Kebo-keboan: Upacara Adat Khas Banyuwangi Agar Panen Melimpah
Nasional & Dunia

Mengenal Kebo-keboan, Upacara Adat Khas Banyuwangi Agar Panen Melimpah

  • Simak penjelasan apa itu tradisi atau ritual Kebo-keboan, upacara adat khas Banyuwangi.

Nasional & Dunia

Justina Nur Landhiani

JAKARTA - Setiap daerah di Indonesia memiliki adat istiadatnya tersendiri, tidak terkecuali Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Banyuwangi memiliki ritual adat yang disebut Kebo-keboan Alasmalang, di mana upacara ini adalah warisan dari leluhur masyarakat Dusun Krajan, Desa Alasmalang yaitu Buyut Karti yang hidup pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1725.

Buyut Karti dipercaya sebagai cikal bakal Desa Alasmalang, dan orang yang pertama kali melakukan upacara adat Kebo-keboan ini. Konon, upacara adat ini pertama kali dilakukan ketika Desa Alasmalang terkena wabah penyakit dan gagal panen. Pada waktu tersebut masyarakat percaya bahwa agar pagebluk hilang maka harus mengadakan selamatan. Sejak dilaksanakan upacara Kebo-keboan, bencana tak lagi melanda penduduk Alas Malang. 

Wujud Rasa Syukur Atas Hasil Panen

Upacara ini bertujuan untuk penolak bala sekaligus ungkapan rasa syukur dari masyarakat atas rejeki dan hasil panen yang telah diperoleh. Prosesinya diawali dengan selamatan dengan cara ater-ater nasi. Selanjutnya dilakukan penanaman palawija di sepanjang jalan Desa Alasmalang dengan cara ditopang bambu sehingga tanaman berdiri. Tidak hanya itu, semua tanaman diletakkan di tengah jalan, dan setelah penanaman palawija akan dilanjutkan upacara bersih desa di sepanjang jalan desa. 

Pada umumnya, upacara dilakukan pada pukul 06.00-08.00, dengan sesaji yang terdiri atas berbagai makanan yang disajikan di sepanjang jalan dengan alas tikar. Setelah diadakan upacara bersih desa, maka akan dilanjutkan ider bumi di mana kebo-keboan diberi mantra oleh para pawang.

Pada saat dilakukan ritual ider bumi, puluhan kebo-keboan ini mengelilingi empat penjuru arah mata angin desa Alasmalang. Tidak hanya itu, mereka juga akan melakukan ritual layaknya siklus bercocok tanam, mulai dari membajak sawah, mengairi persawahan, hingga kerbau tersebut juga menemani petani saat menabur benih padu.

Kerbau yang dimaksud dalam tradisi Kebo-keboan ini juga bukan merupakan hewan ternak, tapi warga desa yang berdandan seperti seekor kerbau. Badan warga dilumuri jelaga hingga badannya berwarna hitam pekat seperti kerbau. Tidak hanya itu, warga juga memakai aksesori di kepala berbentuk tanduk dan gelang kerincing di tangan dan kakinya.

Kebo-keboan ini ikut berkubang, bergumul di lumpur, dan bergulung-gulung di sepanjang jalan yang mereka lewati. Tidak hanya itu, ketika berjalan, perut kebo-keboan ini juga ditali seperti kerbau.

Tradisi Kebo-keboan Perlu Dilestarikan

Ritual Kebo-keboan khas Banyuwangi ini merupakan simbolisasi penghormatan kepada leluhur dan alam agar panen mereka melimpah. Ritual ini juga baru saja digelar oleh masyarakat Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, pada Minggu, 30 Juli 2023.

Sebagai salah satu warisan budaya Indonesia, tidak mengherankan jika ritual ini turut dilestarikan. Hal itulah yang juga diungkapkan oleh Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani yang turut hadir dalam ritual tersebut.

"Ini adalah salah satu warisan budaya yang harus kita lestarikan dan kembangkan. Saya salut dengan masyarakat Alas Malang yang tetap menjaga tradisi ini," ujarnya, seperti yang dikutip dari laman Kabupaten Banyuwangi pada Senin, 31 Juli 2023.

Tradisi Kebo-keboan yang diselenggarakan di Desa Alasmalang, Banyuwangi ini juga dapat menarik minat para wisatawan, di mana para masyarakat turut memeriahkan dengan ikut menyaksikannya.