Mengenal Sindrom PMS dan Gangguan Pra-Menstruasi Disforik
- PMS mempengaruhi hampir setengah wanita di seluruh dunia dan 95% di Indonesia, PMS dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang ditandai dengan berbagai gejala, mulai dari perubahan mood, sakit perut, hingga sakit kepala dan gangguan lainnya.
Sains
JAKARTA - Kesehatan reproduksi tidak hanya mencakup dimensi fisik, tetapi juga aspek psikis dan sosial yang terkait dengan sistem reproduksi.
Kondisi ketidakseimbangan dalam kesehatan reproduksi, seperti Sindrom Pra-Menstruasi (PMS) dan Gangguan Pra-Menstruasi Disforik/Parah (PMDD), dapat berdampak negatif pada kehidupan perempuan.
Kesehatan reproduksi melibatkan keadaan individu yang sehat secara mental, sosial, dan fisik yang terkait dengan fungsi, proses, dan sistem reproduksi, baik pada pria maupun wanita. Kesehatan reproduksi merupakan aspek penting agar seseorang dapat bertanggung jawab dalam merawat dan menjaga kesehatan organ reproduksinya.
Khususnya selama masa menstruasi, menjaga kesehatan reproduksi menjadi sangat penting karena pada saat itu, organ intim menjadi lebih rentan terhadap paparan bakteri.
- YouTube Mulai Uji ChatBot AI YouChat, Bantu Pengguna Temukan Rekomendasi Video
- Medan Teguhkan Komitmen Kesetaraan Gender
- Erick Thohir Resmikan Groundbreaking BSI Tower Senilai Rp1,1 Triliun
Dilansir siaran pers, Bayer Indonesia, Kamis, 9 November 2023, Dr. Dewi Muliatin Santoso, Kepala Departemen Medis - Farmasi Bayer Indonesia, menekankan pentingnya memahami bahwa kesehatan reproduksi tidak hanya berkaitan dengan dimensi fisik, tetapi juga aspek psikologis dan sosial yang terkait dengan sistem reproduksi. Ketidakseimbangan dalam kesehatan reproduksi, seperti PMS dan PMDD, dapat memberikan dampak negatif pada kehidupan perempuan.
PMS mempengaruhi hampir setengah wanita di seluruh dunia dan 95% di Indonesia, PMS dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang ditandai dengan berbagai gejala, mulai dari perubahan mood, sakit perut, hingga sakit kepala dan gangguan lainnya.
Sementara itu PMDD, memiliki gejala serupa, namun bisa lebih parah dengan melibatkan kecemasan, serangan panik, perubahan nafsu makan, dan dampak kesehatan secara menyeluruh.
Meskipun prevalensi kondisi-kondisi ini tinggi, seringkali PMS dan PMDD diabaikan atau dianggap sepele oleh masyarakat. Dr. Dewi mendorong perubahan perspektif yang menekankan bahwa kesehatan reproduksi adalah bagian integral dari kesejahteraan perempuan secara keseluruhan.
Studi menunjukkan bahwa sekitar 6 juta perempuan di seluruh dunia terpengaruh oleh PMDD, angka ini bisa jadi lebih tinggi karena banyak kasus tidak dilaporkan. Pemahaman terhadap kondisi ini sangat penting, untuk mengatasi kompleksitas kesehatan reproduksi Perempuan.
Dengan meningkatnya kesadaran publik tentang kompleksitas kesehatan reproduksi perempuan, diharapkan terjadi perubahan persepsi dan memicu langkah-langkah proaktif untuk mencegah dan mengelola kondisi-kondisi ini dengan lebih baik.