<p>Ilustrasi: Mata Uang Kripto Bitcoin / bitocto.com</p>
Fintech

Mengenal Yield Farming dan Crypto Staking dalam Dunia Kripto, Bisa Jadi Passive Income

  • Di dunia investasi aset kripto, ada istilah yang dikenal dengan yield farming dan crypto staking yang dikenal sebagai cara untuk mendapatkan passive income.
Fintech
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Di dunia investasi aset kripto, ada istilah yang dikenal dengan yield farming dan crypto staking yang dikenal sebagai cara untuk mendapatkan passive income.

Yield farming dan crypto staking seringkali dianggap sama, padahal keduanya adalah dua hal yang berbeda.

Kedua istilah tersebut mengacu kepada aktivitas yang mengandalkan decentralized finance (DeFi) di atas jaringan blockchain. Di platform DeFi, pengguna bisa membeli, menjual, dan meminjam dengan menggunakan mata uang kripto.

Berbeda dari trading, aktivitas yield farming dan crypto staking di platform DeFi relatif lebih aman karena pengguna bisa memperoleh keuntungan dengan risiko yang lebih minim.  

Dikutip dari berbagai sumber, inilah penjelasan mengenai yield farming dan crypto staking:

Yield farming

Yield farming dalam penjelasan sederhananya adalah menabung aset kripto dengan cara meminjamkannya ke pengguna lain dan mendapatkan imbal hasil.

Untuk meminjamkan aset kripto lewat yield farming, pemilik hanya perlu menyimpan tabungan di dompet digital dan menerima bunga dengan menyimpannya di liquidity pool.

Liquidity pool mewadahi aset-aset kripto yang terkunci oleh teknologi smart contract. Aset yang disimpan di liquidity pool akan memberikan cuan dalam bentuk kripto dengan besaran yang bergantung kepada seberapa besar persentase aset yang disimpan berbanding nilai likuiditas.

Saat ini, terdapat berbagai macam platform pinjam-meminjam DeFi yang digunakan sebagai wadah yield farming, misalnya Compound, Aave, Uniswap, PancakeSwap, dsb.

Keuntungan yield farming berasal dari besaran bunga yang dibayar oleh peminjam atau pengguna liquidity pool. Dengan kata lain, yield farming memiliki kemiripan dengan aktivitas pendanaan platform peer-to-peer lending yang mana pemberi pinjaman menanamkan dananya di platform dan memperoleh untung dari bunga pinjaman.

Untuk melakukan yield farming, pengguna harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan riset setiap harinya dan terbilang cukup kompleks untuk investor baru di aset kripto.

Crypto Staking

Crypto staking adalah memvalidasi transaksi atau segala aktivitas yang terjadi di atas sistem blockchain untuk memperoleh keuntungan. Sebelumnya, pengguna harus menyimpan atau mengunci aset kriptonya di dompet digital untuk jangka waktu tertentu. 

Aktivitas crypto staking hanya bisa dilakukan di atas sistem blockchain dengan algoritma Proof-of-Stake (PoS). Di dalam PoS, pengguna dapat menambang atau memvalidasi transaksi aset kripto sesuai dengan koin yang dikunci dalam dompet digital.

Semakin banyak koin yang dikunci, maka pengguna akan semakin memiliki daya tawar yang tinggi dalam melakukan aktivitas staking.

Ada empat sarana yang dapat digunakan untuk crypto staking, di antaranya platform exchange aset kripto, dompet pribadi (cold wallets), platform khusus jasa staking, dan platform staking DeFi.

Lima mata uang kripto yang paling banyak digunakan untuk staking adalah Ethereum, Cardano, Tezos, Polygon, dan Tetha.

Meskipun memberikan imbalan yang relatif lebih kecil dibandingkan yield farming, crypto staking tidak membutuhkan perhatian yang intens dari investor dan cocok untuk pemula.

Perbedaan crypto staking dan yield farming

Ditinjau dari tiga aspek, berikut ini perbedaan yang paing besar antara crypto staking dan yield farming:

1. Keuntungan

Crypto Staking: menawarkan imbalan yang tetap, biasanya sekitar 5% namun bisa jadi lebih tinggi bergantung pada metode dan aset kripto yang di-staking.

Imbalan staking adalah insentif yang diberikan kepada validator atas kontribusinya di ekosistem blockchain untuk mencapai konsensus dan membuat blok baru.

Yield Farming: membutuhkan strategi yang lebih terencana dan metodenya tidak sesederhana staking tapi bisa memberikan imbalan yang lebih besar, yakni hingga 100%.

Imbalan yield farming ditetapkan oleh liquidity pool dan bisa berfluktuasi saat harga aset kripto berubah.

2. Keamanan

Crypto Staking: memiliki aturan yang ketat dan terikat pada konsensus blockchain yang dapat membuat oknum kehilangan dana saat berusaha mengelabui sistem.

Akan tetapi, saat ini ada platform-platform staking yang dirancang untuk menipu para pengguna seperti halnya platform investasi bodong.

Yield Farming: keamanannya mengandalkan protokol DeFi dan smart contract yang lebih rentan terhadap retasan apabila keamanan program tidak didesain sebagaimana mestinya.

3. Risiko kerugian tidak tetap

Crypto Staking: tidak ada kerugian tidak tetap.

Yield Farming: volatilitas harga aset digital dapat menjadi risiko kerugian tidak tetap.