Mengenal Ogoh-ogoh: Karya Seni Patung yang Kerap Dipawaikan Jelang Nyepi
- fungsi Ogoh-ogoh adalah sebagai representasi Buta Kala, proses ini melambangkan keinsyafan manusia terhadap kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat.
Gaya Hidup
JAKARTA - Beberapa kota di Indonesia menyelenggarakan pawai Ogoh-ogoh menjelang perayaan Hari Raya Nyepi. Sebut saja beberapa Kota di Bali, Yogyakarta, Jakarta, dan terbaru adalah Kota Solo yang pertama kali menggelar pawai Ogoh-ogoh untuk memberi ruang bagi semua agama dan komunitas menggelar perayaan hari besarnya.
Melansir dari laman website Indonesia Kaya, Ogoh-ogoh adalah patung atau boneka raksasa dengan wujud yang beraneka rupa yang merupakan simbolisasi dari unsur negatif, sifat buruk, dan kejahatan yang ada di sekeliling kehidupan manusia.
Ogoh-ogoh biasanya terbuat dari kerangka bambu yang dilapisi dengan kertas. Namun seiring berjalannya waktu, bahan dasar pembuat boneka Ogoh-ogoh sudah bergeser menjadi styrofoam untuk menghasilkan bentuk dimensi yang lebih halus.
- Sritex Tunjuk Presidir Baru, Ini Gurita Bisnis Tekstil Keluarga Lukminto
- Dokter Ungkap Kondisi Ahsan Usai Cedera di Final All England 2023
- Subsidi Sepeda Motor Listrik Berlaku Mulai Hari Ini
- Hewan Apa yang Memiliki Gigitan Terkuat?
Melansir dari akun Twitter resmi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ogoh-ogoh berasal dari kata ogah-ogah yang artinya menggoyangkan atau mengguncang.
Ogoh-ogoh memiliki berat sekitar 900-1,3 ton dengan tinggi 2,5 meter yang biasanya dibuat menyerupai 3 jenis yaitu Buta Kala, tokoh pewayangan, dan kontemporer.
Masih berdasarkan laman website Indonesia Kaya, arak-arakan Ogoh-ogoh biasanya dilakukan bersamaan dengan ritual Ngrupuk. Yaitu salah satu ritual yang biasa digelar sebelum Nyepi dengan berkeliling pemukiman sambil membuat bunyi-bunyian disertai penebaran nasi tawur dan menyebarkan asap dupa atau obor secara beramai-ramai dengan tujuan untuk mengusir buta kala beserta segala unsur negatif lainnya agar menjauh dan tidak mengganggu kehidupan manusia.
Melansir dari laman website resmi Prokamsetda Buleleng, fungsi Ogoh-ogoh adalah sebagai representasi Buta Kala, proses ini melambangkan keinsyafan manusia terhadap kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat.
Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.
Sebelum memulai pawai ogoh-ogoh para peserta upacara atau pawai biasanya melakukan minum-minuman keras tradisional yang dikenal dengan nama arak. Pada umumnya ogoh-ogoh di arak menuju sutau tempat yang diberi nama sema (tempat persemayaman umat Hindu sebelum dibakar dan pada saat pembakaran mayat) kemudian Ogoh-ogoh yang sudah diarak mengelilingi desa tersebut dibakar.