Wakil Presiden era Megawati Soekarno Putri, Hamzah Haz
Nasional

Mengenang Hamzah Haz, Wapres Paling Dibenci Barat

  • Pada bulan September 2003 Hamzah Haz melontarkan kritik tajam negara adidaya Amerika Serikat. Dia menyebut negara adidaya tersebut sebagai "raja teroris" sebagai respons atas invasi Amerika ke Irak.

Nasional

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Hamzah Haz, tokoh senior politik Indonesia yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden, telah berpulang pada usia 84 tahun. Hamzah Haz meninggal pada Rabu 24 Juli 2024 pukul 09.30 di rumah tinggalnya di Tegalan, Matraman, Jakarta Timur.

Berpulangnya Hamzah Haz menandai berakhirnya karier panjang seorang negarawan yang memberikan kontribusi signifikan bagi perpolitikan Indonesia. Lahir pada 15 Februari 1940, Hamzah Haz memulai perjalanan politiknya dari tingkat daerah. 

Ia menjadi anggota DPRD Kalimantan Barat pada tahun 1968 sebelum akhirnya melangkah ke panggung politik nasional sebagai anggota DPR pada tahun 1971. Kariernya terus menanjak seiring dengan dinamika politik Indonesia, Hamzah Haz bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) setelah fusi politik tahun 1973.

Sepanjang kariernya, Hamzah Haz menduduki berbagai posisi strategis. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Investasi di era Presiden BJ Habibie dan sempat menjadi Menteri Kesejahteraan Rakyat dalam kabinet Presiden Abdurrahman Wahid.

Pencapaian tertingginya ketika ia terpilih sebagai Wakil Presiden mendampingi Presiden Megawati Soekarnoputri dari 2001 hingga 2004. Sebagai pemimpin PPP dari 1998 hingga 2007, Hamzah Haz dikenal sebagai politisi yang mampu berkompromi meski sering kali mengambil posisi kritis. 

Keberadaannya di pucuk kepemimpinan partai membawanya menjadi calon presiden pada pemilu 2004, meskipun akhirnya hanya meraih 3 persen suara.

Tak Disukai Barat

Dalam sebuah wawancara dengan media asal Australia, ABC pada Oktober 2002, Hamzah Haz dikonfrontasi dengan beberapa pernyataannya sebelumya.  Diketahui sebelum terjadinya tragedi Bom Bali, Hamzah Haz menyangkal keberadaan teroris di Indonesia. 

Menanggapi hal ini, Hamzah berargumen bahwa pernyataannya dimaksudkan untuk menjaga citra Indonesia di mata investor asing. Meskipun demikian, ia mengakui perlunya investigasi lebih lanjut terkait kemungkinan adanya jaringan teroris di Indonesia pasca serangan Bali.

"Kalau saya sebagai wapres mengatakan Indonesia ada teroris, tidak akan ada yang datang ke Indonesia, tidak akan ada investor yang datang," tegas Hamzah Haz pada media ABC kala itu. Pada bulan September 2003 Hamzah Haz melontarkan kritik tajam negara adidaya Amerika Serikat. 

Dia menyebut negara adidaya tersebut sebagai "raja teroris" sebagai respons atas invasi  Amerika ke Irak. Pernyataan ini mengundang kecaman dari berbagai pihak, termasuk media internasional yang menyoroti kesamaan retorika tersebut dengan para pelaku Bom Bali.

“Sebenarnya siapa teroris yang anti HAM? Jawabannya adalah Amerika Serikat, karena mereka menyerang Irak. Apalagi mereka adalah raja teroris yang sedang berperang,” ungkap Hamzah Haz pada media asal Qatar, Al Jazeera.

Pernyataan Hamzah Haz kala itu mencerminkan dinamika kompleks yang dihadapi Indonesia dalam menyeimbangkan hubungan internasional, keamanan dalam negeri, dan sentimen publik pada masa itu. 

Penyataan Hamzah Haz kala itu menjadi bagian dari sejarah diplomasi Indonesia yang penuh tantangan dalam mengelola isu sensitif seperti terorisme dan hubungan dengan negara adidaya.

Kepergian Hamzah Haz meninggalkan jejak penting dalam sejarah politik Indonesia. Sosoknya akan dikenang sebagai negarawan yang telah mengabdikan hidupnya untuk bangsa, mulai dari level daerah hingga posisi tertinggi di negara.

 Jenazahnya akan dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga di Cisarua, Bogor, menandai akhir dari perjalanan panjang seorang tokoh politik yang telah mewarnai dinamika perpolitikan Indonesia selama beberapa dekade.