<p>Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim saat berbincang dalam program Podcast OmFin Channel di Kantor Redaksi TrenAsia.com / Dok. TrenAsia.com</p>
Industri

Mengharukan&#8230; Ternyata Bos Krakatau Steel Punya Cita-cita Mulia dari Dana Talangan Rp3 Triliun

  • Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) memutuskan untuk menerima dana talangan pemerintah Rp3 triliun.

Industri

Fajar Yusuf Rasdianto

JAKARTA – Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) memutuskan untuk menerima dana talangan pemerintah Rp3 triliun. Dana tersebut akan disalurkan melalui penerbitan obligasi wajib konversi (OWK) dengan mekanisme Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD).

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengungkapkan, dana talangan ini merupakan bentuk nyata dukungan pemerintah terhadap industri baja nasional. Terlebih saat ini, industri baja tengah betul-betul terpukul lantaran adanya pandemi COVID-19.

Pandemi COVID-19, kata Silmy, telah menekan produksi industri baja dari hulu hingga ke hilir. Hal itu menyebabkan, produksi baja nasional pun harus mengalami penurunan 30%-50% lantaran minimnya permintaan.

““Dampak Pandemi COVID-19 juga dirasakan oleh industri baja nasional, di mana pada Q1 2020 permintaan terhadap produk HRC/CRC (Hot Rolled Coil/Cold Rolled Coil) mengalami penurunan sebesar 40%-50% dengan utlisasi sebesar 15%-35%,” terang Silmy dalam rilis resminya, Selasa, 24 November 2020.

Selain itu, pandemi juga telah memangkas utilisasi baja gulungan dan baja lapis masing-masing 20%-25% dan 10%-20%. Pun demikian dengan permintaan baja lapis aluminium seng yang turun 20%-20% dan utilisasi 20%-40%.

“Akibat penurunan permintaan tersebut banyak operasional industri baja nasional terpukul dan mengalami kesulitan cashflow,” tutur Silmy.

RUPS BUMN PT Krakatau Steel (Persero) Tbk / Dok. Krakatau Steel
Penggunaan Dana

Apabila kondisi ini terus berlanjut, sambung dia, maka produsen baja hilir dan produsen penguna bisa menutup lini produksinya lantaran lemahnya permintaan. Tak pelak, hal ini juga akan berakibat pada semakin maraknya aksi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan pelaku bisnis.

Hasilnya, tingkat pengangguran semakin tinggi dan neraca perdagangan bisa semakin tergerus. Seperti diketahui, industri logam dasar merupakan sumber priuk nasi bagi sekitar 827.500 tenaga kerja di Indonesia.

Sebab itu, kata Silmy, Krakatau Steel perlu mengambil peran untuk membantu industri hilir dan industri pengguna baja nasional guna kembali menggerakkan ekonomi. Nah, dari talangan pemerintah inilah maka Krakatau Steel bisa turut memudahkan para pelaku industri baja untuk tetap bisa menyerap penawaran.

Dana ini bakal memberi fleksibilitas kepada pelaku industri baja nasional utnuk tetap menjalankan usahanya. Tujuannya mulia, yaitu agar para pelaku industri bisnis baja nasional bisa mempertahankan para karyawannya supaya tetap bekerja seperti biasanya.

“Sehingga roda perekonomian dapat kembali meningkat,” pungkas dia. (SKO)