Karyawan berkatifitas dengan latar layar monitor pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, 8 September 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Korporasi

Mengukur Peluang Rebound Saham Big 4 Banks di Tengah Sinyal Oversold

  • Sepanjang tahun ini, harga saham BBRI telah turun sebesar 26,99%, diikuti oleh BBNI yang merosot 19,81%. Sementara itu, BMRI dan BBCA hanya melemah kurang dari 3%.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) buka suara soal harga saham Big 4 Banks atau KBMI IV berbalik arah mengalami penurunan secara (year-to-date/ytd). Tren pelemahan terdalam dirasakan oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), yang menguap lebih dari 20%.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan pergerakan harga saham secara umum merupakan dinamika pasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti permintaan dan penawaran, makro ekonomi, maupun pengaruh dari situasi global. 

Dian menuturkan kondisi yang dialami saham KBMI IV pun dipandang sebagai hal yang lumrah dan sejalan dengan mekanisme pasar yang ada. “Pergerakan harga saham di bursa dapat terjadi pada berbagai sektor usaha, termasuk sektor keuangan,” kata Dian melalui keterangan tertulis dikutip pada Rabu, 19 Juni 2024. 

Dari sisi fundamental sepanjang April 2024, kata Dian, pertumbuhan kredit perbankan melesat signifikan sebesar 13,09% year-on-year (yoy) menjadi mencapai Rp7.311 triliun, dengan pertumbuhan kredit pada KBMI IV tembus Rp3.807 triliun atau melesat 15,75% secara tahunan.

Dian bilang, hal tersebut menunjukkan fundamental perbankan KBMI IV tetap kuat, resilien, dan stabil. Pertumbuhan kredit itu pun didukung oleh likuiditas bank yang relatif terjaga dengan rasio-rasio likuiditas yang jauh di atas ketentuan yang berlaku.

Selain itu, pertumbuhan kredit ini sesuai dengan target pertumbuhan tahun 2024, di mana target kredit KBMI IV pada tahun tersebut ditetapkan sebesar Rp3.983 triliun atau meningkat sebesar 8,5% yoy, dengan target laba mencapai Rp177,75 triliun.

Dian menambahkan bahwa pertumbuhan kredit ini tidak hanya melanjutkan tren positif dari periode sebelumnya, tetapi juga mencerminkan komitmen tinggi dari sektor perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Data dari RTI Business pada perdagangan Jumat, 14 Juni 2024, saham BBRI mengalami penurunan sebesar 3,02% menjadi Rp4.180 per saham. Dalam satu minggu terakhir, harga saham BBRI turun sebesar 3,91%, sementara sepanjang tahun ini harga saham tersebut terkoreksi sebesar 26,99%.

Sementara itu, harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) juga turun 3,79% menjadi Rp4.310 per saham pada hari yang sama. Dalam sepekan terakhir, harga saham BBNI turun 8,3%, dan secara year-to-date mengalami penurunan sebesar 19,81%.

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga mengalami penurunan harga saham, ditutup turun 2,13% menjadi Rp5.750 per saham. Dalam satu minggu, harga saham BMRI turun 8,37%, sedangkan sepanjang tahun ini harga sahamnya turun 4,96%.

Sementara PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengakhiri perdagangan stagnan pada level Rp9.200 per saham, meskipun mengalami penurunan 1,34% dalam sepekan ini. Secara year-to-date, harga saham BBCA turun 2,13%.

Saham Perbankan Oversold

Menanggapi penurunan harga saham tersebut, Analis dari Samuel Sekuritas Indonesia, Brandon Boedhiman dan Prasetya Gunadi, menyatakan bahwa saham perbankan jumbo, terutama bank BUMN, telah mengalami oversold. Hal ini bisa menjadi sinyal bagi para investor bahwa harga saham tersebut mungkin sudah terlalu rendah dan bisa mendekati titik potensial untuk pembalikan harga ke atas.

“Kami meyakini bahwa saham bank papan atas, khususnya bank BUMN, sudah oversold. Penurunan laba bersih yang melanda emiten ini sebenarnya sudah terefleksi pada harga sahamnya, sehingga kami memberikan rekomendasi overweight saham-saham ini,” tulisnya dalam riset yang dipublikasikan baru-baru ini. 

Hal ini mendorong Samuel Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi saham BBCA dengan target harga Rp10.800, saham BBRI direkomendasikan beli dengan target harga Rp5.000, saham BMRI direkomendasikan beli dengan target harga Rp6.100, dan saham BBNI direkomendasikan beli dengan target harga Rp4.620. 

Brandon dan Prasetya menyoroti bahwa bank dengan rasio CASA tinggi mengalami keuntungan tertinggi tahun ini, karena mampu mengendalikan biaya dana di tengah pengetatan likuiditas. Mereka menilai BBCA sebagai bank yang paling kuat dalam menghadapi pengetatan likuiditas saat ini.

Berkaitan dengan realisasi laba bersih bank only hingga April 2024, Samuel Sekuritas mencatat terdapat peningkatan sebesar 5,5% menjadi Rp61,2 triliun. Peningkatan tersebut didorong oleh penurunan biaya provisi yang rata-ratanya mencapai 7,4% hingga April 2024. 

Namun demikian, rata-rata margin bunga bersih (NIM) keempat bank tersebut mengalami penurunan sekitar 4 basis poin (bps). "Mengingat tekanan pada NIM yang berlanjut, kami merevisi turun target pertumbuhan rata-rata keempat bank tahun ini dari 9,5% menjadi 5,6%," ungkap mereka. 

Oleh sebab itu, Samuel Sekuritas memperkirakan bahwa tekanan ini akan berlanjut hingga semester II tahun ini, dengan biaya dana yang diperkirakan akan meningkat. Meskipun demikian, pertumbuhan kredit tahun ini diperkirakan tetap positif dengan rata-rata sebesar 11,2%.