Menguak Kesepakatan Kontroversial Taylor Swift dengan Singapura
- Seorang legislator di Filipina mengkritik kesepakatan eksklusif yang dilaporkan dijalin oleh otoritas Singapura dengan Swift. Kesepakatan itu dirancang untuk memastikan bahwa Swift tidak akan membawa Tur Eras-nya ke negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.
Dunia
JAKARTA - Ada perselisihan antara Singapura dan pejabat pemerintah tetangganya, yang bermula dari kesepakatan kontroversial dengan Taylor Swift.
Dikutip TrenAsia.com dari Business Insider, sebelum enam pertunjukan penuh di negara tersebut dimulai pada Sabtu, seorang legislator di Filipina mengkritik kesepakatan eksklusif yang dilaporkan dijalin oleh otoritas Singapura dengan Swift. Kesepakatan itu dirancang untuk memastikan bahwa Swift tidak akan membawa Tur Eras-nya ke negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.
Pada hari Rabu, wakil Filipina Joey Salceda meminta Departemen Luar Negeri Filipina (DFA) untuk melakukan protes terhadap izin yang diberikan oleh pemerintah Singapura. Izin tersebut diduga diberikan sebagai imbalan agar Swift menyetujui untuk tidak tampil di tempat lain di Asia Tenggara selama tur dunianya yang telah terjual habis, seperti dilaporkan oleh media lokal.
"Sejumlah US$3 juta atau setara Rp47,30 miliar (asumsi kurs Rp15.768) dalam bentuk hibah diduga diberikan oleh pemerintah Singapura kepada AEG untuk mengadakan konser di Singapura. Syaratnya adalah mereka tidak mengadakannya di tempat lain di kawasan tersebut," ujar Salceda seperti dilaporkan oleh The Straits Times.
- Mulai Disebut Bakal Jadi Wali Kota Solo, Ini Profil Mangkunegara X
- KontraS Minta Transparansi Soal Penganugerahan Jenderal Kehormatan Prabowo
- Atur dari Sekarang, Berikut Jadwal Libur Lebaran 2024
Salceda mengkritik tindakan ini dengan mengatakan bahwa "ini bukan perilaku tetangga yang baik". "Negara-negara kita adalah teman baik. Itulah sebabnya tindakan seperti itu menyakitkan."
GMA Network mencatat bahwa sementara hibah tersebut meningkatkan ekonomi Singapura, hal itu terjadi dengan merugikan negara-negara tetangga yang tidak dapat menarik penggemar konser asing mereka sendiri, sehingga penggemar harus pergi ke Singapura. Salceda menegaskan bahwa Filipina tidak boleh membiarkan hal-hal seperti ini berlalu begitu saja.
Swift yang juga merupakan artis pemenang Grammy Award baru-baru ini mengumumkan bahwa ia akan merilis album studio baru pada bulan April. Ia juga dijadwalkan akan tampil dalam enam pertunjukan di Stadion Nasional Singapura yang berkapasitas 55 ribu kursi antara tanggal 2 hingga 9 Maret.
Kritik dari Salceda muncul setelah perdana menteri Thailand mengungkapkan bahwa Singapura telah menjalin kesepakatan yang berarti Swift tidak dapat membawa tur ke sembilan wilayah lain di Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara, termasuk Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, dan Vietnam.
Sky News melaporkan bahwa dalam Forum iBusiness 2024 di Bangkok pada bulan Februari, perdana menteri Thailand Srettha Thavisin mengungkapkan bahwa promotor AEG memberitahunya tentang kesepakatan ini setelah dia menanyakan mengapa tur dunia itu tidak akan singgah di negaranya. Swift belum pernah tampil di Thailand sebelumnya, tetapi dijadwalkan tampil pada tahun 2014 yang akhirnya dibatalkan karena situasi politik yang tidak stabil.
Thavisin mengklaim bahwa pemerintah Singapura menawarkan US$2 juta hingga US$3 juta per pertunjukan sebagai imbalan untuk eksklusivitas. Meskipun, menurut BBC News, CNA Singapura menyatakan bahwa jumlahnya mungkin hanya US$2 juta untuk keenam pertunjukan.
Kunjungan singkat Swift di Singapura diharapkan memberikan manfaat ekonomi bagi negara tersebut, seperti yang terjadi dalam tahap tur terbaru di Australia yang memberikan dorongan sebesar US$558 juta atau setara Rp8,8 triliun bagi ekonomi, menurut perkiraan Angel Zhong, Profesor Asosiasi Keuangan di Universitas RMIT, dilansir dari Forbes.