Mengenal Hizbullah, Kelompok yang Dukung Hamas Lawan Israel
- Hizbullah membanggakan senjata termasuk roket presisi dan drone. Mereka mengklaim dapat menyerang seluruh bagian Israel. Pada tahun 2021, pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, mengatakan kelompok tersebut memiliki 100.000 pejuang.
Dunia
JAKARTA - Hizbullah Lebanon telah terlibat saling tembak dengan pasukan Israel di sepanjang perbatasan sejak Hamas dan Israel terlibat dalam perang pada tanggal 7 Oktober 2023.
Kekerasan di perbatasan antara Israel dan Lebanon adalah eskalasi paling mematikan sejak Hizbullah dan militer Israel terlibat dalam perang besar pada tahun 2006. Lantas siapa sebenarnya Hizbullah? Apa hubungannya dengan Hamas?
Asal Usul Hizbullah
Pengawal Revolusi Iran mendirikan Hizbullah pada tahun 1982, di tengah perang saudara Lebanon tahun 1975-1990. Itu adalah bagian dari upaya Iran untuk mengekspor Revolusi Islam 1979 ke seluruh wilayah dan melawan pasukan Israel setelah invasi mereka ke Lebanon tahun 1982.
- Menengok Warehouse Sociolla, Gudang Berbasis Digital Terbesar di Tangerang
- Sejarah Hallowen dan Tradisi Perayaan Ini di Berbagai Negara
- Parlemen Libya Desak Penghentian Ekspor Minyak ke Negara Pro-Israel
Berideologi Islamis Syiah, Hizbullah merekrut Muslim Syiah Lebanon. Kelompok ini telah bangkit dari faksi bayangan menjadi kekuatan bersenjata berat dengan pengaruh besar atas negara Lebanon. Amerika Serikat, beberapa pemerintah Barat, dan lainnya menganggapnya sebagai organisasi teroris.
Seberapa Kuat Kekuatan Militer Hizbullah?
Sementara kelompok lain melucuti senjata setelah perang saudara Lebanon, Hizbullah menyimpan senjatanya untuk melawan pasukan Israel yang menduduki wilayah selatan negara yang didominasi Muslim Syiah itu. Perang gerilya selama bertahun-tahun membuat Israel mundur pada tahun 2000.
Hizbullah memperlihatkan kemajuan militernya pada tahun 2006 selama perang lima pekan dengan Israel, yang meletus setelah mereka melintasi perbatasan Israel, menculik dua tentara dan membunuh yang lainnya.
Selama konflik tersebut, Hizbullah meluncurkan ribuan roket ke Israel, yang mengakibatkan kematian 1.200 orang di Lebanon. Sebagian besar di antaranya adalah warga sipil, dan 158 tentara Israel tewas.
Kekuatan militer Hizbullah meningkat setelah mereka dikerahkan ke Suriah, sekutu Iran lainnya di wilayah tersebut, untuk membantu Presiden Bashar al-Assad melawan pemberontak yang sebagian besar adalah Muslim Sunni.
Hizbullah membanggakan senjata termasuk roket presisi dan drone. Mereka mengklaim dapat menyerang seluruh bagian Israel. Pada tahun 2021, pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, mengatakan kelompok tersebut memiliki 100.000 pejuang.
Iran memberikan senjata dan uang kepada Hizbullah. Amerika Serikat memperkirakan Iran telah mengalokasikan ratusan juta dolar setiap tahunnya kepada mereka dalam beberapa tahun terakhir.
Peran Hizbullah dalam Konflik Israel-Hamas
Hizbullah memiliki hubungan yang mendalam dengan Hamas, yang mengendalikan Gaza, dan Jihad Islam, sebuah faksi Palestina lain yang didukung Iran. Hizbullah memiliki kontak langsung dengan kepemimpinan perlawanan Palestina pada 7 Oktober 2023, saat militan Hamas melakukan serangan terhadap Israel, hal yang memicu serangan udara dan darat ke Gaza.
Sejak 7 Oktober 2023, Hizbullah telah terlibat dalam pertukaran tembakan lintas perbatasan dengan Israel yang semakin intens. Hamas dan Jihad Islam telah melancarkan serangan terhadap Israel dari Lebanon untuk pertama kalinya, termasuk infiltrasi melintasi perbatasan ke Israel oleh Jihad Islam pada tanggal 10 Oktober 2023.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan pada 22 Oktober 2023, jika Hizbullah membuka front perang dengan Israel, hal tersebut akan mengakibatkan serangan balasan dengan magnitudo yang tak terbayangkan terhadap Lebanon.
Pengaruh Regional yang Dimiliki Hizbullah
Hizbullah telah menjadi sumber inspirasi dan dukungan bagi kelompok-kelompok lain yang didukung Iran di Timur Tengah. Mereka telah melatih kelompok-kelompok bersenjata di Irak dan ikut serta dalam pertempuran di sana.
Arab Saudi mengatakan Hizbullah juga telah berperang untuk mendukung Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman. Hizbullah membantahnya.
Peran Hizbullah di Lebanon
Pengaruh Hizbullah didukung persenjataannya yang canggih dan dukungan dari banyak Syiah Lebanon yang mengatakan kelompok itu membela Lebanon dari Israel. Partai Lebanon yang menentang Hizbullah mengatakan kelompok itu telah merongrong negara dan menuduhnya secara sepihak menyeret Lebanon ke dalam konflik bersenjata.
Hizbullah memiliki menteri di pemerintahan dan anggota parlemen di parlemen. Mereka memasuki politik Lebanon secara lebih menonjol pada tahun 2005 setelah Suriah menarik pasukannya dari Lebanon menyusul pembunuhan mantan perdana menteri Rafik al-Hariri, yang melambangkan pengaruh Saudi di negara itu.
Pengadilan yang didukung PBB menghukum tiga anggota Hizbullah secara in absentia atas pembunuhan tersebut. Hizbullah menyangkal peran apa pun, menggambarkan pengadilan sebagai alat musuh-musuhnya.
Pada tahun 2008, perebutan kekuasaan antara Hizbullah dan musuh politiknya di Lebanon, yang mendapat dukungan dari Barat dan Arab Saudi, berubah menjadi konflik singkat. Pejuang Hizbullah mengambil alih sebagian Beirut setelah pemerintah berjanji untuk mengambil tindakan terhadap jaringan komunikasi militer kelompok tersebut.
Pada 2016, politisi Kristen yang bersekutu dengan Hizbullah Michel Aoun menjadi presiden, dalam sistem politik sektarian Lebanon, kursi kepresidenan dipegang oleh seorang Kristen Maronit.
Dua tahun kemudian, Hizbullah dan sekutunya memenangkan mayoritas parlemen. Mayoritas ini hilang pada tahun 2022, tetapi kelompok tersebut terus menjalankan pengaruh politik yang besar.
Kelompok ini berkampanye melawan seorang hakim yang menyelidiki ledakan pelabuhan Beirut tahun 2020, yang menghancurkan sebagian besar ibu kota, setelah dia berusaha menanyai sekutu Hizbullah. Kebuntuan tersebut memicu bentrokan mematikan di Beirut pada tahun 2021.
Hizbullah dan Serangan Terhadap Barat
Pejabat keamanan Lebanon dan intelijen Barat mengatakan kelompok yang terkait dengan Hizbullah melakukan serangan bunuh diri terhadap kedutaan dan sasaran Barat, dan menculik orang Barat pada 1980-an.
Jihad Islam, yang tidak terkait dengan organisasi Palestina, dianggap dipimpin oleh Imad Moughniyah, seorang komandan tinggi Hizbullah yang tewas dalam sebuah bom mobil di Suriah pada 2008.
AS menganggap Hizbullah bertanggung jawab atas pemboman bunuh diri yang menghancurkan markas Marinir AS di Beirut pada tahun 1983, menewaskan 241 prajurit, dan serangan bunuh diri di kedutaan besar AS pada tahun yang sama.
Sebuah bom bunuh diri juga menghantam sebuah barak Prancis di Beirut pada tahun 1983, menewaskan 58 pasukan terjun payung Prancis.
Mengacu pada serangan dan penyanderaan itu, pemimpin Hizbullah Nasrallah mengatakan dalam sebuah wawancara tahun 2022, serangan itu dilakukan oleh kelompok-kelompok kecil yang tidak terkait dengan Hizbullah.
Pandangan Barat
Negara-negara Barat termasuk AS menetapkan Hizbullah sebagai organisasi teroris. Begitu juga negara-negara Teluk Arab sekutu AS termasuk Arab Saudi. Uni Eropa mengklasifikasikan sayap militer Hezbollah sebagai kelompok teroris, tetapi bukan sayap politiknya.
Argentina menyalahkan Hizbullah dan Iran atas pemboman tahun 1994 di sebuah pusat komunitas Yahudi di Buenos Aires yang menewaskan 85 orang, dan atas serangan tahun 1992 terhadap kedutaan Israel di Buenos Aires yang menewaskan 29 orang. Iran dan Hizbullah sama-sama menyangkal bertanggung jawab.