukuran startup yang akan didanai. 

“Sangat luas ada juga yang garap fintek B2C, ada juga B2B atau bahkan B2G. Jadi misal kita sebagai agregator memfunnel transaksi vendor yang memang memiliki purchase order dengan pemerintah, itu kita ada kerja sama dengan beberapa fintek. Beberapa portofolio kita seperti Stockbit dan Bibit kan juga ada yang menggandeng bank dan integrasi dengan beberapa layanan sekuritas atau aset management,” pungkas Edward.