Perbankan Pembiayaan Berkelanjutan
Perbankan

Menguak Peran Industri Perbankan dalam Pembiayaan Berkelanjutan

  • Peran perbankan tidak hanya terbatas sebagai penyedia dana, melainkan juga sebagai agen perubahan yang mendorong praktik bisnis yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Perbankan

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTAIndustri perbankan memiliki peran utama dalam mendukung pembiayaan berkelanjutan atau sustainable finance. Pendekatan keuangan ini mengintegrasikan pertumbuhan ekonomi dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Hal ini disampaikan oleh Peneliti Ekonomi Lingkungan dan Pendiri Think Policy, Andhyta Firselly Utami dalam acara yang mengusung tajuk Ngobrol Santai Bareng Pakar di Jakarta, pada Selasa, 07 November 2023 lalu.  

Menurut Andhyta yang akrab disapa Afu itu, menyampaikan peran perbankan sangat krusial terhadap aspek sosial dan lingkungan. Sebab, lembaga keuangan memiliki peran sebagai pengambilan keputusan, misalnya pendanaan. 

“Pembiayaan berkelanjutan adalah tentang memahami bahwa ekonomi, sosial, dan lingkungan adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima TrenAsia, pada Rabu, 08 November 2023. 

Menurut Afu, perbankan tidak hanya berperan sebagai penyedia dana, melainkan juga sebagai agen perubahan yang mendorong praktik bisnis yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Maka dari itu, peran perbankan melibatkan dukungan terhadap proyek-proyek yang fokus pada energi terbarukan, efisiensi energi, dan tata kelola perusahaan yang baik.

“Peran perbankan dalam pembiayaan berkelanjutan adalah menciptakan perubahan positif yang bersifat menyeluruh dalam ekonomi," katanya. 

Contoh Pembiayaan ESG

Saat ini, Indonesia sedang mengambil langkah menuju pembiayaan berkelanjutan melalui berbagai inisiatif dari pemerintah dan perusahaan swasta. Afu menguraikan, beberapa bank telah mengadopsi praktik keuangan berkelanjutan, seperti menerbitkan green bonds untuk mendukung proyek-proyek berkelanjutan.

Meskipun demikian, ada tantangan dalam mengintegrasikan pembiayaan berkelanjutan dalam skala yang lebih luas. Ia mengambil contoh, PT Bank HSBC Indonesia (HSBC Indonesia) telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1984.

Saat ini, HSBC telah melayani nasabah melalui lebih dari 80 cabang yang tersebar di 28 kota di Indonesia. HSBC meyakini bahwa integrasi aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (ESG) dalam proses pengambilan keputusan finansial membuka peluang positif untuk mendorong perubahan dunia ke arah yang lebih baik.

Asal tahu saja, perusahaan tersebut telah memiliki visi untuk mencapai Net Zero Emission pada praktik operasional dan rantai pasokannya pada tahun 2030 serta pada portofolionya pada tahun 2050.

Tantangan Utama 

Menurut Afu, salah satu tantangan utama dalam transisi menuju nol emisi karbon adalah pendanaan. Biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses transisi tersebut sangat besar, dan hingga saat ini masih dianggap sebagai entitas terpisah atau eksternalitas dari proses produksi dan konsumsi.

Sebagai contoh ilustrasi, dalam negara berkembang di Asia, Bank  Pembangunan Asia atau ADB memproyeksikan bahwa investasi tahunan sebesar USD1,7 triliun diperlukan untuk infrastruktur transmisi hingga 2030. 

Menurut Afu, pengeluaran tersebut harus diatur dengan cermat agar tidak mengalihkan dana dari sektor-sektor lain seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan, sehingga masyarakat tidak merasakan dampaknya.

Inilah sebabnya mengapa sektor jasa keuangan memegang peran kunci, dan bank-bank dapat mendukung transisi ini melalui pembiayaan. Terutama di pasar seperti Asia, di mana lebih dari 50% energi berasal dari batu bara, sangat penting untuk memastikan bahwa transisi tersebut berlangsung adil dan inklusif. Hal ini melibatkan pertimbangan ekonomi dan sosial yang sesuai dengan realitas lokal dan kebutuhan pembangunan. 

Potensi di Indonesia

Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam pembiayaan berkelanjutan di Asia Tenggara. Dengan komitmen bersama, kita dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang seimbang dengan keberlanjutan sosial dan lingkungan.

"Pembiayaan berkelanjutan adalah tentang memberdayakan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka," jelas Afu.

Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang pembiayaan berkelanjutan dan peran perbankan, serta melalui kerja sama yang erat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, Indonesia memiliki potensi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sambil menjaga lingkungan dan mendorong kesejahteraan sosial. 

Tak ayal, dengan komitmen terhadap transisi nir-emisi, Indonesia dapat menjadi teladan positif dalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim dan dimungkinkan sebagai contoh untuk negara lain.