Ilustrasi produksi minyak mentah
Nasional & Dunia

Mengeruk Potensi Investasi dari Lelang 10 WK Migas

  • JAKARTA-Tahun 20201 menjadi momentum perbaikan sektor minyak bumi dan gas (Migas) tanah air. Peluang membaiknya sektor migas tahun ini dipicu proses lelang 10 Wilayak Kerja (WK) Migas kepada investor yang sempat tertunda di tahun lalu. Hal ini menjadi kesempatan meningkatkan penerimaan investasi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Kementerian ESDM mencatatkan, total nilai […]

Nasional & Dunia
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA-Tahun 20201 menjadi momentum perbaikan sektor minyak bumi dan gas (Migas) tanah air. Peluang membaiknya sektor migas tahun ini dipicu proses lelang 10 Wilayak Kerja (WK) Migas kepada investor yang sempat tertunda di tahun lalu. Hal ini menjadi kesempatan meningkatkan penerimaan investasi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Kementerian ESDM mencatatkan, total nilai investasi sektor Migas pada 2020 lalu mencapai US$12,09 miliar. Nilai investasi tersebut berada di bawah target sebesar US$13,63 Miliar.

Merosotnya kinerja sub sektor Migas membuat realisasi investasi Kementerian merosot tajam pada 2020 lalu. Pasalnya, lebih dari separuh realisasi investasi Kementerian ESDM bertumpu pada sub sektor Migas.

Pada tahun 2020, secara keseluruhan Kementerian ESDM menyentuh angka US$24,4 miliar. Angka tersebut merupakan catatan realisasi terendah sejak 10 tahun terakhir.

Prospek Cerah Harga Minyak

Kendati demikian, kinerja investasi Migas masih memiliki prospek cerah di tahun 2021. Terdapat dua pemicu utama yang dapat mengerek nilai investasi migas Indonesia di tahun ini.

Pertama, pulihnya harga minyak dunia setelah tertekan akibat pandemi COVID-19. Harga miyak mentah Brent untuk pertama kalinya menyentuh anga US$70 per barel untuk pertama kalinya seak pandemi COVID-19, Senin 8 Maret 2021. Minyak mentah berangka Brent menguat 2% atau US$1,40 menjadi US$70,76 per barel untuk perdagangan Asia pada 07.36 WIB. Bahkan, harga minyak berangka Brent untuk pengirimian Mei 2021 telah mencapai angka US$ 71,16 per barel.

Lonjakan harga juga dialami oleh minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI). Untuk pengirimian April 2021, minyak mentah yang menjadi patokan Amerika Serikat ini berada di posisi US$67,41 per barel.

Harga reli ini terpantau terjadi sejak awal tahun ini. Sentimen positif ini merupakan implikasi dari dimulainya vaksinasi COVID-19 di berbagai negara yang membangkitkan kembali geliat usaha sektor migas.

Direktur Eksekutif Energi Watch Mamit Setiawan pun optimistis, target lifting minyak sebesar 705.000 barrel oil per day (MBOPD) dan minyak bumi sebesar 1007 ribu barrel oil per equivalen per day (MBOEPD) di tahun ini dapat dicapai Indonesia.

Sebagai informasi, Indonesia saat ini masih memiliki 68 cekungan yang belum digarap. Mamit pun menanti SKK Migas untuk segera mengoptimalisasi eksplorasi agar target lifting 1 juta barrel per hari pada 2030 dapat tercapai.

“Produksi minyak Indonesia belum habis. sebenarnya punya cekungan yang belum dioptimalkan. Saya rasa perlu stimulus agar pemerintah bisa menggenjot eksplorasi, terutama di wilayah Indonesia Timur,” Kata Mamit ketika dihubungi TrenAsia, Selasa 9 Maret 2021.

Investor Masih Lirik Blok Migas RI

Indonesia kuga akan menggelar lelang 10 WK Migas. Hal itu, kata Mamit, menjadi pemicu utama sektor Migas RI bangkit di tahun ini.

Sepuluh wilayah kerja migas yang akan ditawarkan tahun ini meliputi lima WK lelang reguler dan lima WK hasil studi bersama.

Lima WK lelang reguler yakni WK Merangin III (onshore), WK Sekayu (onshore), WK North Kangean (offshore), WK Cendrawasih VIII (offshore), WK Mamberamo (onshore dan offshore). Potensi kelima WK tersebut mencapai 1.203,69 million barrels of oil (MMBO) dan 586,9 billion cubic feet (BCF).

Sementara itu, lima WK hasil studi bersama adalah WK West Palmerah (Onshore), WK Rangkas (Onshore), WK Liman (Onshore), WK Bose (Onshore dan Offshore) dan WK Maratua (Onshore dan Offshore), yang menyimpan potensi migas mencapai 2.232,75 MMBO dan 4.420 BCF.

“Kalau saya lihat, minat investor terhadap lelang tahun ini masih cukup besar. Hanya saja, yang perlu diwaspadai ialah lelang WK kali ini berdekatan dengan Malaysia. Ini akan menjadi tantangan, terlebih Malaysia punya iklim investasi dan kepastian hukum lebih baik dari kita,” Terang Mamit.

Malaysia sendiri lebih dulu meresmikan penawaran 13 blok Migas oleh Petroliam Nasional Berhad atau Petronas pada 27 Februari 2021 silam. Pada penawaran tersebut, sebanyak 250 investor tercatat menaruh minat pada blok Migas negeri jiran tersebut. Melihat hal ini, Mamit mendorong pemerintah untuk segera memberikan kepastian hukum melalui Revisi Undang-Undang nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang belum jelas statusnya hingga kini.

Meski begitu, Kementerian ESDM merayu investor lewat pemberian pilihan bentuk kontrak. Investor dalam hal ini bebas memilih mekanisme kontrak gross split, atau pun cost recovery. Fleksibilitas investor dalam memilih skema kontrak ini diatur dalam dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 tahun 2020.

Gross split sendiri merupakan skema bagi hasil pengelolaan blok migas antara negara dengan kontraktor dengan mengacu pada hasil bruto yang diperhitungkan di muka. Skema ini membebankan biaya operasional seluruhnya kepada kontraktor.

Pada pengelolaan minyak, negara mendapat bagi hasil sebesar 57% dan 43% untuk kontraktor. Sementara pada gas bumi, jatah negara mencapai 52% dan kontraktor sebesar 48%.

Skema lain yang dapat dipilih investor antara lain cost recovery. Mekanisme ini ialah pengembalian biaya operasional kontraktor oleh negara jika cadangan migas belum ditemukan hingga diproduksi oleh kontraktor. Negara baru akan mendapat split atau timbal balik dari blok Migas setelah penerimaan dipangkas oleh first trache petroleum (FTP), pajak penghasilan, dan biaya yang dapat dikembalikan.

Bidang perizinan pun coba dipangkas Kementerian ESDM agar lebih efektif. “Di bidang perizinan, kami melakukan penyederhanaan peraturan dengan memanhkas jumlah perizinan dan rekomendasi yang ada,” Kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji, Senin 8 Maret 2021. Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut, Indonesia masih memiliki 4,17 miliar barel cadangan minyak bumi nasional. Sebesar 2,44 miliar telah terbukti atau proven, sementara 2,44 miliar barel lainnya masih berrsatus belum terbukti atau unproven.