Mengulik Profil JD Vance, Wakil Presiden Donald Trump
- Dilansir dari Biography, pada masa lalu Vance kritis terhadap Donald Trump yang ia sebut "heroin budaya" pada 2016. Bahkan dia menyamakan Trumo dengan Adolf Hitler.
Dunia
JAKARTA – Donald Trump memenangkan pemilihan presiden 5 November 2024 yang membawanya kembali ke Gedung Putih. Trump akan dilantik bersama pasangannya JD Vance, yang terpilih sebagai wakil presiden. Lantas, seperti apa sosok JD Vance?
Dilansir dari vance.senate.gov, JD Vance lahir dan tumbuh di Middletown, Ohio, sebuah kota manufaktur di Amerika yang dulunya berkembang pesat. Dahulu, warga Ohio bisa hidup nyaman di kelas menengah dengan satu sumber penghasilan. Namun, seiring waktu, banyak pekerjaan berkualitas hilang, dan keluarga Vance, seperti banyak keluarga lainnya, merasakan dampak dari perubahan tersebut.
Dilansir dari Biography, ia terpilih menjadi anggota Senat AS pada tahun 2022 dan dilantik pada tanggal 3 Januari 2023. Senator berusia 40 tahun dari Ohio ini menjadi wakil presiden terpilih pada tanggal 6 November 2024. Ia menjadi wakil presiden termuda ketiga dalam sejarah AS setelah John Breckinridge (pemerintahan James Buchanan) dan Richard Nixon (pemerintahan Dwight D. Eisenhower).
- 10 Presiden AS Terkaya Sepanjang Masa
- Pilah-pilih Emiten Hary Tanoe Usai Donald Trump Menang Pilpres AS
- PT GSP Pastikan Berbagai Event di JCC Tetap Berjalan di Tengah Gugatan Hukum
JD Vance lahir dengan nama James Donald Bowman pada 2 Agustus 1984, di Middletown, Ohio, dari pasangan Beverly Vance dan Donald Bowman. Dia tumbuh bersama kakak tirinya, Lindsay Lewis Ratliff, yang lahir tak lama setelah ibunya lulus SMA. Ia juga memiliki sejumlah saudara tiri, meskipun ia mengatakan sulit untuk menghitung jumlah saudara tirinya yang sebenarnya.
Saat Vance masih kecil, orang tuanya bercerai. Ibunya menikah lagi dengan seorang pria bernama Bob Hamel, sementara ayah kandungnya, Bowman, berhenti mengakui Vance sebagai putranya.
Dilansir dari Biography, JD Vance lulus dari Middletown High School pada tahun 2003 dan bergabung dengan Korps Marinir AS. Berdasarkan catatan dinasnya, ia mendaftar sebagai koresponden tempur atau jurnalis militer dan bertugas dari 2003 hingga 2007.
Ia ditempatkan di Irak selama enam bulan mulai akhir 2005. Selama masa dinasnya, ia memperoleh Medali Good Conduct dari Korps Marinir dan Medali Prestasi Angkatan Laut dan Korps Marinir.
Setelah menyelesaikan tugasnya di Marinir, Vance melanjutkan pendidikan di Ohio State University dan lulus pada 2009 dengan gelar dalam ilmu politik dan filsafat. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di Yale Law School, dan lulus pada 2013.
Vance bekerja di firma hukum multinasional Sidley Austin LLP dan di beberapa perusahaan investasi di California.
Pada 2016, dia merilis buku berjudul Hillbilly Elegy: A Memoir of a Family and Culture in Crisis, yang menceritakan tentang kehidupannya di Middletown dan Jackson, Kentucky.
Buku tersebut menggambarkan kehidupan yang sulit di komunitas kelas pekerja, di mana kemiskinan dan kekerasan dalam rumah tangga menjadi hal yang biasa, serta harapan untuk masa depan ekonomi yang lebih cerah sangatlah minim. Meski demikian, Vance mengenang sosok neneknya yang memberikan stabilitas dan motivasi untuk membantunya mengatasi berbagai kesulitan.
Buku tersebut diterbitkan bersamaan dengan pemilu 2016 antara Hillary Clinton dan Donald Trump, dan memberikan gambaran tentang kehidupan kelas pekerja kulit putih di Amerika. Beberapa pengulas menyatakan kondisi yang digambarkan Vance membantu menjelaskan mengapa banyak orang mendukung Trump, yang merupakan calon presiden dari luar politik.
Sementara, beberapa kritik berpendapat buku tersebut memperkuat stereotip negatif tentang orang miskin di Appalachia. Meski demikian, Hillbilly Elegy menjadi buku terlaris dan mengangkat Vance sebagai pembicara serta pengamat politik.
Melalui buku tersebut, ia membangun reputasi sebagai seseorang yang mampu menjelaskan mengapa seorang pebisnis asal New York seperti Trump bisa begitu menarik bagi Amerika tengah, terutama di kalangan kelas pekerja dan pemilih kulit putih di daerah pedesaan yang turut mendukung kemenangan Trump dalam pemilihan presiden.
Buku tersebut juga menjadi jembatan perkenalan antara Vance dan keluarga Trump. Donald Trump Jr. menyukai buku tersebut dan bertemu dengan Vance ketika ia mulai terjun ke dunia politik. Keduanya saling cocok dan tetap menjaga persahabatan. Pada 2020, buku tersebut diadaptasi menjadi film oleh Ron Howard, yang dibintangi oleh Amy Adams dan Glenn Close.
Vance menikah dengan Usha, seorang mantan asisten hakim di Mahkamah Agung yang kini mendukung sepenuhnya langkah politik suaminya. Mereka bertemu di Yale Law School, dan keputusan Vance untuk bergabung dengan kampanye Trump membawa perubahan besar dalam hidup mereka.
- Saham GOTO Melesat Usai Makan Bergizi Gratis jadi Program CSR Perusahaan
- NPL Di Bawah Industri, Inilah 4 Pilar Strategis CIMB Niaga untuk Jaga Performa Bisnis
- Beda Nasib dengan Sadbor, Berikut 28 Artis Diduga Terlibat Promosi Judi Online
Dilansir dari Biography, pada masa lalu Vance kritis terhadap Donald Trump yang ia sebut "heroin budaya" pada 2016. Bahkan dia menyamakan Trumo dengan Adolf Hitler.
Ia menyatakan sejalan dengan Trump dalam sejumlah isu kebijakan, seperti memberi kebebasan pada negara bagian untuk menentukan hak aborsi mereka sendiri dan mendukung tarif. Perubahan kesetiaan Vance, yang mencapai puncaknya dengan dukungan terhadap Trump untuk nominasi presiden Partai Republik 2024, terbukti sangat menguntungkan bagi profil politiknya.