Karyawan memindahkan tumpukan uang rupiah di cash pooling Bank Mandiri, Jakarta, Jum'at, 21 Januari 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Makroekonomi

Mengungkap 5 Alasan di Balik Kenaikan dan Penurunan Mata Uang

  • Bank Indonesia (BI) terus mengupayakan agar nilai tukar Rupiah bisa kembali menguat di bawah Rp 16.000 per satu Dolar Amerika Serikat.

Makroekonomi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) terus mengupayakan agar nilai tukar Rupiah bisa kembali menguat di bawah Rp 16.000 per satu Dolar Amerika Serikat. Pertanyaannya, mengapa mata uang dunia selalu berfluktuasi naik turun?

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa saat ini pergerakan nilai tukar Rupiah mengalami kecenderungan yang lebih stabil, seiring dengan mulai masuknya aliran modal asing ke pasar keuangan domestik. Hal ini terjadi baik pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) maupun pada Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). 

“Dengan aliran modal asing masuk, supply dolar kita menjadi bertambah dan konfiden investor pasar semakin kuat. Oleh karena itu ini bisa memperkuat nilai tukar Rupiah, dan kita sedang upayakan akan turun di bawah Rp 16.000,” tutur Perry dalam konferensi pers perkembangan ekonomi terkini belum lama ini. 

Nah, ada beberapa alasan yang menjadi pemicu utama di balik kenaikan dan penurunan mata uang dunia termasuk Rupiah. Dalam artikel ini, TrenAsia.com akan menggali lima faktor kunci yang memengaruhi fluktuasi mata uang dunia secara general yang dilansir dari berbagai sumber;

1. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral suatu negara memiliki dampak langsung terhadap nilai mata uangnya. Ketika bank sentral memutuskan untuk menaikkan suku bunga, misalnya, mata uang negara tersebut cenderung menguat karena hal itu membuat investasi di negara tersebut lebih menarik bagi investor asing. 

Sebaliknya, penurunan suku bunga dapat melemahkan mata uang, karena hal itu membuat investasi di negara tersebut kurang menguntungkan. Selain itu, tindakan kuantitatif easing (QE) juga memengaruhi nilai mata uang. 

Ketika bank sentral memutuskan untuk melakukan QE dengan mencetak lebih banyak uang dan membeli aset keuangan, hal itu cenderung menurunkan nilai mata uang karena meningkatkan pasokan uang beredar.

2. Kondisi Ekonomi Makro

Kondisi ekonomi makro suatu negara, seperti pertumbuhan GDP, tingkat pengangguran, dan inflasi, juga memengaruhi nilai mata uangnya. Negara dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat cenderung memiliki mata uang yang menguat, karena investor cenderung mencari peluang investasi yang lebih baik di negara-negara tersebut.

Di sisi lain, tingkat pengangguran yang tinggi atau inflasi yang melonjak dapat melemahkan mata uang negara tersebut. Hal ini karena ketidakpastian ekonomi dapat mengurangi kepercayaan investor dan mendorong mereka untuk mencari peluang investasi yang lebih aman di tempat lain.

3. Ketegangan Geopolitik

Ketegangan geopolitik, seperti perang perdagangan antara negara-negara besar, konflik militer, atau ketegangan politik yang tinggi, dapat memicu fluktuasi mata uang dunia. Ketika terjadi ketidakpastian politik atau ketegangan geopolitik, investor cenderung mencari aset yang dianggap lebih aman, seperti obligasi negara yang stabil atau emas. Hal ini dapat menyebabkan melemahnya mata uang dari negara-negara yang terlibat dalam ketegangan tersebut.

4. Perubahan Harga Komoditas

Harga komoditas, seperti minyak, emas, atau logam industri, juga dapat memengaruhi nilai mata uang negara-negara yang sangat tergantung pada ekspor komoditas tersebut. Misalnya, negara-negara produsen minyak seperti Arab Saudi atau Rusia cenderung mengalami penurunan nilai mata uangnya ketika harga minyak dunia turun. Hal ini karena penurunan harga minyak mengurangi pendapatan ekspor negara tersebut dan mengganggu keseimbangan perdagangan.

5. Sentimen Pasar dan Spekulasi

Terkadang, fluktuasi mata uang dapat dipicu oleh sentimen pasar dan spekulasi. Perkembangan politik atau ekonomi yang tidak terduga, rumor pasar, atau aksi spekulatif oleh para trader mata uang dapat menyebabkan perubahan drastis dalam nilai mata uang dalam waktu singkat. Meskipun faktor-faktor ini seringkali sulit diprediksi, mereka dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap nilai mata uang dunia.

Dalam kesimpulan, fluktuasi mata uang dunia dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks, mulai dari kebijakan moneter hingga kondisi ekonomi makro dan ketegangan geopolitik. Memahami faktor-faktor ini penting bagi para pelaku pasar dan investor untuk dapat mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola risiko dan mengoptimalkan potensi keuntungan dalam lingkungan yang penuh gejolak ini.