Kekuatan yang dipamerkan Amerika di Laut China Selatan
Dunia

Menguji Diplomasi ASEAN dalam Isu Laut China Selatan

  • ASEAN sendiri telah beberapa kali mengungkapkan kekhawatirannya atas perselisihan AS dan China terkait aktivitas di Laut China Selatan. ASEAN sangat ingin mencapai kesepakatan mengenai kode perilaku yang telah lama diperbincangkan untuk jalur perairan tersebut.
Dunia
Distika Safara Setianda

Distika Safara Setianda

Author

JAKARTA - Efektivitas KTT ke-43 ASEAN di Jakarta bakal diuji dalam konflik Laut China Selatan. Sejumlah pihak memprediksi munculnya perselisihan dari China dan Amerika Serikat (AS) menyikapi isu tersebut.

Dalam pertemuan blok ASEAN, AS diwakili Wakil Presiden Kamala Harris. Sedangkan China diwakili Perdana Menteri Lin Qiang. Negara mitra seperti Jepang, Korea Selatan, India dan Australia juga hadir.  

ASEAN sendiri telah beberapa kali mengungkapkan kekhawatirannya atas perselisihan AS dan China terkait aktivitas di Laut China Selatan. ASEAN sangat ingin mencapai kesepakatan mengenai kode perilaku yang telah lama diperbincangkan untuk jalur perairan tersebut.

AS dan sekutunya telah menyuarakan dukungan terhadap ASEAN untuk kebebasan navigasi dan penerbangan serta untuk menghindari membangun kehadiran fisik di wilayah tersebut. China telah membangun berbagai fasilitas, termasuk landasan pacu, di batu karang kecil di wilayah sengketa tersebut.

“Wakil Presiden menegaskan Amerika Serikat bersama ASEAN dalam menjaga tatanan internasional berdasarkan aturan, termasuk di Laut China Selatan, di tengah klaim maritim ilegal dan tindakan provokatif China,” kata seorang pejabat Gedung Putih, dikutip dari Reuters, Rabu 6 September 2023.

Sesaat sebelum pertemuan pekan ini, China merilis peta dengan “10 garis putus-putus” untuk menandai wilayah yang mereka klaim sebagai kepemilikannya. China tampaknya ingin menguatkan klaim mereka di Laut China Selatan. Peta tersebut ditolak oleh beberapa anggota ASEAN.

Beberapa anggota ASEAN telah mengembangkan hubungan diplomatik, bisnis, dan militer yang erat dengan China, sementara yang lain lebih waspada. AS juga telah menjalin hubungan dengan negara-negara ASEAN dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi.

ASEAN, dalam draf pernyataan yang akan dikeluarkan pekan ini menyatakan perlunya memperkuat stabilitas di ranah maritim serta mengeksplorasi inisiatif baru untuk tujuan tersebut.

Bahaya Besar

Seorang analis politik di lembaga pemikir CSIS, Lina Alexandra mengatakan draf tersebut sangat lemah dalam menghadapi masalah Laut China Selatan. “Ini benar-benar mengancam kredibilitas ASEAN,” ujar Alexandra. 

Dia mencatat Filipina mulai kehilangan kesabaran dengan bantuan ASEAN terkait Laut China Selatan. “Jika ASEAN tidak berguna, itu adalah bahaya besar. Opsi lainnya adalah mereka berpaling kepada kekuatan besar dan membawa kekuatan besar tersebut ke kawasan," tutur Alexandra.

Presiden Joko Widodo, yang juga menjadi ketua ASEAN dari Indonesia, memberi peringatan bahwa anggota ASEAN tidak boleh menjadi proksi dalam persaingan kekuatan besar. Diketahui, ASEAN terdiri dari Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam.