Menilik Pengaruh Besar The Fed terhadap Ekonomi RI
- Federal Reserve (The Fed), bank sentral Amerika Serikat, kembali menjadi pusat perhatian dunia. Sebagai pengendali kebijakan moneter AS, The Fed memanfaatkan instrumen seperti Giro Wajib Minimum (GWM), penetapan suku bunga, dan operasi pasar terbuka untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik maupun internasional.
Perbankan
JAKARTA – Federal Reserve (The Fed), bank sentral Amerika Serikat, kembali menjadi pusat perhatian dunia. Sebagai pengendali kebijakan moneter AS, The Fed memanfaatkan instrumen seperti Giro Wajib Minimum (GWM), penetapan suku bunga, dan operasi pasar terbuka untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik maupun internasional.
Dalam Laporan Surveillance Perbankan Triwulan II-2024, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggarisbawahi peran vital The Fed sebagai lokomotif ekonomi global. Kebijakan moneter yang diterapkan sering kali memberikan efek domino, memengaruhi pasar keuangan internasional, termasuk di Indonesia.
The Fed menggunakan suku bunga acuan, Fed Fund Rate (FFR), sebagai alat utama untuk mengontrol inflasi dan memacu pertumbuhan ekonomi. Penyesuaian FFR ditentukan dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung delapan kali setahun.
Keputusan terkait FFR dipengaruhi oleh tiga faktor utama:
- Pertumbuhan Ekonomi
- Ketika pertumbuhan ekonomi tinggi, The Fed cenderung menaikkan suku bunga untuk mencegah inflasi berlebih.
- Sebaliknya, saat ekonomi melambat atau resesi, suku bunga diturunkan untuk mendorong konsumsi dan investasi.
- Inflasi
- Inflasi tinggi mendorong The Fed menaikkan suku bunga guna menekan daya beli masyarakat dan menurunkan tekanan inflasi.
- Sebaliknya, inflasi rendah atau deflasi direspons dengan penurunan suku bunga untuk meningkatkan permintaan agregat.
- Tingkat Pengangguran
- Tingkat pengangguran tinggi memacu penurunan suku bunga untuk menstimulus ekonomi.
- Jika pengangguran rendah, kenaikan suku bunga dilakukan untuk menghindari "overheating" ekonomi.
Baca Juga: Tahun 2025 Berpotensi Positif untuk Perbankan, OJK Ingatkan Risiko Kebijakan Trump
Krisis Global dan Respons Kebijakan
Sejak krisis keuangan global 2008 hingga pandemi Covid-19, The Fed telah mengadopsi berbagai kebijakan yang fleksibel. Pada 2020, misalnya, FFR turun drastis ke level 0,25% untuk mencegah kontraksi ekonomi lebih lanjut. Namun, inflasi yang meningkat pascapandemi mendorong The Fed kembali menaikkan FFR secara bertahap hingga mencapai 5,5% pada Agustus 2024.
Dampak Global dan Pengaruh di Indonesia
Kebijakan moneter The Fed tidak hanya berdampak pada AS, tetapi juga negara-negara lain. Penyesuaian FFR memengaruhi aliran modal, nilai tukar, dan stabilitas pasar keuangan global.
OJK mencatat bahwa kebijakan pelonggaran moneter oleh The Fed pada 2010-2013 melalui penurunan FFR menjadi 0,25% mendorong pertumbuhan kredit perbankan Indonesia hingga 23% per tahun.
Namun, saat The Fed beralih ke kebijakan pengetatan (tightening), seperti pada 2014-2018, pertumbuhan kredit di Indonesia melambat signifikan menjadi rata-rata 10%. Fenomena ini dikenal sebagai "taper tantrum," di mana pasar keuangan negara berkembang mengalami volatilitas tinggi.
- Top Gainers LQ45 Pagi Ini Ada MBMA hingga GOTO
- MMBA Pimpin Top Gainer, LQ45 Hari Ini 13 November 2024 Ditutup Naik Tipis
- Pak Presiden, Tolong Perhatikan Juga Pajak UMKM
Tantangan dan Prospek Ke Depan
Penurunan FFR sejak September 2024 memberikan sinyal positif bagi pasar keuangan global, meskipun volatilitas tetap tinggi akibat ketidakpastian geopolitik. Indeks Volatilitas Pasar (VIX) meningkat selama periode ini, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap risiko pasar.
Sementara itu, penguatan nilai tukar global terlihat pada sebagian besar mata uang utama, kecuali Yuan Tiongkok (CNY) dan Real Brasil (BRL), yang sempat terdepresiasi terhadap dolar AS sebelum kembali menguat.
Kesimpulan
Keputusan The Fed, baik berupa penurunan atau kenaikan FFR, menjadi kompas kebijakan moneter global. Bagi Indonesia, memahami arah kebijakan ini penting untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik di tengah dinamika global.
OJK menegaskan pentingnya respons kebijakan yang adaptif untuk menghadapi dampak dari kebijakan moneter The Fed, khususnya dalam menjaga pertumbuhan kredit, stabilitas nilai tukar, dan daya tahan pasar keuangan nasional.