<p>Kapal bersandar didekat crane bongkar maut peti kemas di dermaga Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin, 11 Januari 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Menilik Pangsa Pasar Potensial Untuk Mengakselerasi Kinerja Ekspor Indonesia

  • Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mendorong pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk memanfaatkan momentum pulihnya perdagangan internasional dengan gencar melakukan ekspor.

Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mendorong pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk memanfaatkan momentum pulihnya perdagangan internasional dengan gencar melakukan ekspor.

“Ekspor kita sudah tumbuh sudah kuat. Kenaikan ekspor ini menggambarkan pulihnya ekonomi global dan Indonesia tentunya,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Memacu Ekspor UKM, Selasa 20 April 2021.

Menurut Sri Mulyani, kenaikan ekspor Indonesia merupakan sinyal geliat perekonomian telah berjalan kembali.

Hal itu tampak dari kenaikan ekspor Indonesia pada Maret 2021 yang tumbuh 30,47% secara year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. 

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indonesia mengalami kenaikan ekspor pada Maret 2021 sebesar 20,31% month to month (mtm) dibandingkan Februari 2021.

Adapun nilai ekspor Indonesia sebesar US$18,35 miliar atau setara Rp 268 triliun (asumsi kurs Rp14.650 per dolar Amerika Serikat) pada Maret 2021.

Mentan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini juga optimis, produk UMKM Indonesia telah mempunyai daya saing untuk bersaing di pasar global. 

“Nilai ekspor didominasi non migas, ini sangat bagus dan menunjukan pelaku usaha kita mampu menembus pasar global,” tambah Sri Mulyani.

Untuk diketahui, ekspor non migas Indonesia mengalami kenaikan double digit, yakni mencapai 30,07% yoy. Nilai ekspor non migas Indonesia melesat dari US$13,41 miliar pada Maret 2020 menjadi US$17,45 miliar pada Maret 2021.

Genjot Perluasan Ekspor

Selain itu, Sri Mulyani juga menegaskan Indonesia bakal gencar menjalin kerja sama perdagangan untuk memperluas pangsa ekspor pelaku usaha tanah air.

Hal ini, kata Sri Mulyani, menjadi pemicu supaya produktivitas pelaku usaha kecil dan menengah semakin tinggi.

Meski penetrasi UMKM ke ekspor sudah mencapai 90% dari keseluruhan eksportir, nilai perdagangannya masih rendah. Kontribusi UMKM itu hanya 13% dari keseluruhan nilai ekspor Indonesia. 

“Saat ini Indonesia tengah menjalankan berbagai agreement untuk membuka pasar-pasar global yang baru bagi pelaku ekspor Indonesia,” papar Sri Mulyani.

Keterlibatan Indonesia dalam perjanjian perdagangan internasional memang membawa berkah tersendiri. Perjanjian Regional Comprehensive Economic Cooperation (RCEP) misalnya.

Skema perdagangan bebas antara 10 negara anggota ASEAN ditambah Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Jepang, dan China ini berhasil mengungkit ekspor Indonesia.

Tengok saja nilai ekspor Indonesia ke China, Jepang, dan Singapura yang terus tumbuh pada Maret 2021. Nilai ekspor Indonesia ke China pada Maret 2021 mencapai US$774,6 juta. Sementara nilai ekspor ke Jepang dan Singapura diketahui sebesar US$177,7 juta dan US$132 juta.

RCEP sendiri merupakan kerja sama perdagangan terbesar dunia. Dengan lima belas negara yang terlibat, terdapat 30% populasi dunia atau 2,2 miliar orang sebagai pangsa pasar. Perjanjian ini pertama kali dicetuskan pada 2011 dan baru ditandatangani pada November 2020.

Kementerian Perdagangan menargetkan potensi ekspor Indonesia melalui perluasan global supply chain ini bisa mencapai 7,2% yoy. Sementara itu, Indonesia memasang target kenaikan ekspor hingga 11% dalam lima tahun setelah RCEP ditandatangani.

Setali tiga uang, Pengamat ekonomi Universitas Padjadjaran (Unpad) Ina Primiana menyebut, Indonesia mesti gencar mencari pasar-pasar potensial untuk tujuan ekspor.

“Kita perlu menjaga tren ini, kita harus memetakan produk-produk mana saja yang menjadi unggulan dan diperluas ke pasar-pasar baru,” kata Ina dalam diskusi virtual, 15 April 2021.

Ina melihat adanya potensi yang luar biasa dari negara-negara di Afrika. Kendati demikian, kata Ina, perluasan ekspor ini harus diiringi oleh pemetaan produk yang sesuai dengan pasar potensial tersebut.

Berdasarkan data BPS, kinerja ekspor Indonesia pada Maret 2021 ke Afrika Selatan bahkan melejit hingga 178,73% month to month (mtm). Selain itu, ekspor ke Afrika Timur dan Afrika Utara masing-masing tumbuh hingga 110,78% mtm dan 104,89% mtm.

“Dengan mencari pasar yang tidak biasa, pemerintah dapat mempertahankan tren surplus neraca perdagangan yang dialami Indonesia saat ini,” kata Ina. (RCS)