Mengenang Boenjamin Setiawan, Dokter Pemilik Kalbe Farma sekaligus Pengusaha Sukses
- Dr. Boen juga dikenal atas dedikasinya dalam mendukung pendidikan dan penelitian di Indonesia, dengan mendirikan program beasiswa dan pusat penelitian.
Nasional
JAKARTA – Boenjamin Setiawan pendiri PT Kalbe Farma Tbk adalah seorang dokter sekaligus pengusaha yang sukses hingga mendapat julukan dokter terkaya di Indonesia. Ia kelahiran Tegal, Jawa Tengah, pada 23 September 1933.
Ia mendapat gelar dokter di Universitas Indonesia pada 1958, setelah menyelesaikan S1, Boenjamin Setiawan melanjutkan pedidikan di bidang farmakologi dengan gelar Ph.D. University of California, San Francisco pada 1961.
Sebelum membangun bisnis di dunia kesehatan, ia mendapat gelar Ph.D. di Amerika memutuskan pulang ke Indonesia dan menjadi dosen di FKUI.
Ia juga mencoba dapat pendanaan untuk biaya penelitian obat kencing manis dan darah tinggi, dengan membuat pengajuan proposal pendanaan Rp30 Juta, kepada pengusaha farmasi yang dikenal, Wim Kalona.
- TPIA dan CUAN Beda Nasib, Ini Kinerja Emiten Prajogo Pangestu di Semester I-2024
- Kripto Makin Moncer, Nilai Transaksi Tembus Rp301,75 Triliun
- Produksi Batu Bara ADMR Semester I-2024 Nyaris Tembus 3 Juta Ton
Sayangnya, Wim Kalona pemilik PT Dupa, menolak proposal Boenjamin Setiawan. Pengusaha itu bilang padanya kalau mau membuat penelitian, harus membuat perusahaan sendiri.
Dari wejangan tersebut, pada 1963 Boenjamin Setiawan bersama beberapa temannya mendirikan perusahaan obat yang memproduksi salep bernama PT Farmindo. Dikutip dari website Forbes, 6 Agustus 2024.
Akan tetapi, perusahaan itu hanya bertahan 3 tahun saja, karena kurang modal dan pengalaman Boenjamin Setiawan di bidang pemasaran, perusahaan itu harus gulung tikar di usianya yang masih muda.
Tidak Menyerah
Boenjamin Setiawan tidak menyerah, ia kembali bangkit bersama Khouw Lip Tjoen, Khouw Lip Hiang, Khouw Lip Swan, Maria Karmila, Fransiscus Bing Aryanto dan Jan Tan.
Ia patungan untuk mendirikan pabrik obat bernama Kalbe Farma, pabrik yang didirikan pada saat itu tidak besar. Mendirikan Kalbe Farma di garasi milik pasien kakaknya di kawasan Jakarta Utara, 10 September 1966.
Bioplacenton adalah produk obat pertama yang dikeluarkan Kalbe Farma dengan kandungan ekstraksi plasenta dan neomycin sulfate, dapat digunakan untuk pengobatan luka luar, terutama bakar. Usaha itu berhasil, produk farmasi internasional yang pada saat itu lebih mahal dibandingkan produk lokal, menjadi salah satu pendukung usaha itu.
Kalbe Farma kemudian mampu memanfaatkan keunggulan ini dengan baik di bawah bimbingan Boenjamin Setiawan, pada saat yang sama ia memperoleh keunggulan tambahan, beliau dapat lebih mudah menjajankan produknya karena ia seorang dokter.
Dari Obat Panu hingga Jadi Terbesar di Asia Tenggara
Setelah itu, produk Kalbe terus mengalami kemajuan. Obat pembasmi panu Kalpanax, Puyer 16 Star Toedjoe, Promag, Komix, Procold, Mixagrib, Entrostop, dan Fatigon adalah beberapa produk yang dibuat oleh Kalbe.
Selain itu, Anda juga dapat menemukan Woods, Bejo Sujamer, Diabetasol, dan merek lainnya. Kalbe tumbuh menjadi salah satu perusahaan produk kesehatan terbesar di Asia Tenggara berkat kesuksesan ini.
Selain itu Dr. Boen dan saudara-saudaranya memiliki saham yang cukup besar, ia juga mengendalikan Mitra Keluarga secara publik, yang mengoperasikan 25 rumah sakit. Menurut Forbes, Kalbe Farma kini menjadi perusahaan farmasi terbesar di Indonesia, perusahaan ini mencatat sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 1991.
Forbes mencatat, Boenjamin Setiawan memiliki kekayaan bersih senilai US$ 4,8 miliar atau sekitar Rp72 triliun (kurs Rp15.000 per dolar AS) ia dan keluarganya berada di posisi 8 dari 50 orang terkaya di Indonesia pada tahun 2022.
Dr. Boen juga dikenal atas dedikasinya dalam mendukung pendidikan dan penelitian di Indonesia, dengan mendirikan program beasiswa dan pusat penelitian. Dia meninggal dunia pada 4 April 2023 di Jakarta pada usia 89 tahun setelah sakit dan sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Medistra.