Ilustrasi bisnis PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL).
Rekomendasi

Menilik Prospek Saham NCKL di Tengah Peningkatan Produksi dan Penurunan Biaya Operasional

  • NCKL menawarkan prospek pertumbuhan produksi yang menarik dan unique selling point (USP) produksi produk nikel.
Rekomendasi
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Research Analyst PT Mandiri Sekuritas Ariyanto Kurniawan menilik prospek saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) di tengah pertumbuhan produksi perseroan yang kuat dan operasional yang berbiaya rendah.

Menurut Ariyanto, NCKL menawarkan prospek pertumbuhan produksi yang menarik dan memiliki unique selling point (USP) terkait produksi produk nikel mixed hydroxide precipitate (MHP) yang masih jarang terekspos.

Ariyanto pun menilai bahwa operasi nikel yang terintegrasi di Pulau Obi memungkinkan perseroan untuk mencapai sinergi pada operasionalnya sehingga menghasilkan biaya operasi yang rendah.

Ariyanto pun menyebutkan tiga variabel yang melatarbelakangi prospek pertumbuhan yang cukup menjanjikan dari NCKL, yang pertama adalah pertumbuhan produksi feronikel (FeNi) yang diprediksi cukup kuat.

Produksi FeNi perseroan diproyeksikan akan bertumbuh signifikan 372,4% dari 25,4 ribu ton pada 2022 menjadi 120 ribu ton pada 2024 karena digenjot oleh tambahan kapasitas produksi sebesar 95 ribu ton dari PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF) yang tergabung juga di Grup Harita.

Selain itu, kapasitas baru feronikel sebesar 185.000 ton dari PT Karunia Permai Sentosa (KPS) pun akan memulai produksi komersialnya pada kuartal III-2024 dengan produksi penuh pada kuartal II-2025. Dengan demikian, NCKL dikatakan Ariyanto akan memiliki kapasitas produksi 305 ribu ton feronikel pada tahun 2025.

"Kedua, operasi berbiaya rendah dari NCK akan melindungi perseroan dari gejolak harga nikel dan menghasilkan arus kas yang kuat," kata Ariyanto dikutip dari riset, Selasa, 13 Juni 2023.

Variabel yang ketiga adalah aktivitas pemrosesan high pressure acid leaching (HPAL) melalui entitas asosiasi perseroan, PT Halmahera Persada Lygend (HPL), dengan kapasitas 55 ribu ton MHP pada tahun 2023, dan rencana untuk memproses lebih lanjut produksi MHP secara bertahap menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat mulai tahun ini.

"Dengan pertumbuhan pendapatan yang kuat, didorong oleh ekspansi kapasitas, kami memperkirakan pertumbuhan compounded annual growth (CAGR) pendapatan NCKL sebesar 49% pada 2022-2025, terutama didorong oleh ekspansi kapasitas feronikel dan kontribusi yang lebih tinggi dari penambangan nikelnya," kata Ariyanto.

Sementara itu, Ariyanto memperkirakan laba bersih NCKL dapat melonjak 85% dari Rp4,7 triliun pada tahun 2022 menjadi Rp8,7 triliun pada tahun 2025.

Dengan menilik prospek yang dipengaruhi oleh variabel-variabel yang disebutkan di atas, Ariyanto merekomendasikan aksi buy pada saham NCKL dengan target harga (target price/TP) di posisi Rp1.450 perlembar. Menurut data RTI Business, harga NCKL sendiri ditutup di posisi Rp905 perlembar pada perdagangan Senin, 12 Juni 2023.