<p>Ilustasi  layanan fintech P2P lending</p>
Fintech

Mengenal Fintech P2P Lending: KIMO, Solusi Pendanaan Pedagang Pulsa

  • KIMO adalah merek aplikasi dari PT Creative Mobile Adventure. KIMO fokus mendukung pertumbuhan UMKM memperloleh pembiayaan dan membuka kesempatan pelaku bisnis ritel meningkatkan potensi usahanya
Fintech
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – KIMO adalah merek aplikasi dari penyelenggara layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi di bawah naungan PT Creative Mobile Adventure.

Berbekal pengalaman di bidang telekomunikasi, Founder KIMO, Bernard Martian bertujuan untuk membantu pemerintah mendigitalisasi inklusi keuangan kepada para pedagang pulsa di seluruh pelosok wilayah Indonesia. 

Kemitraan yang dibangun dengan para distributor operator antara lain Telkomsel, XL Axiata dan Indosat menjadikan KIMO dapat mengakses para pedagang pulsa yang selama ini tidak mendapatkan kesempatan mengakses layanan perbankan untuk mendapat tambahan modal usaha. 

Pemegang Saham KIMO adalah PT Monetrans Mitra Indonesia sebesar 99% dan Leonard Soesanto sebesar 1%. KIMO dikelola oleh para professional yang memiliki latar belakang dan pengalaman di industri telekomunikasi dan juga perbankan. KIMO kini tersedia untuk M-Kios (Telkomsel)

Mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak 13 Mei 2019, KIMO tersedia di Android dan menawarkan layanan fintech lending berbasis konvensional.

Melansir data di laman resmi Selasa 3 Agustus 2021, total akumulasi pinjaman hingga saat ini mencapai Rp542,03 miliar. Sementara total akumulasi pinjaman sepanjang tahun berjalan sebesar Rp1,55 miliar.

Total pinjaman berjalan saat ini senilai Rp71 juta dengan jumlah akumulasi peminjam sebanyak 8.491 dan jumlah peminjam aktif sejumlah 6 peminjam. Adapun Tingkat Keberhasilan Pinjaman (TKB90) KIMO berada di level 97,14%.

KIMO juga merinci sejumlah bunga dan biaya yang berlaku. Suku bunga yang ditawarkan KIMO adalah 0,06% per hari, biaya layanan 0,04% per hari. Kemudian, denda keterlambatan 0,1% per hari dan biaya proses keterlambatan 0,5% per hari.