Lokananta
Gaya Hidup

Mengenal Lokananta, Harta Karun Musik Nusantara

  • Lokananta adalah studio musik pertama dan terbesar di Indonesia.

Gaya Hidup

Chrisna Chanis Cara

SOLO—Kota Solo tengah gencar berbenah. Salah satu hal yang menjadi fokus adalah memoles sektor pariwisata. Sejumlah “mutiara terpendam” seperti Lokananta pun mulai dipoles agar kembali berkilau. Lokananta adalah studio musik pertama dan terbesar di Indonesia. 

Direktur Radio Republik Indonesia (RRI) kala itu, R. Maladi, menjadi pencetus lahirnya Lokananta, tepatnya tanggal 29 Oktober 1956. Berdiri di atas lahan 21.500 meter persegi, Lokananta memiliki sejumlah ruangan yang menyimpan jejak sejarah musik Nasional.  

Ada ruangan khusus yang menyimpan koleksi pemutar piringan hitam, audio master, alat pengganda kaset, penguat sinyal audio, pemutar video, hingga pemberi efek suara. Ada pula ruang koleksi vinyl yang menyimpan puluhan piringan hitam. Yang menarik, Lokananta juga memiliki ruang penyimpanan gamelan “Sri Kuncoro Mulyo”, gamelan milik Raden Moelya Soeprobo yang didapat dari Priyagung Trah Dalem Yogyakarta Hadiningrat. 

Awalnya Lokananta berfungsi menyuplai bahan siaran untuk 26 stasiun RRI di penjuru Nusantara. Seiring perkembangan zaman, Lokananta berkembang menjadi label rekaman dengan fokus pada lagu daerah, pertunjukan kesenian, hingga penerbitan buku dan majalah. Produksi audio di Lokananta berganti dari piringan hitam ke kaset pita mulai tahun 1972.

Pada tahun 2004, pengelolaan Lokananta masuk di Perum Percetakan Negara Republik Indonesia yang kegiatannya meliputi studio rekaman, duplikasi audio (kaset dan CD), penyiaran, serta percetakan dan penerbitan. Salah satu koleksi langka yang dapat ditemui di Lokananta adalah sound JBL Paragon seri D-44000, seri pertama stereo dari perusahaan sound JBL. Bentuknya menyerupai bifet dan hanya diproduksi 1000 unit di seluruh dunia.

Sejumlah aset bersejarah seperti master dan piringan hitam berisi pembacaan ulang teks proklamasi Bung Karno juga dapat ditemui. Lagu Indonesia Raya yang direkam orang Belanda, Josef Kleber di RRI pada tahun 1950 juga masih tersimpan masternya di Lokananta. Di masa keemasannya, Lokananta juga turut melahirkan maestro keroncong seperti Gesang dan Waldjinah serta penyanyi pop Titiek Puspa. Keduanya pernah merekam karyanya di Lokananta. 

Sempat meredup, Lokananta kembali bersinar setelah musisi macam Glenn Fredly, Shaggy Dog hingga White Shoes and The Couples Company mencoba rekaman di sana. Anak-anak muda pun mulai kembali mengenal harta karun musik Nusantara tersebut. Kini Lokananta bersiap “melompat lebih tinggi” menyusul pemugaran yang diinisiasi Kementerian BUMN. 

Revitalisasi Lokananta bakal menjadikan lokasi tersebut tak sekadar menjadi tempat penyimpanan rekaman bersejarah, melainkan juga creative and commercial hub berbasis musik. Lokananta pascarevitalisasi bakal dilengkapi gedung pertunjukan musik, museum, toko penjualan merchandise musik, modernisasi studio rekaman hingga sentra UMKM. Menteri BUMN, Erick Thohir, menjanjikan wajah baru Lokananta sudah bisa menyapa warga pada pertengahan tahun ini. “Targetnya bulan Juni 2023 selesai,” ucapnya.