Menilik Prospek Asuransi Properti di 2023, Kian Diminati?
- Pengamat Asuransi dari Kupasi Dedi Dwi Kristianto menilai asuransi properti termasuk di dalamnya perumahan masih prospektif di tahun 2023. Hal ini lantaan Indonesia merupakan negara yang rawan risiko bencana alam. Berdasarkan data BNPB sepanjang Januari-Agustus 2022, terdapat 1.902 bencana alam.
Industri
JAKARTA - Bisnis asuransi properti lazimnya tumbuh subur di negara rawan bencana seperti Indonesia.
Menilik data Statista, pada 2020 lalu 10 perusahaan asuransi properti berpendapatan terbesar mayoritas adalah perusahaan dari AS, China, Jerman dan Jepang. Bersama Indonesia, AS dan Jepang adalah negara yang memiliki jumlah gubung berapi terbanyak di dunia.
Secara berturut-turut, perusahaan asuransi properti berpendapatan terbesar yakni Berkshire Hathaway (AS) sebesar US$245,5 miliar, People's Insurance Co. of China (China) sebesar US$84,3 miliar, Munich Re Group (Jerman) sebesar US$74,1 miliar, Zurich Insurance Group (Jerman) sebesar US$59 miliar dan Tokio Marine Holdings (Jepang) sebesar US$51,5 miliar.
Kemudian Talanx (Jerman) sebesar US$46,8 miliar, MS&AD Insurance Group Holdings (Jepang) sebesar US$46,2 miliar, Allstate (AS) sebesar US$44,8 miliar, Liberty Mutual Insurance Group (AS) sebesar US$43,8 miliar dan American International Group (AS) sebesar US$43,7 miliar.
Lalu bagaimana prospeknya di Indonesia?
- Ditarget Rampung 2023, Intip Fasilitas Kawasan Wisata Terintegrasi Sumatra Bakauheni Harbour City
- Raup Rp26,1 Triliun dalam Tiga Pekan, Avatar: The Way Of Water Kembalikan Masa Kejayaan Bioskop?
- Permintaan Bahan Bakar dari China Berpotensi Meningkat, Harga Minyak Dunia Berpeluang Menguat
Pengamat Asuransi dari Kupasi Dedi Dwi Kristianto menilai asuransi properti termasuk di dalamnya perumahan masih prospektif di tahun 2023. Hal ini lantaan Indonesia merupakan negara yang rawan risiko bencana alam.
Berdasarkan data BNPB sepanjang Januari-Agustus 2022, terdapat 1.902 bencana alam yang terdiri atas 737 banjir, 687 cuaca ekstrem, 364 tanah longsor, 12 gempa bumi dan 11 gelombang pasang dan abrasi serta sisanya kebakaran hutan dan kekeringan.
Dengan tingginya resiko kebencanaan tersebut, maka individu atau corporate akan dihadapkan pada pilihan untuk tetap memilih mengasurasikan sehingga transfer resiko itu dapat dilakukan.
“Jika bencana itu datang akan memberikan kerugian besar jika tidak dilindungi oleh asuransi,” kata Dedi kepada TrenAsia.com, Jumat, 13 Januari 2023.
Terkait ancaman resesi global, Dedi pun masih optimistis bahwa asuransi properti masih bisa menghadapinya.
Seperti diketahui, saat ini sekitar 36 negara di dunia menjadi pasien IMF dan 16 negara lagi diperkirakan bakal bergabung. Namun perekonomian Indonesia masih tumbuh 5,7% pada kuartal III-2022 lalu.
Jika nanti tahun 2023 Indonesia juga ikut berdampak, saya masih yakin bahwa asuransi properti nantinya tidak akan turun drastis dan hanya ada perlambatan pertumbuhan lini bisnis karena masih ada existing business yang masih bisa dikelola," kata Dedi.
Berdasarkan data AAUI, pertumbuhan premi asuransi mencapai Rp45,8 triliun setara 18,7% secara thunan di kuartal II-2022.
Asuransi properti sendiri mengalami pertumbuhan tahunan 36,4%, dari Rp10,9 triliun menjadi Rp14,9 triliun. Pertumbuhan asuransi properti sejalan dengan pertumbuhan kredit bank ke sektor konstruksi, real estate,KPR dan juga KPA.