Mengusung Model Sovereign Wealth Fund Global, Ini Cara Danantara Konsolidasi Aset BUMN
- Danantara akan dikelola melalui skema SWF di bawah Badan Pengelola Investasi yang dipimpin oleh Muliaman Hadad, badan ini akan mengkonsolidasikan aset BUMN tanpa menyentuh dana tunai dalam APBN.
BUMN
JAKARTA - Pemerintahan Prabowo Subianto memperkenalkan konsep baru dalam pengelolaan investasi negara melalui superholding BUMN bernama Daya Anagata Nusantara atau Danantara.
Mengusung konsep Sovereign Wealth Fund (SWF), Danantara digadang dapat mengonsolidasi aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN) guna mengakselerasi proyek-proyek strategis, mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, serta menarik investasi global dengan pendekatan yang terstruktur.
"Nanti akan diumumkan sendiri oleh Pak Presiden berapa dana yang kita kumpul dari saham kita, di capital kita, di Pertamina, di PLN, di BUMN-BUMN, dana pensiun dan sebagainya. Itu kan kalau sendiri-sendiri kan enggak bisa apa-apa," terang Wakil Menteri Keuangan III Anggito Abimanyu Anggito saat mengisi Orasi Ilmiah Dies Natalis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM), dilansir Kamis, 31 Oktober 2024.
- Menuju Swasembada Energi, Ini Jurus PLN Genjot Pemanfaatan Energi Terbarukan
- Kasus Tom Lembong Kuak Masifnya Potensi Mafia Impor Pangan
- Dana Swasembada Pangan Diplot Rp139,4 T, Terbesar untuk Subdisi Pupuk
Bagaimana Struktur Danatara?
Danantara akan dikelola melalui skema SWF di bawah Badan Pengelola Investasi yang dipimpin oleh Muliaman Hadad, badan ini akan mengkonsolidasikan aset BUMN tanpa menyentuh dana tunai dalam APBN.
Lewat konsep ini Danantara akan menjadi pemegang aset strategis non-likuid, sehingga memungkinkan fleksibilitas pendanaan proyek-proyek besar tanpa memerlukan suntikan APBN.
Danantara nantinya memiliki fokus yang berbeda dari Kementerian BUMN. Kementrian BUMN akan melakukan pengawasan operasional sehari-hari BUMN, sedangkan Danantara lebih berperan seperti “induk” pengelola aset, mirip Indonesia Investment Authority (INA) namun dengan cakupan yang jauh lebih besar.
Dalam merancang struktur Danantara, pemerintah berinspirasi dari beberapa SWF internasional:
Norges Bank Investment Management (Norwegia): SWF terbesar di dunia, mengelola dana lebih dari US$1,7 triliun atau sekitar Rp26.684. triliun (kurs Rp15.700). Investasi yang dilakukan berfokus pada ekuitas global, obligasi, dan properti.
China Investment Corporation (China): Didirikan untuk mengelola cadangan devisa China yang besar, SWF memiliki portofolio di berbagai sektor global guna menstabilkan ekonomi domestik dan memanfaatkan surplus nasional dengan nilai total US$1,24 triliun, atau sekitar Rp19.463. triliun
Qatar Investment Authority (QIA), Berinvestasi di berbagai sektor, dari ekuitas hingga real estat, dengan aset melebihi US$765 miliar atau sekitar Rp12.000 triliun serta bertujuan memastikan kemandirian ekonomi Qatar di masa depan.
Perbedaan dengan Temasek dan Khazanah Nasional
Indonesia sebelumnya belum pernah memiliki superholding terstruktur seperti Temasek dan Khazanah Nasional yang telah lama berdiri sebagai pengelola aset dan investasi di Singapura dan Malaysia. Meskipun peran kedua SWF ini serupa dengan yang diharapkan dari Danantara, ada beberapa perbedaan mendasar yang membedakan ketiganya:
Didirikan pada tahun 1974, Temasek Holdings memainkan peran penting dalam memegang saham berbagai perusahaan di Singapura, mulai dari SingTel hingga DBS Bank.
- Menuju Swasembada Energi, Ini Jurus PLN Genjot Pemanfaatan Energi Terbarukan
- Kasus Tom Lembong Kuak Masifnya Potensi Mafia Impor Pangan
- Dana Swasembada Pangan Diplot Rp139,4 T, Terbesar untuk Subdisi Pupuk
Namun, Temasek beroperasi sebagai entitas komersial sepenuhnya dan tidak berfokus pada dana negara atau publik seperti Danantara. Hal ini memungkinkan Temasek melakukan investasi berbasis peluang, baik domestik maupun internasional, dengan lebih cepat dan fleksibel. Temasek juga berfungsi sebagai “induk” dari berbagai investasi, tanpa mengandalkan APBN atau dana publik Singapura.
Khazanah Nasional berfungsi sebagai investor strategis bagi Malaysia, serupa dengan konsep Danantara. Khazanah terlibat dalam berbagai sektor, termasuk kesehatan, pendidikan, dan pembangunan ekonomi domestik.
Fungsi ganda Khazanah memungkinkan peningkatan pertumbuhan ekonomi sambil mendukung agenda nasional Malaysia, yang serupa dengan misi Danantara. Namun, Khazanah beroperasi dengan pendekatan yang lebih berfokus pada aset dalam negeri dibandingkan Temasek yang sangat global.
Bila dibandingkan dengan Temasek dan Khazanah Nasional memiliki kekhususan dalam pendekatan komersial dan strategis, Danantara diharapkan akan menonjol sebagai entitas yang membawa misi sovereign khas Indonesia, mengonsolidasikan kepemilikan negara tanpa melepaskan saham BUMN sepenuhnya.
Danantara juga membawa fitur penting yaitu tidak semua aset likuid akan dialihkan, memberikan fleksibilitas pengelolaan dan leverage aset tanpa harus terjun ke pasar modal setiap saat.
Dengan target konsolidasi aset dan menarik investasi eksternal, Danantara menghadapi tantangan besar, terutama dalam membangun kepercayaan global terhadap superholding yang masih baru ini. Integrasi yang potensial dengan INA juga memerlukan pembahasan mendalam agar tidak terjadi tumpang tindih. Langkah ini merupakan bagian dari rencana besar pemerintah untuk memastikan kemandirian ekonomi, sekaligus menghadapi tantangan global.