Ilustrasi utang.
Makroekonomi

Menilik Komposisi Utang Luar Negeri RI di Kuartal III 2024

  • Sebagian besar ULN (84,2%) merupakan utang jangka panjang, mengindikasikan strategi pengelolaan utang yang hati-hati untuk mengurangi risiko jangka pendek.

Makroekonomi

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Utang luar negeri (ULN) Indonesia mengalami pertumbuhan dengan posisi saat ini berada di angka US$427,8 miliar atau sekitar Rp6.797 triliun (kurs Rp15.890) pada Triwulan III-2024. 

Angka ini menunjukkan adanya pertumbuhan tahunan sebesar 8,3% yang didorong oleh peningkatan ULN sektor publik serta pelemahan dolar AS terhadap mata uang lainnya. Struktur utang Indonesia dinilai tetap sehat dengan rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) yang terkendali di angka 31,1%. 

Sebagian besar ULN (84,2%) merupakan utang jangka panjang, mengindikasikan strategi pengelolaan utang yang hati-hati untuk mengurangi risiko jangka pendek. Bank Indonesia bersama pemerintah terus memperkuat koordinasi untuk memantau dan mengoptimalkan penggunaan ULN. 

Khususnya guna mendukung pembiayaan pembangunan yang berkelanjutan. Langkah ini diambil untuk memastikan risiko ekonomi, baik internal maupun eksternal, dapat diminimalkan.

“Perkembangan ULN tersebut bersumber dari sektor publik. Posisi ULN triwulan III-2024 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk rupiah,” papar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso di Jakarta, Jumat, 15 November 2024.

ULN Pemerintah Melonjak, Swasta Turun

ULN pemerintah tercatat di angka US$204,1 miliar atau sekitar Rp3,243 triliun. Jumlah tersebut meningkat 8,4% secara tahunan. Peningkatan ini didorong oleh penarikan pinjaman baru serta peningkatan investasi di Surat Berharga Negara (SBN), yang menjadi salah satu instrumen penting dalam pengelolaan utang negara. 

Pemerintah menegaskan komitmennya untuk menjaga kredibilitas dengan membayar kewajiban ULN secara tepat waktu. Pengelolaan ULN dilakukan secara efisien dan berfokus pada sektor-sektor prioritas, sebagaimana tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Penggunaan ULN pemerintah difokuskan pada berbagai sektor strategis, antara lain sektor kesehatan (21%), administrasi dan pertahanan (18,9%), pendidikan (16,8%), konstruksi (13,6%), serta keuangan dan asuransi (9,1%). 

Alokasi ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hampir seluruh ULN pemerintah (99,9%) merupakan utang berjangka panjang. Hal ini menunjukkan strategi mitigasi risiko yang baik, sehingga pengelolaan ULN dapat dilakukan secara lebih stabil dan aman dalam jangka panjang.

Sementara itu, ULN swasta mengalami penurunan hingga US$196 miliar atau sekitar Rp3.114 triliun , dengan kontraksi tahunan sebesar 0,6%. Penurunan ini dipengaruhi oleh penurunan utang dari lembaga keuangan, yang tercatat menyusut sebesar 3,2% year-on-year (yoy).  

ULN sektor swasta didominasi oleh sektor industri pengolahan, jasa keuangan, pengadaan listrik dan gas, serta sektor pertambangan. Sebagian besar (79,3%) dari ULN ini merupakan utang jangka panjang, menunjukkan adanya upaya sektor swasta dalam meminimalkan risiko jangka pendek.

Secara keseluruhan, posisi ULN Indonesia pada Triwulan III-2024 menunjukkan pengelolaan yang baik. Struktur yang terkendali, dengan dominasi utang jangka panjang, memberikan sinyal positif bagi perekonomian nasional, meskipun tetap diperlukan kewaspadaan terhadap dinamika ekonomi global.