istockphoto-502859729-612x612.jpg
Tekno

Mengulik Kehidupan Setelah Kematian Lewat Pandangan Sains

  • Kaum relijius memercayai bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara. Kekekalan sejati adalah ketika manusia mati.

Tekno

Rizky C. Septania

JAKARTA - Kehidupan setelah kematian menjadi keyakinan yang dipercaya oleh manusia, terutama mereka yang dekat kehidupan relijius. Kaum relijius memercayai bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara. Kekekalan sejati adalah ketika manusia mati.

Di sisi lain, para ilmuwan banyak menghabiskan waktu untuk mencari bukti mengenai kehidupan setelah kematian. Namun, bukti pasti mengenai adanya kehidupan setelah kematian dinilai masih kurang.

Namun jika dicermati lebih dalam, pembahasan mengenai kehidupan setelah kematian bisa dilihat melalui pendekatan teori fisika kuantum, khususnya teori bisentrisme.

Ilmuwan Wake Forest University School of Medicine di North Carolina Robert Lanza mengatakan konsep kematian hanyalah bentuk dari keterbatasan atas kesadaran manusia.

Mengutip teori biosentrisme, Lanza mengatakan bahwa alam semesta ada lantaran kesadaran individu tentangnya. Dimana pada dasarnya kehidupan dan biologi adalah inti dari realitas yang kemudian menciptakan alam semesta.

Alam semesta sendiri tidak menciptakan kehidupan. Hal yang sama berlaku untuk konsep ruang dan waktu. Lanza mengatakan hal tersebut hanya sebuah alat dan pikiran semata.

Melansir Independent, Jumat, 12 Mei 2023, Lanza mengatakan konsep kematian seperti yang kita ketahui tidak pernah ada. Konsep akan kematian muncul karena keterbatasan manusia untuk mendefinisikan kematian itu sendiri.

Namun, pada dasarnya, gagasan kematian adalah sesuatu yang telah lama diajarkan untuk kita terima, tetapi pada kenyataannya itu hanya ada di pikiran kita.

Artinya, bahkan setelah mati, mansia akan terus tetap hidup. Adapun hal yang tidak bisa dijelaskan hanyalah buah dari keterbatasan manusia itu sendiri.

"Saat kita mati, hidup kita menjadi “bunga abadi yang kembali mekar di multiverse. Hidup adalah petualangan yang melampaui cara berpikir linear kita yang biasa. Ketika kita mati, kita melakukannya bukan dalam matriks bola bilyar acak tetapi dalam matriks kehidupan yang tak terhindarkan," ujar Lanza.

Lebih lanjut, Lanza menambahkan bahwa konsep biosentrisme mirip dengan gagasan mengenai dunia paralel dimana segala sesuatu yang mungkin terjadi sekaligus di banyak semesta.

Ketika manusia mulai mempertanyakan konsep waktu dan kesadaran kita yang terbentuk sebelumnya, ini bisa membuat manusia mengubah cara berpikir menganai dunia.

Meski penjelasan mengenai kehidupan setelah kematian ini cukup rumit, secara sederhana, Lanza menjelaskan dengan membandingkan spektrum warna.

Pada dasarnya, langit banyak yang setuju bahwa dapat dianggap berwarna biru. Namun jika sel-sel di otak kita diubah untuk membuat langit terlihat hijau, maka itu akan tampak berwarna hijau.