Proses peleburan dan pemurnian tambang emas di smelter / Dok. Archi Indonesia
Bursa Saham

Menilik Target Saham Harum Energy (HRUM) yang Kian Agresif di Pasar Nikel

  • PT Harum Energy Tbk (HRUM) kian agresif di pasar nikel dengan akusisi beberapa perusahaan smelter. Lantas, apa dampaknya terhadap saham perseroan?
Bursa Saham
Alvin Pasza Bagaskara

Alvin Pasza Bagaskara

Author

JAKARTA – Emiten pertambangan PT Harum Energy Tbk (HRUM) terpantau sangat agresif memperluas lini bisnisnya di bidang nikel. Terbaru HRUM telah melakukan akuisisi sebanyak 60,7% saham PT Westrong Metal Industry (WMI) melalui anak perusahaannya, yaitu PT Harum Nickel Industry (HNI). 

Dengan nilai akuisisi mencapai US$ 215,2 juta atau sekitar Rp 3,4 triliun, kepemilikan Harum Energy melalui HNI di dalam WMI meningkat menjadi 80,7% dari sebelumnya 20%. Disebutkan juga entitas HRUM itu mengakuisisi saham-saham smelter nikel tersebut dari Prime Investment Capital Ltd (PICL) dan Walsin Singapore Pte Ltd.

Lantas, apa dampaknya terhadap Harum Energy dan saham perseroan yang semakin bergeliat di pasar nikel? Mandiri Sekuritas dalam risetnya mengungkapkan bahwa HRUM mengonsolidasikan WMI ke dalam laporan keuangan kuartal I-2024.

Mandiri Sekuritas menuturkan HRUM telah menghabiskan dana US$ 290,4 juta untuk menguasai 80,7% saham Westrong Metal Industry, yang mencerminkan biaya akuisisi sebesar US$ 12,1 ribu/ton. Sebelumnya, perseroan juga telah mengeluarkan dana sebesar US$ 75,1 juta untuk membeli 20% saham. 

Meski terkesan mahal, perusahaan efek yang identik warna biru ini menilai transaksi tersebut masih dalam batas wajar. Di sisi lain, per September 2023, HRUM melaporkan kas bersih sebesar US$ 286 juta, yang dapat digunakan untuk mendanai akuisisi. "Ini dianggap sebagai akuisisi yang sesuai dengan harga pasar," ungkap Mandiri Sekuritas dalam risetnya dikutip Kamis, 1 Februari 2024.   

Sebagaimana diketahui WMI ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan dan pemurnian nikel. Perusahaan itu memiliki dan mengoperasikan smelter nikel di Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), Maluku Utara.

Pabrik pengolahan tersebut terdiri dari empat lini rotary kiln electric furnace beserta infrastruktur pendukung dan fasilitas konverter, yang bertujuan untuk menghasilkan produk high grade nickel matte. Kapasitas produksi terpasang pada setiap tahunnya mencapai 56.000 ton nikel, yang terkandung dalam produk high grade nickel matte.

Pada saat ini, proyek WMI sedang memasuki tahap akhir konstruksi dan diharapkan akan memulai operasi komersial pada kuartal II-2024. Menariknya, sebelum melakukan akuisisi WMI, emiten dengan kode saham HRUM juga meningkatkan kepemilikan sahamnya di PT Infei Metal Industry (IMI) menjadi 100% dari sebelumnya 49% saham.

Asal tahu saja, untuk menguasai 100% saham IMI yang mengoperasikan smelter nikel berteknologi rotary kiln electric furnace (RKEF) di IWIP Maluku Utara itu, HRUM menghabiskan dana sebesar US$344,8 juta. Smelter ini memiliki kapasitas tahunan sebanyak 28 ribu ton nickel pig iron (NPI).

“HRUM telah mengindikasikan rencana untuk mendiversifikasi produk nikelnya dengan berinvestasi pada smelter nikel berteknologi high pressure acid leaching (HPAL) hingga memproduksi mixed hydroxide precipitate (MHP) untuk baterai kendaraan listrik,” jelas Mandiri Sekuritas.

HRUM telah menyalurkan investasi awal sebesar US$ 200 juta, yang kemungkinan akan digunakan untuk mendukung ekspansi ke smelter HPAL. Perusahaan juga mencerminkan rencana untuk melakukan investasi tambahan dalam bahan baku baterai, seperti NiSO4 dan prekursor baterai.

Melihat berbagai upaya oleh HRUM, Mandiri Sekuritas tetap memberikan rating beli untuk saham HRUM. Adapun yarget harga saham HRUM telah ditetapkan tinggi, yaitu sebesar Rp2.000 per saham. 

Merujuk data perdagangan Rabu, 31 Januari 2024, saham HRUM diperdagangkan di level Rp 1.175. Dengan mengacu pada harga tersebut, terdapat potensi keuntungan saham HRUM yang masih besar, mencapai 70,2%.

“Kami yakin akuisisi Westrong Metal Industry merupakan bagian dari rencana jangka panjang HRUM untuk meningkatkan investasinya di sektor nikel. Sedangkan bisnis batu bara akan menjadi cash cow untuk mendanai ekspansi nikel,” papar perusahaan efek tersebut. 

Di sisi lain, rencana diversifikasi produk nikel (NPI, high grade nickel matte, dan MHP) akan membantu memberikan margin dan arus kas yang lebih stabil bagi HRUM. Sementara itu, pada perdagangan Kamis, 1 Februari 2024 hingga pukul 15.02 WIB, saham HRUM masih bergerak stagnan di level Rp.1.175 per saham.