Rokok Kretek
Nasional

Mengenal Lebih Dekat Industri Kretek

  • Industri kretek pernah menjadi pilar utama perekonomian Hindia Belanda pada masa depresi ekonomi di tahun 1930-an.

Nasional

Distika Safara Setianda

JAKARTA – Kretek memiliki keunikan tersendiri. Dalam skala industri, kretek menjadi salah satu sektor prioritas yang memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan negara. Dari hulu ke hilir, industri kretek menjadi sumber mata pencaharian bagi jutaan masyarakat, mulai dari petani hingga pedagang asongan.

Dilansir dari ugm.ac.id, Sejawaran UGM, Dr. Sri Margana, M.Phil, menyatakan industri kretek pernah menjadi pilar utama perekonomian Hindia Belanda pada masa depresi ekonomi di tahun 1930-an. Industri kretek yang beroperasi di desa dan skala rumahan justru mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Margana menyatakan industri kretek merupakan satu-satunya industri yang dimiliki pribumi.

Ia menambahkan, saat itu industri kretek menjadi sumber ekonomi masyarakat pribumi. Hal ini dikarenakan dari hulu ke hilir, seluruh bahan baku pembuatan kretek bersasal dari orang-orang pribumi. “Jika di industri kolonial kita hanya menjadi kuli, tidak demikian dengan industri kretek,” paparnya.

Dilansir dari lembagatembakaujember.disperindag.jatimprov.go.id, kretek adalah hasil karya tangan masyarakat Indonesia. Campuran tembakau dan cengkeh yang dilinting bersamaan menciptakan rasa yang berbeda dari rokok biasa. Produk ini mencerminkan ciri khas Indonesia, apalagi keberadaan cengkeh yang merupakan tanaman endemik nusantara.

Selain menggunakan tembakau dan cengkeh—Indonesia dalam hal ini adalah produsen tembakau dan cengkih terbaik di dunia, cita rasa setiap merek kretek ditentukan oleh bahan-bahan khusus yang ditambahkan selama proses produksi.

Komposisi bahan-bahan tersebut berbeda antara satu merek dengan yang lainnya dan merupakan resep rahasia masing-masing perusahaan. Untuk mencapai keseimbangan rasa yang sempurna, sebatang kretek bisa mengandung lebih dari 30 jenis tembakau yang berbeda.

Bahan khusus yang digunakan dapat mengandung hingga 100 bahan atau aroma. Usia tembakau yang dipilih berperan penting, begitu pula perbandingan antara tembakau dan cengkeh. 

Dari segi fisik, kretek masa kini telah mengalami banyak perkembangan dibandingkan dengan produk linting tangan sederhana tahun 1800-an.

Meski tampil dalam kemasan modern yang lebih menarik dan dengan aroma inovatif, esensi kenikmatan khas kretek tidak berubah. Pengalaman klasik ini terus menjadi daya tarik, tidak hanya bagi generasi baru di dalam negeri, tetapi juga di pasar internasional.

Aroma dan cita rasa baru terus bermunculan di pasaran, didukung penerapan metode penelitian dan pengembangan terkini. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan-perusahaan asal Eropa juga mulai mengembangkan berbagai pilihan aroma untuk industri kretek.

Dilansir dari djarum.com, kretek telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang dinikmati secara luas di seluruh penjuru nusantara. Dengan banyaknya merek dan aroma yang tersedia, kretek menarik konsumen dari berbagai lapisan sosial. Beberapa merek menyasar pasar kelas bawah, sementara lainnya membangun citra kelas atas.

Selain itu, semakin banyak audiens internasional yang mengetahui dan menyadari keunikan rasa kretek. Bagi mereka, kretek sering dipilih sebagai produk untuk dinikmati dalam momen-momen spesial.

Pergeseran demografi lainnya adalah kemunculan perokok kretek wanita, sesuatu yang tidak terbayangkan seratus tahun lalu. Singkatnya, kretek berhasil beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan nilai tradisional yang melekat.

Kretek tetap memegang peran yang sama dalam kehidupan kita. Meski kini selera cenderung beralih ke kretek dengan filter, kretek tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kebiasaan masyarakat. Bahkan, jenis kretek tradisional seperti kretek tangan, klobot, dan klembak menyan masih bertahan dan tetap ada.