<p>Ilustrasi minimarket memboikot produk Prancis di Riau / Istimewa</p>
Nasional

Menilik Efektivitas Gerakan Boikot pada Sebuah Merek

  • Peneliti Institute for Policy Research (IPR) menjelaskan sebenarnya boikot yang dilakukan biasanya tidak berhasil.

Nasional

Bintang Surya Laksana

JAKARTA - Gerakan boikot belakangan ini sering diserukan di tengah konflik antara Palestina dan penjajah Israel yang sedang memanas. Banyak yang menyerukan untuk melakukan boikot pada merek-merek dunia yang diduga mendukung penjajah Israel baik secara finansial atau lainnya.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah, apakah gerakan boikot benar-benar dapat memberikan dampak?

Peneliti Institute for Policy Research (IPR) yang juga sebagai profesor manajemen dan organisasi, Brayden King menjelaskan sebenarnya boikot yang dilakukan biasanya tidak berhasil karena tidak memberikan dampak yang berarti pada pendapatan dan penjualan suatu perusahaan.

Brayden menyebutkan gerakan boikot sendiri umumnya dilakukan untuk memberikan tekanan finansial pada perusahaan dengan meyakinkan konsumen untuk berbelanja di tempat lain. 

Brayden menyebutkan salah satu alasan mengapa kebanyakan gerakan boikot tidak berhasil adalah sifat kebiasaan konsumen. 

“Bahkan orang yang secara terbuka mencela suatu perusahaan mungkin masih membeli produk perusahaan tersebut. Ditambah lagi, orang-orang yang memboikot suatu perusahaan mungkin bukan target konsumennya,” ujar Brayden.

Namun, Brayden menyebutkan gerakan boikot dapat memberikan efek lain di luar penjualan. Hal tersebut karena gerakan boikot dapat mengancam reputasi perusahaan, terutama dengan menghasilkan liputan media yang negatif.

"Tidak. Salah satu faktor yang membuat boikot efektif adalah seberapa besar perhatian media yang dihasilkannya, bukan berapa banyak orang yang menandatangani petisi atau berapa banyak konsumen yang dimobilisasi,” ujarnya.

Penelitiannya menunjukkan boikot yang paling berhasil adalah boikot yang paling banyak mendapat liputan media. Boikot yang menjadi berita utama dapat menyebabkan penurunan harga saham yang lebih besar dan kemungkinan besar menyebabkan perusahaan mengubah perilakunya.

Kiat Agar Efektif

Melansir dari Community Tool Box, gerakan boikot dapat menjadi efektif bila memenuhi sejumlah syarat. 

Menurut Cesar Chavez, pemimpin boikot terhadap produsen anggur California pada tahun 1960an dan 1970an, hanya perlu mempengaruhi sekitar lima persen dari konsumen untuk melakukan boikot agar bisa berdampak secara finansial. Jika bisa meyakinkan sepuluh persen dari konsumen, dampaknya pada bisnis tersebut akan sangat serius.

Selanjutnya adalah dengan mengenali perusahaan atau merek yang diboikot. Untuk memberikan dampak finansial, tentu harus memahami apakah perusahaan yang diboikot memiliki anak-anak usahanya. Setelah mengetahuinya, gerakan boikot dapat dilakukan secara menyeluruh tidak hanya pada perusahaan induknya saja namun sampai ke anak-anak perusahaannya.

Kemudian gerakan boikot harus mengajak organisasi atau kelompok lain yang memiliki pandangan serupa. Efektivitas gerakan boikot terkadang dipengaruhi oleh besaran massa yang mengikuti gerakan serupa. Semakin besar partisipasi boikot, maka gerakan tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak yang berarti.

Selanjutnya adalah dengan memberikan alternatif pilihan pada konsumen untuk membeli produk serupa pada tempat lain. Namun perlu melakukan riset secara mendalam terhadap perusahaan yang dijadikan alternatif. Hal itu karena ditakutkan perusahaan yang ditawarkan menjadi alternatif ternyata memiliki dosa yang sama seperti perusahaan yang sedang diboikot.

Perlu diingat, gerakan boikot bukanlah gerakan jangka pendek yang dapat menghasilkan dampak dengan cepat. Oleh karena itu, jika sudah menetapkan suatu perusahaan harus diboikot, lakukanlah secara konsisten dalam jangka lama hingga apa yang ditujukan tercapai.