<p>Kantor Pusat PT Gudang Garam Tbk (dok.wikipedia)</p>
Korporasi

Mengungkap Perjalanan Gudang Garam dari Rokok Manual ke Industri Skala Besar

  • Gudang Garam, salah satu nama besar dalam industri rokok kretek Indonesia, menyimpan kisah perjalanan yang penuh inspirasi. Bermula dari sebuah bangunan sederhana di Kediri pada tahun 1958.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - Gudang Garam, salah satu nama besar dalam industri rokok kretek Indonesia, menyimpan kisah perjalanan yang penuh inspirasi. Bermula dari sebuah bangunan sederhana di Kediri pada tahun 1958, perusahaan ini didirikan oleh Surya Wonowidjojo, seorang pengusaha keturunan Tionghoa dengan visi besar. 

Ia meninggalkan pekerjaannya di Cap 93 untuk memulai usaha produksi rokok kretek secara manual. Dalam prosesnya, Surya menetapkan standar tinggi pada kualitas bahan baku seperti tembakau dan cengkeh, menjadikan inovasi dan integritas sebagai fondasi utama bisnisnya.

Pada tahun pertamanya, Gudang Garam mampu memproduksi lebih dari 50 juta batang rokok kretek, didukung oleh 500 karyawan. Prestasi ini tidak hanya mencerminkan keberhasilan awal, tetapi juga menjadi landasan kuat untuk pengembangan lebih lanjut.

Memasuki dekade 1960-an, Gudang Garam mulai memperluas jangkauannya ke seluruh wilayah Indonesia. Keberhasilan ini tidak lepas dari strategi distribusi yang efektif, yang memungkinkan produk Gudang Garam dikenal secara luas.

Momentum besar lainnya terjadi pada 1970-an, ketika perusahaan mengadopsi teknologi modern untuk mendukung peningkatan kapasitas produksi. Teknologi ini juga melahirkan merek-merek ikonik seperti Gudang Garam Merah dan Surya, yang hingga kini tetap menjadi favorit konsumen.

Langkah besar lainnya adalah saat Gudang Garam melakukan penawaran saham perdana (IPO) di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 27 Agustus 1990. Dalam IPO ini, perusahaan berhasil menghimpun dana sebesar Rp592,5 miliar dengan harga penawaran Rp10.250 per saham. 

Tahun 2019 menjadi salah satu puncak kejayaan Gudang Garam. Dalam tahun tersebut, perusahaan mencatat pendapatan hingga Rp110,5 triliun, dengan laba bersih mencapai Rp10,9 triliun. 

Capaian ini menegaskan posisi Gudang Garam sebagai salah satu pemimpin global dalam industri rokok kretek, sekaligus memperkokoh perannya dalam perekonomian Indonesia.

Diversifikasi dan Kontribusi Sosial

Gudang Garam juga menunjukkan komitmen yang kuat terhadap diversifikasi usaha. Salah satu proyek ambisiusnya adalah pembangunan Bandara Dhoho di Kediri, yang tidak hanya meningkatkan infrastruktur lokal tetapi juga menjadi simbol peran aktif perusahaan dalam pembangunan daerah.

Selain itu, Gudang Garam terus mendukung kesejahteraan masyarakat melalui berbagai program tanggung jawab sosial, seperti pendidikan, kesehatan, dan pelestarian lingkungan.

Sebagai salah satu perusahaan terbesar di Indonesia, Gudang Garam kini mempekerjakan lebih dari 30.000 karyawan. Ini menjadikannya tidak hanya sebagai tulang punggung ekonomi di Kediri, tetapi juga salah satu kontributor signifikan bagi pendapatan negara melalui pembayaran cukai rokok yang besar.

Tantangan dan Masa Depan

Seperti halnya bisnis besar lainnya, Gudang Garam tidak terlepas dari tantangan. Tekanan regulasi, kampanye anti-rokok, dan perubahan preferensi konsumen menjadi ujian bagi daya tahan perusahaan. Penurunan laba bersih hingga 77,7% pada Kuartal III-2024 adalah salah satu dampak nyata dari berbagai tekanan tersebut. Namun, dengan strategi inovatif dan kemampuan adaptasi yang tinggi, Gudang Garam tetap optimis menghadapi masa depan.

Di tengah berbagai tantangan, perusahaan ini tetap memiliki potensi besar untuk mempertahankan dominasinya di industri rokok kretek, sekaligus terus memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Indonesia.