Mengerikan, 2.750 Ton Amonium Nitrat Meledak
BEIRUT- Ledakan dahsyat mengguncang Ibukota Lebanon Beirut, menewaskan 78 orang dan melukai tidak kurang dari 4.000 lainnya Ledakan Selasa 4 Agustus 2020 petang tersebut terjadi di gudang-gudang pelabuhan yang menyimpan bahan-bahan yang sangat eksplosif. Ini menjadi ledakan paling kuat selama bertahun-tahun di Beirut, yang sudah pulih dari krisis ekonomi dan lonjakan infeksi coronavirus. Presiden Michel […]
Nasional & Dunia
BEIRUT- Ledakan dahsyat mengguncang Ibukota Lebanon Beirut, menewaskan 78 orang dan melukai tidak kurang dari 4.000 lainnya
Ledakan Selasa 4 Agustus 2020 petang tersebut terjadi di gudang-gudang pelabuhan yang menyimpan bahan-bahan yang sangat eksplosif. Ini menjadi ledakan paling kuat selama bertahun-tahun di Beirut, yang sudah pulih dari krisis ekonomi dan lonjakan infeksi coronavirus.
Presiden Michel Aoun mengatakan bahwa 2.750 ton amonium nitrat, yang digunakan dalam pupuk dan bom. Barang-barang berbahaya tersebut disimpan selama enam tahun di pelabuhan tanpa langkah-langkah keamanan. Dia juga megnatakan tidak dapat diterima hal tersebut.
Para pejabat tidak mengatakan apa yang menyebabkan kobaran api yang memicu ledakan itu. Sebuah sumber keamanan dan media setempat mengatakan ledakan dimulai dengan pekerjaan pengelasan yang dilakukan di sebuah lubang di gudang.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Beberapa jam setelah ledakan yang terjadi sekitar pukul 6 sore waktu setempat api masih berkobar dan memancarkan cahaya oranye di langit malam. Ledakan itu menghidupkan kembali ingatan akan perang saudara 1975-1990 ketika orang-orang Lebanon mengalami penembakan berat, pemboman mobil dan serangan udara Israel.
Perdana Menteri Hassan Diab sebagaimana dilaporkan Reuters 5 Agustus 2020 berjanji akan ada yang pertanggungjawaban atas ledakan mematikan tersebut dan mereka yang bertanggung jawab akan membayar harganya.
Ledakan itu terjadi tiga hari sebelum pengadilan yang didukung Amerika akan memberikan putusan dalam persidangan empat tersangka dari kelompok Syiah Hizbullah atas pemboman 2005 yang menewaskan mantan Perdana Menteri Rafik al-Hariri dan 21 orang lainnya.
Para pejabat Israel mengatakan meski telah berperang beberapa kali dengan Libanon, negaranya tidak ada hubungannya dengan ledakan tersebut dan mengatakan mereka siap untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan medis. Iran pendukung utama Hizbullah, juga menawarkan dukungan, seperti halnya saingan regional Teheran, Arab Saudi.
Pada briefing Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump mengindikasikan bahwa ledakan itu kemungkinan serangan, tetapi dua pejabat Amerika , berbicara dengan syarat anonim, mengatakan informasi awal bertentangan dengan pandangan Trump.