olahan ikan fugu yang dijual di Jepang
Destinasi & Kuliner

Mengenal Fugu, Ikan Beracun yang Diolah Jadi Makanan Berharga Fantastis di Jepang

  • TOKYO - Fugu atau dikenal dengan ikan buntal biasanya tak bisa dikonsumsi. Alasannya, ikan ini mengandung racun yang dapat membunuh pengkonsumsinya dalam waktu
Destinasi & Kuliner
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

TOKYO - Fugu atau dikenal dengan ikan buntal biasanya tak bisa dikonsumsi. Alasannya, ikan ini mengandung racun yang dapat membunuh pengkonsumsinya dalam waktu sekejap.

Namun di Jepang, Ikan ini berhasil diolah menjadi makanan lezat berharga fantastis. Per porsinya, olahan set ikan buntal mencapai harga kisaran 30.000 Yen Jepang atau setara Rp3,9 juta (asumsi kurs Rp135 per Yen Jepang).

Dari sekitar 120 jenis ikan buntal, 22 diantaranya telah disetujui pemerintah Jepang untuk dikonsumsi. Namun jenis yang paling populer sekaligus paling mematikan adalah torafugu atau dikenal dengan ikan buntal Harimau.

Biasanya, olahan torafugu dapat ditemukan di restoran kelas atas. Olahan yang disajikan antara lain berupa sashimi yang diiris tipis, digoreng, hingga membuat sake panas yang dikenal dengan hirezake.

Salah satu restoran di Tokyo, Yamada mengaku telah menyajikan ikan buntal selama lebih dari 100 tahun. Dalam memasok ikan buntal, mereka menerbangkan ikan tersebut hidup-hidup dari tempat penangkapan.

Di Pasar Haedomari, ikan buntal dilelang menggunakan tas dan isyarat tangan tersembunyi. Setiap calon pembeli memasukkan tangan mereka ke dalam tas dan mengajukan penawaran secara diam-diam, sebelum penawar yang berhasil dipilih.

Demikan pula halnya dengan cara menjual olahan ikan tersebut. Ketika menjual makanan berbahaya seperti itu, restoran sangat mementingkan keamanan.

Pada tahun 2018, sebuah supermarket secara tidak sengaja menjual lima bungkus ikan yang hati beracunnya tidak dibuang. Alhasil, kota tersebut menggunakan sistem peringatan untuk memperingatkan penduduk.

Penuh kehati-hatian

Dalam beberapa bagian tubuh ikan buntal, terdapat tetrodotoxin yang kandungan racunnya lebih buruk dibanding sianida. Maka dari itu, butuh keahlian khusus bagi sang koki mengolah makanan ini agar racun tak menyebar.

Sebelum menyajikanfugu, sang koki harus berlatih dan mengetahui bagian mana saja yang beracun.

Bagian beracun dari ikan buntal sangat bervariasi, tergantung pada jenis spesies. Kemunculan spesies hibrida muncul saat ini mejadi lebih suit untuk dibedakan.

Salah satu hal yang paling sulit untuk dibedakan adalah indung telur fugu betina yang sangat beracun dan bagian testis jantan yang merupakan makanan lezat.

Pemerintah Jepang secara ketat mengontrol siapa yang dapat menyiapkan fugu, dan koki perlu mengikuti ujian ekstensif sebelum mereka diizinkan secara hukum untuk menyajikan ikan. Peraturan ketat ini dilakukan karena di Jepang, lebih banyak orang yang meninggal karena makan tiram dibanding ikan buntal setiap tahunnya.

Semua keterampilan dan pelatihan yang digunakan untuk menyiapkan ikan ini otomatis mempengaruhi harga fugu.

Adapun cara mengolahnya adalah, ikan dibunuh beberapa detik sebelum persiapan. Proses pengolahan sekilas tampak mengerikan karena saat diolah, ikan otot ikan tersebut mengejang sebelum pada akhirnya mati. Dengan begitu, daging ikan fugu bisa tetap segar dalam kurun waktu 24 jam.

Hampir terancam

Akibat konsumsi yang berlebihan, ikan buntal harimau saat ini dalam status hampir terancam. Oleh sebab itu, ada tahun 2005 pemerintah Jepang membatasi kuota dan musim penangkapannya.

Selain itu, spesies lain yang populer dikonsumsi oleh masyarakat Jepang, ikan buntal Cina juga populasinya telah menurun hingga 99,9 persen dalam 45 tahun terkahir.

Merosotnya populasi ikan buntal dapat diakali dengan bududaya. Olahan versi budidaya ini dibanderol dengan harga lebih murah. Namun, jumlahnya masih sulit untuk ditingkatkan. Selain itu, konsumen juga mengeluhkan bahwa ikan budidaya rasanya kurang enak.