logo
Direktur Digital Service Transformation & Information Technology Prodia Andri Hidayat, Direktur Business & Marketing Prodia Indriyanti Rafi Sukmawati dan Dokter Prodia Health Care Kramat dr. Rachmad Wishnu Hidayat, SpKO saat peluncuran aplikasi Prodia for Doctor, Digital Diagnostic Partner di Laboratorium Klinik Prodia, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Senin 4 April 2022. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Korporasi

Mengenal Prodia (PRDA), Emiten Kesehatan yang Rajin Tebar Dividen

  • Nama Prodia atau PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) kini tengah menarik perhatian kalangan warganet. Namun, bagi para investor, saham ini sudah menjadi rahasia umum sebagai emiten sektor kesehatan yang rajin membagikan dividen. Lantas, bagaimana profil perusahaan ini?

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - Nama Prodia atau PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) kini tengah menarik perhatian kalangan warganet. Namun, bagi para investor, saham ini sudah menjadi rahasia umum sebagai emiten sektor kesehatan yang rajin membagikan dividen. Lantas, bagaimana profil perusahaan ini?

Prodia adalah perusahaan kesehatan yang didirikan pada 7 Mei 1973 melalui sebuah yayasan yang berfokus pada laboratorium klinik sederhana di Solo, Jawa Tengah. Dua tahun setelahnya, pada 1975, laboratorium klinik pertama di Jakarta dan Bandung mulai beroperasi.

Pada 8 Februari 1988, yayasan ini berubah menjadi perseroan terbatas dan mulai beroperasi secara komersial. Seiring waktu, perusahaan ini menjalin kerja sama internasional dengan National University Hospital, Singapore, dan Specialty Lab (sekarang Quest Lab) di USA pada 1990. 

Pada 26 November 2016, PRDA memperoleh pernyataan efektif dari OJK dan melaksanakan IPO saham pada 7 Desember 2016, dengan menawarkan 187,5 juta saham di harga Rp6.500 per saham. Melalui aksi korporasi tersebut, perseroan memperoleh dana segar Rp1,22 triliun. 

Berdasarkan data perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia, PT Prodia Utama menjadi pemeganga saham ini dengan porsi kepemilikan 57%, disusul Bio Majesty Pte Ltd sebesar 15%, dan masyarakat umum sebanyak 28%. 

Yang menarik, sejak melantai di bursa, perusahaan ini tidak pernah absen membagikan dividen. Selain itu, nilai dividen per saham juga selalu naik setiap tahunnya, kendati pada tahun buku 2023 ada penurunan dibanding tahun sebelumnya. Berikut rinciannya. 

Sejarah pembagian dividen PRDA/Dok:RHB Sekuritas

Sementara itu, pada perdagangan berjalan hari ini, Kamis, 30 Januari 2025, saham PRDA terpantau melemah 1,94% ke level Rp2.530 per saham. Secara year to date, saham ini juga mengalami penurunan 5,24%. Mengacu harga tersebut, maka dividen yield yang ditawarkan perseroan berada di level 6,56%. 

Nah, dari sisi kinerja keuangan, hingga kuartal III-2024, emiten bersandikan PRDA ini mencetak laba bersih Rp194,3 miliar, mengalami penurunan sebesar 17,5% dibandingkan dengan kuartal III-2023 yang mencapai Rp235,6 miliar. 

Penurunan laba tersebut, sejalan dengan pendapatan perusahaan hingga kuartal III-2024 juga turun 0,87%, dari Rp1,61 triliun pada kuartal III-2023 menjadi Rp1,59 triliun. Lantas bagaimana dengan rencana perseroan di tahun ini. 

Manajemen PRDA menyampaikan bahwa hasil keseluruhan tahun 2024 masih menunggu audit final. Kinerja kuartal pertama 2025 diprediksi dipengaruhi banyaknya hari libur, sehingga proyeksi lebih lanjut masih ditunda. 

Yang jelas pada tahun ini, PRDA berencana memperkenalkan lebih dari 14 tes kesehatan baru yang fokus pada deteksi dini dan pencegahan penyakit. Selain itu, mereka juga akan memperluas produk digital seperti aplikasi U by Prodia dan platform Prodia for Doctors untuk mempermudah pemantauan kesehatan.

Selain itu, manajemen PRDA juga mengapresiasi program pemeriksaan kesehatan gratis dari pemerintah yang diyakini akan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan, meskipun Prodia tidak terlibat langsung.

Dengan langkah inovatif ini, PRDA berharap dapat meningkatkan pendapatan dan memperluas pangsa pasar pada 2025, dengan fokus pada transformasi digital sebagai kunci masa depan perusahaan.