Ketiga perusahaan rintisan (start up), yang berada di bawah naungan GDP Venture, menyampaikan komitmen mereka untuk mengintegrasikan praktik keberlanjutan dalam setiap aspek bisnis mereka guna mewujudkan masa depan yang lebih berkelanjutan di Indonesia.
Tekno

Mengintip Upaya Perusahaan-Perusahaan Start Up dalam Praktik Keberlanjutan

  • Keberlanjutan dalam bisnis, yang menggabungkan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), kini menjadi salah satu topik paling penting dalam dunia bisnis.

Tekno

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - GDP Venture kembali menggelar acara bincang-bincang bisnis yang bertajuk "Power Lunch" dengan tema "Sustainable Futures: Innovating for a Sustainable Indonesia." 

Acara ini menampilkan narasumber Lisa Widodo, Co-Founder & COO Blibli; Gaery Undarsa, Co-Founder & CMO tiket.com; dan Aliya Amitra, Founder & COO Tinkerlust.

Ketiga perusahaan rintisan (start up) ini, yang berada di bawah naungan GDP Venture, menyampaikan komitmen mereka untuk mengintegrasikan praktik keberlanjutan dalam setiap aspek bisnis mereka guna mewujudkan masa depan yang lebih berkelanjutan di Indonesia.

Keberlanjutan Bisnis: Sebuah Komitmen Jangka Panjang

Keberlanjutan dalam bisnis, yang menggabungkan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), kini menjadi salah satu topik paling penting dalam dunia bisnis. 

Menghadapi tantangan lingkungan global seperti perubahan iklim dan kelangkaan sumber daya alam, keberlanjutan telah bertransformasi menjadi komitmen jangka panjang untuk menciptakan nilai yang berkelanjutan bagi perusahaan, masyarakat, dan lingkungan.

Blibli Tiket Action: Inisiatif Keberlanjutan dari Blibli

Blibli, sebagai e-commerce pertama di Indonesia yang meluncurkan program keberlanjutan dengan payung program ESG bernama Blibli Tiket Action, mencanangkan misi untuk menjadi platform perdagangan dan gaya hidup omnichannel yang terpercaya. 

Blibli Tiket Action berupaya menciptakan bisnis berkelanjutan dengan melibatkan karyawan, pelanggan, mitra, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mendukung ekonomi, sosial, dan lingkungan yang positif.

Fokus pada Enam Ranah Utama

Lisa Widodo, Co-Founder & COO Blibli, menjelaskan, Blibli berfokus pada enam ranah utama dalam program berkelanjutan, yaitu penggunaan sumber daya, pengelolaan limbah, emisi, privasi data, hubungan komunitas, serta pengembangan dan pembelajaran. 

“Hingga saat ini, 95% dari kemasan yang digunakan Blibli adalah berbahan daur ulang dan berbasis kertas. Selain itu, Blibli telah menanam lebih dari 8.000 pohon untuk mengimbangi emisi karbon,” ujar Lisa melalui keterangan yang diterima TrenAsia, dikutip Jumat, 2 Agustus 2024.

Kolaborasi Lintas Industri untuk Keberlanjutan

Lisa menyampaikan bahwa kolaborasi lintas industri merupakan kunci keberhasilan upaya keberlanjutan. Perusahaan dari berbagai sektor dapat menciptakan dampak yang lebih besar dan signifikan terhadap lingkungan dan masyarakat melalui kerja sama. Blibli bekerja sama dengan tiga pemangku kepentingan utama: karyawan, pelanggan, dan mitra.

Program Fashion Take Back dan Pengurangan Emisi Karbon

Lisa menambahkan, untuk karyawan Blibli Tiket, misalnya, terdapat program Fashion Take Back di Hari Bumi 2024, di mana limbah fesyen yang terdiri dari seragam dan pakaian bekas karyawan diolah oleh mitra ecopreneur melalui konsep ekonomi sirkular menjadi barang dengan nilai guna baru. 

Selain itu, karyawan juga terlibat dalam pengumpulan dan pendaurulangan sampah selama event perusahaan, mendukung pengelolaan limbah dan keberlanjutan. 

Untuk pelanggan, Blibli mengambil langkah proaktif dalam program Take Back atau pengembalian kemasan yang tidak terpakai untuk didaur ulang atau dikonversi menjadi bibit pohon (10 kemasan menjadi 1 bibit pohon). 

“Blibli juga mengajak mitra untuk mengadopsi praktik ramah lingkungan dengan menyediakan opsi pengiriman menggunakan kendaraan listrik untuk mengurangi emisi karbon,” katanya.

Pariwisata Berkelanjutan dengan tiket Green

Dalam sektor pariwisata, tiket.com sebagai perusahaan online travel agent (OTA) di Indonesia sejak 2011, telah mengambil langkah untuk meningkatkan kesadaran Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism) melalui fitur tiket Green. 

Fitur ini diharapkan dapat memberikan dampak positif jangka panjang terhadap lingkungan, aspek sosial budaya, dan perekonomian masyarakat.

Inovasi terbaru tiket.com: tiket Green

Gaery Undarsa, Co-Founder & CMO tiket.com, menjelaskan, fitur tiket Green menjadi inovasi terbaru dari tiket.com yang memberikan akses kepada konsumen untuk memilih akomodasi yang mengusung konsep keberlanjutan (sustainability). 

Guna memahami pentingnya industri pariwisata berkelanjutan, standarisasi akomodasi berkelanjutan memainkan peran besar dalam mengarahkan akomodasi wisata menuju konsep green accommodation. 

Hingga saat ini, tiket.com telah menyediakan lebih dari 5.400 pilihan akomodasi di seluruh dunia, termasuk 700 pilihan akomodasi di Indonesia dan Asia Tenggara yang menerapkan sustainable tourism

Perseroan juga bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam program Jagoan Pariwisata untuk mengajak para pelaku usaha desa wisata meningkatkan kapabilitas usahanya agar usahanya lebih berkelanjutan. 

“Kami percaya bahwa dengan mendukung desa wisata berkelanjutan, kita dapat menciptakan dampak positif yang signifikan bagi lingkungan dan masyarakat lokal,” papar Gaery.

Perubahan Konsumsi pada Generasi Z

Kehadiran tiket Green sejalan dengan komitmen tiket.com untuk memberikan kemudahan kepada konsumen dalam merencanakan perjalanan dan petualangan yang lebih berkelanjutan, khususnya bagi Generasi Z yang diyakini memiliki kesadaran yang tinggi akan konsep keberlanjutan. 

Gaery menyebutkan, saat ini ada pola perubahan konsumsi pada generasi yang lebih muda, yaitu Gen Z yang sudah menempatkan travelling sebagai bagian dari gaya hidup dan bagian dari perjalanan “healing” mereka. 

Gen Z juga merupakan generasi yang sudah memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya melestarikan lingkungan hidup, dan memilih akomodasi dan moda perjalanan yang lebih ramah lingkungan. 

“Diharapkan semakin banyak yang terpengaruh akan kesadaran ini, maka impactnya nanti akan semakin besar,” lanjut Gaery.

Mengurangi Limbah Fesyen dengan Tinkerlust

Di acara ini, Tinkerlust, platform marketplace yang menghubungkan para penggemar fesyen dengan pembeli untuk berjualan dan membeli barang-barang fesyen bermerek bekas layak pakai (fashion preloved), berkomitmen untuk berkontribusi pada pengurangan limbah fesyen yang merupakan penyumbang limbah terbesar kedua di dunia.

Peran Tinkerlust dalam Keberlanjutan Fashion

Aliya Amitra, Founder & COO Tinkerlust, menjelaskan, empat pelaku industri yang mempengaruhi industri fashion meliputi pemerintah, NGO, desainer lokal, dan marketplace terpercaya. 

“Melalui Tinkerlust, kami berperan dalam memberikan kesadaran mengenai decluttering, merilis white paper tentang keberlanjutan fashion di Indonesia, dan bermitra dengan desainer lokal untuk meng-upcycle barang-barang preloved. Kami berharap upaya ini dapat secara signifikan mengurangi limbah fesyen dan mendorong perubahan positif dalam industri fesyen sehingga mendorong lebih banyak orang untuk berpartisipasi dalam gerakan keberlanjutan ini,” ungkap Aliya.

Peningkatan Kesadaran dan Pertumbuhan Seller di Tinkerlust

Aliya yakin bahwa semakin banyak pihak yang tertarik dengan konsep fesyen keberlanjutan ini, terbukti dengan bertambahnya seller yang bergabung di Tinkerlust. 

“Kami melihat bukti nyata bahwa kesadaran masyarakat terhadap keberlanjutan semakin meningkat, seperti yang tercermin dari jumlah seller di platform kami yang terus tumbuh setiap tahunnya. Ini menunjukkan bahwa lebih banyak individu dan pelaku bisnis yang berkomitmen untuk berkontribusi pada upaya keberlanjutan, dan hal ini memberikan dampak positif yang signifikan bagi lingkungan dan komunitas,” tuturnya.