Mengenal Fintech P2P Lending Resmi: Crowde, Pinjol Khusus Para Petani
Para peminjam (borrower) Crowde merupakan petani maupun pihak-pihak yang terlibat pada rantai pasok industri pertanian yang memenuhi standar kredit pinjaman perusahaan teknologi finansial ini.
JAKARTA – PT Crowde Membangun Bangsa (Crowde) merupakan sebuah platform financial technology peer-to-peer (P2P) lending yang fokus memberikan pendanaan kepada para petani Indonesia.
Entitas ini telah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan nomor registrasi S-270/NB.213/2018. Crowde juga telah terverifikasi dan resmi tergabung sebagai anggota Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).
Sebagai startup fintech lending yang berfokus pada bidang agrobisnis, Crowde menawarkan tiga produk pinjaman pada petani lokal, yakni pendanaan proyek budidaya, pembiayaan inventaris (inventory financing), serta pembiayaan tagihan (invoice financing).
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Proyek-proyek tersebut pun tak hanya mencakup proyek perkebunan atau peternakan, tetapi juga mencakup suplai hingga distribusi hasil pertanian itu sendiri.
Para peminjam (borrower) Crowde merupakan petani maupun pihak-pihak yang terlibat pada rantai pasok industri pertanian yang memenuhi standar kredit pinjaman perusahaan teknologi finansial ini.
Plafon pemodalan yang ditawarkan Crowde mencapai Rp2 miliar dengan suku bunga mulai dari 6% per siklus. Sampai saat ini, total pinjaman yang telah disalurkan sekitar Rp132 miliar. Sementara, jumlah petani yang tergabung dalam ekosistemnya sebanyak 18.000 orang.
Berdasarkan situs resminya, tercatat sebanyak 62.005 orang telah menjadi pemodal (lender) individu pada platform ini. Masyarakat bisa melakukan pemodalan mulai dari Rp100.000.
Untuk lender institusi, tidak kurang dari dua perusahaan telah terdaftar sebagai mitra Crowde, mulai dari perusahaan modal ventura Eight Four Capital hingga anak usaha bank pelat merah, PT Mandiri Capital Indonesia.
Sedangkan, tingkat keberhasilan bayar pada hari ke-90 (TKB90) nasabah Crowde berada pada level 94,83% per 7 Oktober 2020. Dengan angka tersebut, dapat diasumsikan bahwa Crowde berhasil menjaga kualitas kreditnya.
Kisah Para Pendiri
Indonesia merupakan negara agraria yang menggantungkan pertumbuhan ekonominya pada industri pertanian. Ironisnya 78% petani rumah tangga yang aktif di Indonesia tidak memenuhi persyaratan permodalan bank. Hal ini tampaknya yang mendorong lahirnya Crowde.
Perusahaan ini berawal dari pengalaman seorang pemuda bernama Yohanes Sugihtononugroho yang sempat menjadi petani mandiri. Di tengah jalan, usahanya mengalami kegagalan akibat tersendat masalah pemodalan dan ekosistem yang rumit.
Berangkat dari keadaan tersebut, Yohanes dan temannya, Risyad, membangun Crowde sekitar tahun 2015-2016 guna merevolusi sektor pertanian dalam negeri. Keduanya memiliki impian untuk menyederhanakan kehidupan petani Indonesia yang kompleks.
Menjabat sebagai CEO, Yohannes menakhodai Crowde untuk mendukung terciptanya ekosistem permodalan petani yang berkelanjutan. Sepanjang perjalanannya tersebut, ia telah memperoleh penghargaan sebagai Under 30 kategori Social Enterprise versi Forbes Asia 2018, penghargaan Under 40 dari Markplus.inc 2018, dan Unreasonable Fellow 2019.
Sementara rekannya, M Risyad Ganis menjabat sebagai komisaris perusahaan. Ia sendiri telah lebih dari lima tahun berpengalaman di bidang analisa data dan teknologi,
Risyad adalah lulusan Bachelor of Arts Melbourne University, Australia. Menekuni bidangnya pada fintek asal London, Willis Towers Watson dan berkarya pada konsultan Data Science, Data Analytics, and Software Development bernama Celerates. (SKO)