<p>Sumber: ExtremeTech.com</p>
Tekno

Mengenal Web3, Istilah yang Merujuk pada Era Internet di Masa Depan

  • Di tengah transformasi digital yang terus tumbuh dan berkembang dalam beberapa waktu terakhir, istilah Web3 yang merujuk kepada era internet di masa depan pun seringkali muncul di berbagai media.
Tekno
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Di tengah transformasi digital yang terus tumbuh dan berkembang dalam beberapa waktu terakhir, istilah Web3 yang merujuk kepada era internet di masa depan seringkali muncul di berbagai media.

Dikutip dari Coin Market Cap, Web3 atau Web 3.0 merujuk pada internet generasi ketiga. Untuk memahami lebih jauh soal Web3, perlu ditelusuri terlebih dahulu mengenai Web1 dan Web2 yang muncul lebih awal.

Generasi internet sebelum Web3

Web1 diidentifikasi sebagai internet generasi awal yang mulai booming pada tahun 1991. Internet generasi pertama menghadirkan situs web yang statis dalam format teks dan tidak banyak fitur untuk berinteraksi.

Web2 muncul dengan memperkenalkan fitur internet yang sifatnya lebih interaktif. Sementara Web1 sebagian besar diisi oleh pengembang yang merupakan pembuat konten dengan kemampuan yang lebih mumpuni dibanding orang awam, Web2 memungkinkan banyak orang untuk menjadi pembuat konten dengan mudah.

Perkembangan user interface (UI) yang lebih interaktif, partisipasi pengguna, dan interoperabilitas yang berhubungan dengan kompatibilitas beragam produk, sistem, serta perangkat adalah ciri utama dari Web2.

Siapapun dapat membuat berbagai jenis konten dalam bentuk foto, video, dan tulisan. Fitur komentar untuk setiap konten yang diunggah di internet pun lahir pada fase Web2.

Google, Facebook, YouTube, dan Twitter adalah segelintir di antara sekian platform lainnya yang menopang tumbuhkembangnya internet generasi kedua atau Web2.

Di era Web2, internet memungkinkan lebih banyak orang untuk menghasilkan uang dengan pembuatan konten. Bisnis internet pun menjadi lebih tampak sebagai sesuatu hal yang menjanjikan di era ini.

Akan tetapi, dalam perkembangannya, Web2 pun memunculkan masalah baru yang berhubungan dengan privasi dan keamanan data. Gegap gempita dari media sosial yang digencarkan oleh Web2 pada gilirannya menarik banyak pihak untuk membeli data pribadi konsumen untuk kepentingan bisnis.

Pengguna tidak memiliki kendali atas informasi yang disimpan di server terpusat. Data yang tergabung secara terpusat itu pun memberikan keleluasaan kepada beragam otoritas untuk melakukan intervensi atau kontrol terhadap aktivitas di dunia internet.

Web3 lahir sebagai solusi atas permasalahan privasi yang ditimbulkan Web2

Web3 dicetuskan sebagai internet generasi ketiga yang dinilai dapat menjadi solusi permasalahan privasi. Di fase Web3, segala aktivitas kurang-lebih masih mirip dengan Web2, namun dengan metode yang terdesentralisasi atau tidak melibatkan pihak ketiga.

Lahirnya Web3 sangat dipengaruhi oleh teknologi blockchain yang erat kaitannya dengan berbagai entitas yang cukup diminati oleh kalangan luas, misalnya aset kripto, non-fungible token (NFT), metaverse, dan sebagainya.

Alih-alih membangun platform di satu server dan satu database dalam bentuk cloud, pengembang platform Web3 menggunakan teknologi blockchain melalui jaringan terdesentralisasi dengan menggunakan sistem peer-to-peer.

Desentralisasi menjadi kunci paling penting dalam internet generasi ketiga. Selain dinilai bisa mengatasi permasalahan privasi, Web3 juga menawarkan distribusi perangkat lunak dengan sistem sumber terbuka (open source).

Sistem open source pada jaringan blockchain itu memungkinkan siapapun untuk menggunakan, menyalin, dan mempelajari perangkat lunak yang digunakan dalam platform yang sudah terdesentralisasi.

Pengguna atau penyedia layanan pun tidak memerlukan izin dari pihak berwenang untuk berpartisipasi dalam jaringan. Tidak ada siapapun yang dapat memblokir atau menolak akses ke layanan.

Sempat menimbulkan perdebatan

CEO Tesla Motor Inc, Elon Musk dan founder Twitter Inc, Jack Dorsey sempat mengomentari maraknya istilah Web3 di media sosial.

Musk menilai, hingga saat ini ide-ide yang ditawarkan Web3 dengan solusi keamanan datanya belum menjadi keniscayaan karena perusahaan-perusahaan besar masih memiliki kedudukan yang kuat dalam jaringan-jaringan blockchain yang sudah ada saat ini.

Menurut Musk, istilah Web3 saat ini seolah-olah hanya muncul sebagai kata kunci dalam bahasa pemasaran untuk menjaring lebih banyak orang dalam aktivitas di platform tertentu.

Sementara itu, Dorsey mempertanyakan apakah Web3 benar-benar bisa menghadirkan jaringan yang tahan sensor dan intervensi. Dorsey melihat saat ini Web3 masih didominasi oleh perusahaan terpusat sehingga aktivitas di generasi internet tersebut masih tunduk kepada kekuasaan dan dana dari perusahaan besar.

Dorsey bahkan mengatakan Web3 saat ini sudah di bawah kendali perusahaan modal ventura Andreessen Horowitz. Menurut pria yang sudah tidak lagi menjabat sebagai CEO Twitter itu, Web3 pada akhirnya tetap akan melibatkan pihak ketiga dengan label yang berbeda.