Menilik Penjualan Rokok HM Sampoerna, Gudang Garam, dan Wismilak
- Lalu bagaimana sejauh ini penjualan para emiten rokok saat Di tengah tantangan downtrading akibat kenaikan tarif cukai tembakau dan larangan penjualan rokok eceran ini?
Korporasi
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan, penerimaan cukai sampai dengan Juli 2024 mencapai Rp116,1 triliun. Penerimaan ini tumbuh tipis 0,5% secara year-on-year (yoy).
Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan penerimaan cukai ini salah satunya ditopang oleh cukai hasil tembakau (CHT). Bendahara negara itu mengatakan penerimaan CHT sampai Juli sebesar Rp111,3 triliun atau tumbuh tipis 0,1% (yoy).
Menurut Sri Mulyani, penerimaan CHT terutama datang dari rokok golongan II dan golongan III. Sementara untuk golongan I yang memiliki tarif cukai paling mahal, masih tertekan.
- Pameran Investasi Properti Agung Podomoro Hadirkan Fleksibilitas Pembayaran Kepemilikan Rumah dan Apartemen
- Kenalkan Ragam Kuliner Indonesia Berbahan Tanaman Hutan Adat Pikul Pengajid
- Buah Manis Digitalisasi, Rasio CASA Bank Mandiri Tembus 79,7 Persen
Lalu bagaimana sejauh ini penjualan para emiten rokok saat ini?
HM Sampoerna (HMSP)
Emiten rokok PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) menunjukkan performa yang solid hingga kuartal I-2024. Berdasarkan laporan keuangannya HMSP berhasil mengumpulkan penjualan Rp29,10 triliun tumbuh 7,94% dari periode yang sama di tahun sebelumnya yang menyentuh angka Rp26,96 triliun.
Pada pos penjualan pihak ketiga ke dalam negeri, penjualan sigaret kretek mesin masih menjadi penyumbang terbesar emiten satu ini. Hingga kuartal I-2024 penjualan tembakau sigaret kretek mesin mencapai Rp17,28 triliun naik tipis dari sebelumnya Rp17 triliun.
Selain itu, pos penjualan HMSP yang melonjak ada di pos penjualan sigaret kretek tangan yang melesat ke level Rp9,10 triliun dari posisi periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp7,27 triliun.
Sementara itu, pos penjualan sigaret putih mesin, dan sigaret putih tangan seluruhnya mengalami pelemahan, dengan penurunan tertinggi ada di pos sigaret putih mesin yang menguap dari Rp2 triliun menjadi Rp1,86 triliun pada kuartal I-2024. Sigaret putih tangan juga mengalami penurunan yang signifikan, turun ke level Rp217,6 miliar dari sebelumnya Rp260,7 miliar.
Selain didorong oleh penjualan sigaret kretek tangan dan produk tembakau lainnya, pendapatan HMSP juga meningkat berkat penjualan berelasi, seperti pos ekspor yang melonjak ke Rp205,6 miliar dari Rp127,2 miliar, serta penjualan lainnya yang naik ke Rp95,5 miliar dari Rp74,1 miliar.
Wismilak Inti Makmur (WIIM)
Emiten rokok lainnya PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) tampaknya tak menunjukkan kinerja yang baik. WIIM mengalami penurunan laba 18,3% menjadi Rp90,5 miliar jika dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2023 yaitu Rp110,8 miliar.
Pada tiga bulan pertama di tahun 2024, WIIM mnecatat penjualan neto Rp1,05 triliun. Penjualan Wismilak turun 10,2% jika dibandingkan periode yang sama pada 2023 yaitu Rp1,17 triliun.
Penyebab penurunan terbesar penjualan WIIM adalah penjualan sigaret kretek mesin (SKM). Penjualan SKM Wismilak merosot 29,81% menjadi Rp608,91 miliar di kuartal pertama tahun ini dari pada sebelumnya Rp867,57 miliar di kuartal pertama tahun lalu.
Namun nampak ada peningkatan penjualan di sigaret kretek tangan (SKT) yang mencapai 55,21% menjadi Rp213,09 miliar dan filter 36,24% menjadi Rp205,93 miliar belum mampu mengimbangi penurunan di segmen SKM.
Gudang Garam (GGRM)
Tak hanya WIIM, emiten rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) membukukan laba bersih sebesar Rp595,5 miliar sepanjang kuartal I-2024. Angka ini mengalami penyusutan 70% dari periode yang sama tahun sebelumnya di Rp1,96 triliun.
Melansir laporan keuangannya, GGRM juga mencatatkan susutnya pendapatan sebesar Rp26,26 triliun atau 13,20% dari sebelumnya diangka Rp29,73 triliun.
Hal ini disebabkan oleh turunnya penjualan rokok domestik menjadi Rp25,88 triliun dari dibandingkan periode kuartal I-2023, Rp29,34 triliun. Jika dirinci lebih jauh penjualan sigaret kretek mesin Gudang Garam menyusut jadi Rp23 triliun dari sebelumnya Rp26,7 triliun. Sedangkan sigaret kretek tangan ikut turun tipis menjadi Rp2,56 triliun.
Kemudian, penjualan rokok ekspor juga susut menjadi Rp384,2 miliar dari sebelumnya di Rp388,5 miliar. Sepajang kuartal I-2024 penjualan sigaret kretek mesin hanya diperoleh sebesar Rp334,8 miliar dari sebelumnya Rp325,1 miliar dan sigaret kretek tangan Rp246 juta.