Emiten perbankan PT Bank JTrust Indonesia Tbk (BCIC) / Jtrustbank.co.id
Korporasi

Menilik Kinerja Bank-Bank Jepang di Indonesia

  • model bisnis bank Jepang tergolong tidak banyak berubah. Bisnis mereka bukanlah mengutamakan fungsi intermediasi seperti bank nasional, mengumpulkan dana masyarakat untuk kemudian disalurkan lagi dalam bentuk kredit.
Korporasi
Yosi Winosa

Yosi Winosa

Author

JAKARTA - Jejak bank milik Jepang di Indonesia cukup kentara meski tidak begitu mendominasi dalam kancah perbankan nasional. 

Tercatat, setidaknya ada empat bank besar asal Jepang yang memiliki cabang di Indonesia yakni Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) melalui PT Bank BTPN Tbk, MUFG Bank Ltd.  melalui PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Bank J Trust Indonesia Tbk. yang semula adalah Bank Century serta PT Bank Resona Perdania yang lebih kecil di tier kedua.

Kebetulan keempat bank ini sudah menyampaikan laporan keuangan masing -masing untuk periode yang berkahir di 31 Desember 2021. Seperti apa kinerjanya?

I. PT Bank BTPN Tbk (BDMN)

PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) membukukan laba bersih senilai Rp1,6 triliun atau naik 56% dari periode yang sama di tahun sebelumnya Rp1 triliun.

Perseroan mencatatkan pendapatan bunga bersih senilai Rp13,70 triliun pada tahun 2021, naik tipis 0,2% dari setahun sebelumnya Rp13,64 triliun. 

Danamon membukukan pertumbuhan kredit sebesar 6% di segmen Enterprise Banking, berkat kerja sama dan dukungan dari jaringan global MUFG. Dalam bidang pembiayaan otomotif, anak perusahaan Danamon, Adira Finance, mencatatkan pembiayaan sebesar Rp40 triliun pada tahun 2021, naik 47% bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Total aset perusahaan tercatat sebesar Rp 192,24 triliun pada tahun 2021, atau mengalami penurunan 4% dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 200,89 triliun.

II. PT Bank BTPN Tbk (BTPN)

Bank BTPN mencatatkan pertumbuhan laba 55 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp2 triliun pada Desember 2020 menjadi Rp3,10 triliun di posisi Desember 2021. 

Dari sisi pendapatan bunga, BTPN mengalami penyusutan sebesar 10 persen yoy menjadi Rp14,74 triliun dari sebelumnya Rp16,40 triliun pada Desember 2020. Sementara itu, beban bunga ikut menyusut sebesar 38 persen yoy menjadi Rp3,60 triliun. Alhasil, pendapatan bunga bersih emiten bank bersandi saham BTPN ini naik 5 persen yoy menjadi Rp11,14 triliun. 

Di sisi lain, penyaluran kredit BTPN turun tipis sebesar 1 persen sepanjang 2021. Kredit yang diberikan dari sebelumnya sebesar Rp126,68 triliun per 31 Desember 2020 menjadi Rp125,15 triliun per 31 Desember 2021.

III. Bank J Trust Tbk (BCIC)

Bank Jtrust Indonesia masih mencatatkan rugi bersih senilai Rp445,42 miliar pada 2021, namun rugi tersebut susut 8,05% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp484,44 miliar. 

Penurunan rugi bersih terjadi saat pendapatan bunga bersih perseroan melonjak 292,43% (yoy) dari Rp26,14 miliar menjadi Rp102,58 miliar. Hal itu ditopang oleh naiknya pendapatan bunga sebesar 1,28% dari Rp978,79 miliar menjadi Rp991,35 miliar.

Sementara, beban bunga perseroan tercatat sebesar Rp888,77 miliar. Nilai itu berhasil ditekan 6,71% (yoy) dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp952,65 miliar. Lebih lanjut, Bank Jtrust Indonesia membukukan kenaikan pertumbuhan pendapatan operasional lainnya sebesar 132,55% (yoy) dari Rp22,58 miliar menjadi Rp52,51 miliar. Adapun, kenaikan beban operasional lainnya cukup terkendali sebesar 7,96% (yoy) dari Rp633,59 miliar menjadi Rp684 miliar. 

Dari sisi penyaluran pinjaman bersih tercatat sebesar Rp9,8 triliun, naik 37,45% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang senilai Rp7,13 triliun. Hingga akhir 2021, total aset perseroan tercatat tumbuh 31,6% (yoy) dari Rp16,2 triliun menjadi sebesar Rp21,32 triliun

IV. Bank Resona Perdania

Bank ini membukukan rugi konsolidasian setelah pajak sebesar Rp37,92 miliar, berbanding terbalik dari capaian tahun 2020 yang untung sebesar Rp66,88 miliar. Ini seiring dengan kenaikan pendapatan bunga bersih dari Rp481,48 miliar di 2020 menjadi Rp501,75 miliar di 2021 yang tidak diimbangi dengan kenaikan beban operasional lainnya yang melonjak dari Rp401,24 miliar di 2020 menjadi Rp594,55 miliar.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menyatakan meski dari sisi kinerja cukup positif, namun pamor bank jepang dinilai tidak terlalu moncer di Indonesia karena kalah pamor dengan bank nasional seperti Himbara, bank niaga swasta.

“Sejak dulu bank Jepang gak besar dalam arti perannya gak menonjol karena mereka umumnya untuk membackup terkait investasi dari Jepang yang masih tergolong tetap besar,” kata dia kepada TrenAsia.com, Selasa, 5 April 2022.

Ditambahkan, model bisnis bank Jepang tergolong tidak banyak berubah. Bisnis mereka bukanlah mengutamakan fungsi intermediasi seperti bank nasional, mengumpulkan dana masyarakat untuk kemudian disalurkan lagi dalam bentuk kredit. 

“Bisnis model mereka di pasar keuangan masuk ke sini untuk membackup investasi mereka, tapi investasinya lebih banyak di SBN dan BI,” tambah Piter.