Harga Mi Instan Naik? Ini Strategi Bertahan Hidup Mengatasi Naiknya Harga Pangan
Nasional

Mengenal Etilen Oksida, Zat Berbahaya yang Dikaitkan dengan Indomie Rasa Ayam

  • Baru-baru ini Indomie Rasa Ayam Spesial menjadi bahan perbincangan setelah ditarik peredarannya di Taiwan. Produk mi instan tersebut diketahui mengandung etilen oksida.

Nasional

Chrisna Chanis Cara

JAKARTA—Baru-baru ini Indomie Rasa Ayam Spesial menjadi bahan perbincangan setelah ditarik peredarannya di Taiwan. Produk mi instan tersebut diketahui mengandung etilen oksida. Merujuk hasil pengujian otoritas setempat, etilen oksida pada Indomie ditemukan di paket bumbu yakni sebesar 0,187 mg/kg.

Lalu, apa sebenarnya etilen oksida dan dampaknya bagi tubuh? Menurut Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA) Amerika Serikat etilen oksida merupakan gas buatan manusia yang memiliki karakter sangat beracun. Senyawa tersebut tidak berwarna, mudah terbakar, dan dapat menghasilkan bau yang manis pada suhu kamar. 

National Cancer menyebutkan etilen oksida sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat memicu sejumlah kanker seperti limfoma (kanker kelenjar getah bening), leukemia (kanker darah), kanker payudara hingga kanker perut. Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) dan Badan Internasional untuk penelitian Kanker (IARC) mengkategorikan etilen oksida sebagai karsinogenik atau pemicu sel kanker. 

Senyawa tersebut memang tidak seharusnya terkandung dalam bahan makanan. Dikutip dari laman resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, etilen oksida biasanya dipakai sebagai fumigan pangan dan tekstil, untuk sterilisasi peralatan kedokteran (keperluan operasi), hingga fungisida pertanian. 

Jika terhirup, paparan etilen oksida dalam jangka waktu pendek dapat menyebabkan iritasi mata, hidung, saluran pernafasan, hingga efek terhadap susunan saraf pusat. Senyawa itu juga bisa memicu kejang, kerusakan paru dan leukemia limfositik apabila terhirup. Dampak etilen oksida bisa semakin berbahaya jika tertelan. 

Dalam jangka panjang, residu pestisida di etilen oksida dikaitkan dengan efek karsinogenik, reproduktif atau penurunan tingkat kesuburan hingga keracunan saraf. Sejauh ini WHO maupun FAO belum mengatur batas maksimal residu etilen oksida pada makanan. Setiap negara menerapkan batas maksimal yang berbeda.  

Pada 2019, Codex Alimentarius Commission (CAC) yang berada di bawah WHO menentukan batas maksimal kontaminan sebesar 0,001 mg/kg atau 1 mikrogram/kg apabila belum ada aturan detail maksimal level dari sebuah kontaminan.