
Menilik Peluang Multifinance dan Tantangan Industri di Tahun 2025
- Selain sektor otomotif, OJK juga menyoroti potensi sektor pariwisata. Menurut Agusman, sektor ini masih memiliki porsi sangat kecil dalam industri pembiayaan, yakni kurang dari 1%.
IKNB
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan signifikan dalam sektor pembiayaan kendaraan bermotor roda empat.
Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML), menyatakan bahwa per Oktober 2024, penyaluran pembiayaan kendaraan roda empat meningkat 6,90% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp298,30 triliun. Pembiayaan ini mencakup 56,39% dari total pembiayaan kendaraan bermotor.
“Dengan pertumbuhan yang positif ini, kami memproyeksikan pembiayaan kendaraan bermotor roda empat akan terus tumbuh hingga akhir tahun 2024,” ujar Agusman melalui jawaban tertulis, dikutip Kamis, 19 Desember 2024. Faktor pendorong utama adalah peningkatan daya beli masyarakat dan kebutuhan transportasi pribadi.
- Prabowo Perintahkan Sejumlah Proyek Infrastruktur Distop, Pembangunan Tol Terdampak
- Di Tengah Fluktuasi IHSG, Saham BBRI, EXCL hingga GOTO Bisa Jadi Peluang Menarik di 2025
- Begini Proyeksi Kinerja BBNI di 2025, Target Saham Tembus Rp6.200
Potensi Pembiayaan Sektor Pariwisata
Selain sektor otomotif, OJK juga menyoroti potensi sektor pariwisata. Menurut Agusman, sektor ini masih memiliki porsi sangat kecil dalam industri pembiayaan, yakni kurang dari 1%.
“Namun, kualitas pembiayaan di sektor ini masih terjaga, sehingga multifinance dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk diversifikasi portofolio,” tambahnya.
Tren Positif Kendaraan Listrik
Penyaluran pembiayaan kendaraan listrik juga menunjukkan tren positif. Per Oktober 2024, pembiayaan kendaraan listrik mencapai Rp21,34 triliun, atau 4,25% dari total piutang pembiayaan. Agusman optimistis bahwa dukungan pemerintah dalam membangun ekosistem kendaraan listrik akan mempercepat pertumbuhan sektor ini.
- Baca Juga: OJK Optimis Kinerja Multifinance Tetap Positif Saat Penjualan Otomotif Lesu, Ini Alasannya
“Kami melihat perkembangan ini sebagai bagian dari percepatan terbentuknya ekosistem green financing di Indonesia. Pembiayaan kendaraan listrik diharapkan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan,” jelas Agusman.
Dampak Opsen Pajak Kendaraan Bermotor
Terkait rencana penerapan opsen pajak kendaraan bermotor pada 2025, Agusman mengakui bahwa hal ini dapat memengaruhi kinerja perusahaan pembiayaan. “Hampir 70% dari pangsa pasar perusahaan pembiayaan ditopang oleh pertumbuhan industri otomotif, sehingga dampaknya perlu dimonitor dengan cermat,” katanya.
Sebagai langkah antisipasi, OJK telah menerbitkan Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perusahaan Pembiayaan 2024-2028. Selain itu, OJK tengah melakukan harmonisasi dengan Kementerian Hukum untuk penyusunan RPOJK mengenai penguatan lembaga pembiayaan, yang merupakan turunan dari UU P2SK.
Target Pertumbuhan Multifinance
Untuk tahun 2024, OJK menargetkan pertumbuhan industri multifinance sebesar 10-12%. Namun, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menyebut target ini sulit dicapai. Menanggapi hal tersebut, Agusman mengakui adanya risiko bias ke bawah terhadap target tersebut.
“Kami terus mendorong industri pembiayaan untuk mencapai target pertumbuhan yang telah direncanakan. Roadmap dan harmonisasi regulasi yang sedang kami lakukan menjadi bagian dari upaya ini,” tegasnya.
- Bayang-bayang Saham ASII dan AUTO di Tengah Tantangan Sektor Otomotif di 2025
- Hilirisasi: Kunci Kemakmuran atau Pangkal Bencana?
- Link Live Streaming Vietnam Vs Timnas Indonesia di Piala AFF 2024
Peningkatan Pembiayaan BNPL
Pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) oleh perusahaan pembiayaan menunjukkan pertumbuhan signifikan. Per Oktober 2024, piutang BNPL mencapai Rp8,41 triliun, meningkat Rp3,27 triliun atau tumbuh 63,89% yoy. Agusman menjelaskan bahwa pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat dan bertambahnya jumlah perusahaan penyedia layanan BNPL dari lima menjadi tujuh perusahaan.
“Kami optimistis kinerja BNPL akan terus meningkat, seiring dengan berkembangnya ekonomi digital di Indonesia,” ungkap Agusman.
Pemenuhan Modal Perusahaan Pembiayaan
Agusman juga mengungkapkan bahwa empat dari 147 perusahaan pembiayaan belum memenuhi kewajiban ekuitas minimum per Oktober 2024. Penyebab utama adalah belum dilakukannya penyuntikan modal atau proses peningkatan modal yang belum sesuai dengan ketentuan.
Akuisisi oleh Investor Asing
Dalam hal akuisisi oleh investor asing, Agusman melaporkan bahwa lima perusahaan pembiayaan telah melaporkan realisasi akuisisi, sementara satu perusahaan lainnya sedang dalam proses realisasi setelah mendapat persetujuan. Investor asing tersebut berasal dari Korea Selatan, Hong Kong, dan Jepang.