Ilustrasi produksi minyak mentah
Nasional

Mengukur Efek Ancaman Gagal Bayar AS terhadap Harga Minyak Dunia

  • Ancaman gagal bayar utang (default) yang melanda Amerika Serikat dinilai tidak berpengaruh signifikan terhadap harga minyak dunia, apalagi untuk Indonesia.

Nasional

Debrinata Rizky

JAKARTA - Ancaman gagal bayar utang (default) yang melanda Amerika Serikat (AS) dinilai tidak berpengaruh signifikan terhadap harga minyak dunia, apalagi untuk Indonesia.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menyebut penentuan harga minyak dunia ditentukan oleh permintaan dan penawaran biaya, sehingga AS pun tidak bisa mengintervensi fluktuasi harga minyak mentah dunia.

"Mereka memang produksi banyak tapi juga sebagai konsumen, sehingga naik turunnya harga juga bisa menjadi beban sendiri untuk AS yang sebenarnya tidak bisa ikut otak-atik harga minyak dunia," ujar Fahmy  kepada TrenAsia.com, Selasa, 23 Mei 2023.

Fahmy menyebut, fluktuasi harga minyak dunia sejatinya berdampak pada negara OPEC+ seperti Rusia, Inggris dan sebagainya, ditambah dengan adanya kuota penurunan produksi dari OPEC dapat menyebabkan harga minyak ikut turun. 

“Jadi permasalahan keuangan di AS tidak berpengaruh terhadap harga minyak dunia," tegas Fahmy.

Peran Indonesia

Menurut Fahmy, Indonesia mempunyai peranan sebagai importir BBM. Harga minyak yang turun berimbas kepada Indonesia tentunya dalam pengadaan BBM pertalite dan solar yang masih di subsidi pemerintah.

Selama pemerintah menjaga harga BBM subsidi, Fahmy optimistis Indonesia tidak akan terlalu berpengaruh terhadap fluktuasi harga minyak dunia meski di tengah ancaman gagal bayar AS.

Sedangkan jika diluar harga minyak dunia, lanjut Fahmy, pengaruh kebangkrutan AS itu akan terjadi. Pasalnya semua negara menggunakan mata uang dolar sebagai kurs untuk transaksi.

Fahmy tak menampik hal ini akan menjadi pengaruh besar juga bagi  perekonomian Indonesia. Ditambah jika pemerintah menaikkan suku bunga. “Maka investasi yang masuk ke Indonesia akan tersaring ke AS.”

Dia berharap, untuk saat ini di tengah situasi menjelang Pemilu 2024, pemerintah harus mampu menjaga daya beli masyarkat dan subsidi BBM, khususnya Pertalite dan Solar. “Karena kedua jenis BBM subsidi inilah yang menentukan distribusi bahan pokok akan stabil atau justru akan mengalami kenaikan jika dilakukan perubahan harga.”

Saat ini Selasa, 23 Mei 2023, harga minyak mentah Brent berjangka menjadi US$72,4 atau naik 0,49%.  Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di US$76,3 per barel, naik 0,50% per 10.27 WB.